16; Etika Mencintai Manusia

263 29 4
                                    

"Pagi, Kak Alam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi, Kak Alam."

Alam yang tadinya sibuk dengan buku lantas menoleh ketika namanya disebut. Seperti biasa, Alam akan memberikan senyum ramah serta balasan dengan suara lembut. Semua orang yang berhasil disapa balik oleh Alam akan langsung salah tingkah, dan Alam akan meresponsnya dengan tawa kecil.

Sepanjang perjalanannya menuju ruang DPM, Alam akan menerima banyak sapaan seperti itu. Sebagai idola mahasiswa, Alam sudah sangat terbiasa dengan situasi ini. Tak jarang juga ada yang memberinya makanan ringan atau minuman sebagai simbol betapa terhormatnya Alam di UNCEBA.

Akhirnya Alam berhasil sampai di ruang DPM dengan tangan yang tak lagi hanya memegang buku, tetapi juga memegang beberapa makanan ringan serta susu kotak.

"Sibuk banget lo pagi-pagi," tegur seorang gadis yang sudah nyaman merebahkan diri di sofa.

Alam cukup terkejut dengan kehadirannya, karena ia pikir gadis itu tidak akan datang lebih dulu darinya. Tapi Alam tak terlalu peduli, memilih melangkah ke mejanya dan meletakkan semua hadiah yang ia dapat dari penggemarnya.

"Dari kapan di sini, Gre?"

Gadis yang ia panggil Gre itu mengubah posisi menjadi duduk, "dari satu jam yang lalu."

Alam terkekeh, "biar Arsha nggak tahu, ya, Gressa?"

Gressa menghela kuat, "gue mau langsung aja." Ia bangkit, kini duduk di meja kerja Alam. "Sejauh ini nggak ada yang aneh sama UKM itu. Mereka beraktivitas normal. Satu-satunya hal yang janggal cuma menghilangnya Damian, tapi mereka juga nggak banyak bicarain soal itu. Menurut gue itu wajar."

Kini Alam yang menghela, "nggak ada informasi yang berguna." Ia berpindah ke kursi kebanggaannya. "Padahal lo pacar Arsha, lo nggak bisa menggali apa pun dari dia?"

"Lam, Arsha itu nggak pernah nyembunyiin apa pun dari gue. Dia juga nggak mencurigakan sama sekali. Arsha nggak pinter bohong, dia polos dan terlalu sayang sama gue. Jadi nggak mungkin dia nyembunyiin sesuatu tentang UKM, apalagi gue bagian dari mereka," jelas Gressa dengan wajah serius, sedangkan Alam hanya mengangguk paham. "Gue rasa udah nggak ada hal yang bisa lo cari tahu dari UKM itu."

Gressa terkesiap kala Alam menatapnya tanpa senyuman. Jika sudah begini, artinya Alam tidak menerima ucapannya barusan. "Bukan lo yang bisa nentuin itu."

Gadis di hadapannya hanya bisa diam. Gressa merutuki dirinya sendiri karena mengatakan sesuatu yang berbahaya. Padahal Gressa tahu sifat Alam, terutama bagian ini—tidak suka diberi saran. Bagi Alam, ia hanya boleh diberi kritik dan saran ketika diminta. Jika tidak, maka siapa pun itu tidak punya hak memberinya masukan.

Itu adalah sifatnya yang tidak diketahui oleh siapa pun, kecuali anggota DPM dan Gressa. Di hadapan semua orang, Alam adalah sosok ketua yang mengayomi semua mahasiswa tanpa terkecuali. Ia menerima tiap masukan serta keluh kesah yang mahasiswa ajukan demi kenyamanan kampus. Namun, itu hanya topeng belaka. Sang Ketua DPM ini sebenarnya adalah musuh utama bagi seluruh mahasiswa.

Ice Cream; Jaemin & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang