Percakapan mereka terhenti kala pintu terbuka. Arsen, Arsha, Gressa, dan Adrian ternyata telah menyelesaikan perkuliahan siang ini. Mereka cukup terkejut melihat ruangan yang ramai, ada wajah-wajah baru di sana.
"Anggota baru ya?" Arsen langsung bergabung dengan anggota yang tengah duduk di sofa. "Gue kira nggak banyak yang gabung."
"Ini memang sedikit, Sen." Kara membalas ucapannya.
"Lebih dari satu itu banyak. Nggak cuma dapat dua, sekarang kita punya enam anggota baru." Arsen tersenyum ramah pada wajah-wajah baru itu. "Gue Arseno Regandra, mahasiswa DKV semester enam. Posisi gue di sini desainer sampul buku. Salam kenal ya."
Semua anggota baru tersenyum padanya, ikut memperkenalkan diri. Mereka menjadi cukup riuh karena kehadiran Arsen. Sudah jelas, Arsen memang terkenal. Tentu mereka pun tahu itu Arsen saat laki-laki itu baru datang. Kecuali satu gadis yang sibuk membaca. Arsen menepuk lengan gadis itu untuk mengambil alih perhatiannya. Dia terlihat terkejut, lantas menoleh pada orang yang membuyarkan fokusnya.
"Lo nggak mau kenalan?"
Gadis itu bingung, "lo siapa? Sejak kapan masuk?"
Melihat responsnya, orang-orang di sekitar tak dapat menutupi keterkejutan mereka.
"Ayin," panggil Kara. "Lo nggak kenal cowok itu?" lalu Kara menunjuk Arsen yang sedang menunjukkan senyum canggungnya.
"Nggak... memang kita kenal?" Respons Ayin langsung mengundang tawa semua anggota UKM.
"Ternyata ada yang nggak tahu lo, Arsen!" Arsha menepuk punggung Arsen sambil tertawa keras.
"Narsis lo masih kurang kali," lanjut Adrian.
"Eh, Kak Adrian?"
Adrian yang mendengar namanya disebut langsung menghentikan tawanya. "Lo kenal gue?"
"Kak Adrian Arthevie, kan? Anak dari pemilik perusahaan Arthe?"
Adrian lantas menutup mulutnya yang menganga lebar, "lo Ayina Defilia?"
Ayin tersenyum, "sudah lama nggak ketemu ya, Kak."
"Iya, lama banget! Lo jarang banget muncul di pertemuan keluarga."
"Anak-anak konglomerat lagi reuni nih ceritanya," ucap Kara dengan pelan.
"Konglomerat?" Jevian yang berada di sampingnya jelas mendengar ucapan Kara, membuatnya ikut penasaran.
"Adrian itu kaya. Keluarganya pemilik salah satu perusahaan terbesar di Jakarta, dan perusahaannya sudah menyebar ke Bandung dan Surabaya." Kara menoleh pada Jevian, "lo tahu kan kalau kampus kita punya banyak donatur?" Jevian mengangguk. "Keluarga Adrian salah satunya."
Jevian kini mengangguk paham. Cukup terkejut sebenarnya, karena selama ini Adrian terlihat sangat sederhana. Malah ia mengira Arsen-lah yang termasuk kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mistério / Suspense"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...