"Kayaknya ada kecurangan deh di kelas lo."
Kunyahan Jevian terhenti kala mendengar ucapan Sabas. Jelila yang ada di sana juga ikut terkejut mendengarnya, pasalnya ia dan Jevian berada di kelas yang sama.
"Lo yakin? Tahu dari mana?" Jelila mengubah posisi duduknya. Sabas malah terkekeh melihat wajah penasaran gadis itu.
"Ada kelas lain yang curiga sama kelas kalian. Kayaknya nanti OSIS yang bakal cari tahu dan laporin ke guru," jelas Sabas pada Jelila.
"Kecurangan dalam bentuk apa?" Jevian yang kini bertanya, diangguki mantap oleh Jelila. Mereka berdua sungguh tidak pernah mendengar desas-desus tentang ini.
"Kebocoran kunci jawaban. Kayaknya ada murid di kelas lo yang punya akses ke salah satu guru dan dapat kunci jawaban itu. Makanya kelas kalian adalah satu-satunya kelas yang hampir semua murid nilainya di atas KKM," jawab Sabas.
"Hah? Gue nggak tahu, tuh!" Jelila memekik, merasa tak terima karena hanya dirinya yang memiliki nilai di bawah KKM. "Lo juga pakai kunci jawaban?" Jelila kini beralih pada Jevian. Laki-laki itu memberikan ekspresi datarnya, tanda ia malas menjawab pertanyaan Jelila.
"Nggak mungkin, Jel, Jevian kan pinter," Sabas yang menjawab. Diam-diam Jevian mengangguk menyetujui ucapan Sabas.
"Jevian nggak dikasih kunci jawaban karena pinter... loh, gue? Gue kan nggak pinter, kok nggak dikasih?!" Gadis itu heboh sendiri. Dahinya berkerut sempurna dengan ekspresi murka.
"Kalau lo dapat, lo bakal pakai?" Pertanyaan Sabas lantas mengubah ekspresi Jelila.
Gadis itu tampak berpikir sebelum menggeleng, "gue nggak puas sama hasil curang."
Sabas menjentikkan jarinya, "makanya lo nggak dikasih. Kayaknya di kelas kalian, cuma kalian berdua yang nggak dikasih kunci jawaban. Kalau Jevian karena dia sudah pinter, sedangkan Jelila nggak akan biarin itu terjadi andai dia tahu ada kecurangan di kelas."
Keduanya mengangguk paham. Masuk akal juga penjelasan Sabas.
"Terus bagaimana?" tanya Jelila.
Sabas melirik Jevian yang sibuk meminum es jeruknya. "Gue butuh dibantu sama kalian."
Jelila langsung bersemangat mendengarnya, sedangkan Jevian memutar tubuhnya membelakangi Sabas—enggan mendengar penjelasan sahabatnya itu.
"Jev, bantu dong." Sabas menarik bahu Jevian agar kawannya kembali berbalik padanya. "Kemarin lo nebak alur anime dan ternyata beneran terjadi."
"Itu kebetulan, Bas. Lagian anime mana bisa disamain sama masalah ginian. Ogah gue." Jevian masih enggan untuk menunjukkan wajahnya pada Sabas.
"Gue merasa ada yang aneh sama kelas lo, Jev. Kayaknya orang yang punya akses ini bukan orang sembarangan," Sabas menjeda ucapannya demi memperhatikan perubahan ekspresi dari kawannya itu. "Lo yakin nggak penasaran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mistério / Suspense"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...