Arsen cukup bingung saat melihat seorang gadis tengah sibuk mengatur buku di ruang UKM. Biasanya Kara yang akan ada di ruangan itu lebih dulu. Tapi hari ini bukan sang ketua, melainkan anggota baru, Ayina. Gadis itu sangat teliti menyusun buku-buku di rak atas sambil berdiri di atas kursi. Saking fokusnya, dia tidak menyadari Arsen sudah berada di belakangnya, tengah memperhatikan.
"Kegiatan UKM kan nanti sore."
Suara itu mengejutkannya, membuat Ayin nyaris terjatuh dari kursi jika Arsen tidak menahannya.
"Hey, hati-hati dong," kata Arsen, masih memegang tangan Ayin dan membantunya turun.
"Lo sih ngagetin," keluh Ayin dengan wajah kesalnya.
"Gue nggak niat ngagetin..." Arsen memperhatikan gadis itu, wajah kesalnya membuat Arsen ingin tertawa. "Terus lo ngapain di sini? Sudah dapat izin dari Kara?"
Ayin mengangguk, "gue dibolehin datang lebih awal. Karena gabut, gue nyusun buku aja."
Arsen cukup takjub, jarang ada anggota serajin ini, apalagi anggota baru. Biasanya yang sering bertahan di ruang UKM hanya anggota lama atau inti.
"Lo sendiri ngapain?" tanya Ayin pada Arsen.
"Gue kan juga anggota UKM ini." Arsen mencoba ramah, tampaknya gadis itu masih kesal padanya.
"Kok lo nggak pensiun? Lo kan semester enam."
"Lo mau gue pensiun?" Arsen membuat wajah terkejut, "jahat banget..." kemudian mengubah wajahnya menjadi sedih.
Ayin memutar bola matanya, malas menanggapi tingkah dramatis seniornya itu. Cukup sehari, Ayin sudah mengenal siapa Arseno Regandra sebenarnya. Laki-laki berisik yang jadi idola semua orang karena tampan dan humoris. Bagi Ayin sendiri, Arsen adalah orang yang aneh, banyak tingkah, dan menyebalkan. Hanya karena Ayin tidak mengenalnya, Arsen terus mengganggu dengan memperkenalkan diri. Padahal Ayin akan mengenal orang yang penting, yang berarti Arsen memang tidak penting untuknya.
"Jadi, lo sudah kenal—"
Pintu ruang UKM terbuka sebelum Arsen sempat menyelesaikan kalimatnya. Atensi mereka teralihkan pada dua orang yang baru datang. Itu Jevian dan Jovano, dengan kondisi berkeringat dan napas tersengal-sengal. Ah tidak, hanya Jevian yang separah itu, Jovano terlihat biasa saja.
"Buset, kalian kenapa? Habis ikut lomba tujuh belasan?" tanya Arsen yang langsung mendekati dua orang itu.
"Ini baru Januari, Sen," balas Jovano. Arsen meresponsnya dengan terkekeh, pasalnya wajah Jovano sangat polos saat mengatakan itu. "Kami naik tangga, jadi begini."
"Ini tisu, Kak." Ayin mendekati Jevian sambil menyodorkan kotak tisu. "Ngapain naik tangga? Liftnya nggak bisa?"
Jevian mengambil selembar tisu, "makasih." Lalu menyeka keringat yang bercucuran di keningnya. "Bisa, tapi takut eror lagi, jadi Agas nyuruh naik tangga aja," jawab Jevian dengan napas yang mulai beraturan. Ayin tampak bingung dengan ucapan Jevian, sepertinya gadis itu belum tahu kondisi lift gedung ini. "Lo juga, jangan naik lift kalau liftnya penuh, atau nggak usah naik dulu untuk sementara, soalnya bahaya kalau kejebak di lantai atas." Ayin mengangguk patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mistero / Thriller"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...