14; Nyawa Dalam Raga

232 19 0
                                    

"Mau ke rumah sakit?" tanya Jio ketika melihat kakak kelasnya itu buru-buru mengemasi barangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau ke rumah sakit?" tanya Jio ketika melihat kakak kelasnya itu buru-buru mengemasi barangnya. Ia dapat melihat Damian mengangguk, tetapi tak mengalihkan fokus laki-laki itu pada kegiatannya.

"Sorry ya, El, hari ini Sastra minta gue datang lebih awal. Jadi gue nggak bisa nemenin lo ke perpustakaan." Damian kini menggendong tasnya. Setelah berdiri di hadapan Jio, Damian mengusak rambut adik kelasnya itu seraya tersenyum. "Besok gue temenin deh."

Jio menggeleng, "nggak perlu sih, gue bisa pergi bareng Adrian. Sana lo ngebucin." Ia mendorong tubuh Damian agar segera meninggalkan kelas, membuat Damian tertawa renyah melihat tingkahnya.

Setelah melambai, Damian bergegas pergi dengan riang. Jujur saja, Jio iri sekali. Damian adalah kakak kelas yang selalu ia kagumi. Jio ingin Damian juga bahagia seperti itu tiap kali menghabiskan waktu dengannya. Tapi, Jio tahu ia masih punya banyak waktu.

Berbeda dengan Sastra.

Jio menutup kembali pintu ruang inap itu kemudian menoleh kanan kiri mencari seseorang. "Damian mana, Sas?"

Sastra meletakkan gelasnya, "keluar, beli kopi katanya."

Jio mengangguk paham. Ia melangkah mendekati Sastra dan duduk di kursi samping ranjang gadis itu. "Kondisi lo?"

Sastra tersenyum lembut, "sudah lebih baik. Makasih ya sudah datang." Bibir pucat Sastra masih melengkung indah. Sulit tertangkap mata, tetapi Jio berhasil melihat bibir gadis itu gemetar saat ini—terlihat menahan sakit.

"Taman di belakang sekolah sudah direnovasi, sekarang ada kursi warna-warni," Jio menyodorkan ponselnya yang menunjukkan foto taman yang ia maksud. Hal itu mengundang senyum Sastra semakin lebar. "Kayaknya Pak Tono tahu lo sering ke sana."

Kini Sastra tertawa, "ada-ada aja lo, Ji. Gue jadi kangen sekolah deh."

"Makanya ayo sekolah lagi."

Sastra mengangguk antusias, "pasti."

Setelah perbincangan ringan itu, Sastra mengungkapkan bahwa ia lapar. Gadis itu juga bercerita tentang toko roti di depan rumah sakit yang membuatnya ingin sekali memakan roti pizza dari toko itu. Alhasil Jio menuruti kemauannya dengan pergi ke sana.

Saat sibuk membayar, ponselnya terus berdering di dalam saku. Jio memilih mengabaikannya dulu. Setelah menyelesaikan transaksi, barulah ia melihat siapa yang meneleponnya berkali-kali. Ternyata itu Adrian dengan 5 panggilan tak terjawab. Jio bingung dibuatnya. Mengapa Adrian tidak sabar seperti ini? Apa sahabatnya itu juga ingin dibelikan roti? Pikirnya.

Namun, raut wajahnya berubah ketika melihat pesan singkat dari Adrian.

"Sastra sudah nggak ada."

Jio dapat mendengar tangis pilu dari Lilia di tempatnya berdiri, tapi ia sama sekali tak mendengar suara Damian. Perlahan Jio membuka pintu, suara tangisan itu pun semakin mendengung di telinganya. Pemandangan Lilia sedang memeluk tubuh ringkih Sastra menjadi hal pertama yang ia lihat. Adrian di sebelah gadis itu, mati-matian menahan tangis.

Ice Cream; Jaemin & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang