Kedatangan Jovano jelas mengejutkan semua orang. Laki-laki itu biasanya hanya datang ketika ada keperluan, atau jika Kara memanggilnya. Namun, dilihat dari ekspresi terkejut Kara, sepertinya kali ini Jovano datang sendiri tanpa diundang.
"Wih, barusan datang," tegur Arsen, berusaha sok akrab, karena yang lainnya tampak tak dekat dengan Jovano.
"Jov." Agas mendekatinya, "Jevian gimana? Dia marah banget, ya?"
"Jevian bersedia mempertimbangkan."
Semuanya tampak lega mendengar itu. Mereka pikir sudah tidak ada harapan sedikit pun menarik Jevian masuk dalam tim, ternyata Jevian masih bersedia mempertimbangkan.
"Tapi gue diminta tanya ke kalian soal detail masalah ini," lanjut Jovano. "Terutama alasan kenapa Jevian yang kalian mintai tolong, bukan orang lain."
Mendengar itu, semua orang kini saling melempar tatapan. Terlihat keraguan di wajah mereka. Tentu saja mereka khawatir membocorkan sebanyak itu, padahal Jevian belum tentu bergabung.
"Oke, gue jelaskan semua yang Jevian mau." Agas yang buka suara, kini duduk di salah satu tempat, dan memberi isyarat pada Jovano untuk duduk di depannya. "Kita mulai dari mana, Jov?"
Jevian menghela, kini menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Matanya terpejam, jari telunjuk dan jempol mengurut pangkal hidungnya. Setelah mendengar penjelasan Jovano yang dia dapat dari Agas, Jevian dapat menyimpulkannya.
Agas dan lainnya juga tidak tahu apa-apa.
Bahkan mereka tampaknya tidak mengerti makna antologi puisi yang Damian buat. Penjelasan Agas yang Jovano sampaikan sama sekali tidak menjawab kegelisahannya. Penjelasannya bahkan tidak jauh berbeda dengan penjelasan ketika rapat.
"Alasan kenapa lo yang dipilih," kalimat menggantung dari Jovano membuat Jevian kembali tertarik. "Karena Damian yang minta."
Jevian lantas mengernyit. "Gue nggak kenal Dam—"
"Dia kakak tingkat lo. Katanya dia pernah lihat lo."
Jevian benar-benar terkejut dengan fakta itu. Apa ini rencana Agas agar ia tertarik untuk mengetahui lebih lengkap?
"Damian sendiri yang minta lo masuk Tim Netra kalau dia tiba-tiba nggak ada kabar."
Jika ini memang hanya rencana Agas, ini terlalu berlebihan.
Tapi, tak dapat dipungkiri, Jevian penasaran.
"Ya udah, makasih. Gue mau tidur dulu." Jevian bangkit menuju kamarnya. "Gue bakal buat keputusan, paling lambat besok. Jadi tenang aja, gue nggak akan gantungin lo," ujarnya sebelum masuk ke kamar. Jovano hanya mengangguk. Ia juga percaya Jevian akan memberikan jawaban secepatnya.
Setelah memasuki kamarnya, Jevian merebahkan tubuhnya di kasur. Tepat ketika punggungnya menyentuh benda empuk itu, ponsel yang berada di sakunya bergetar. Jevian meraihnya dengan malas. Setelah membaca nama yang tertera di layar, Jevian lebih malas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mystery / Thriller"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...