"Mungkin sudah saatnya, Sabas."
"Gue rasa juga begitu."
Jevian terbangun. Mimpi yang terasa begitu baru dengan cepat menjadi asing baginya. Jevian yakin sekali ia terbangun karena mimpi itu, tetapi ia langsung lupa mimpi apa yang berhasil membangunkannya—bahkan sebelum alarmnya berbunyi, atau Jovano yang menerobos kamarnya dan menariknya untuk mandi.
Kini ia terduduk, menatap sekitar dengan perasaan kosong. Jevian jelas tidak menyukai mimpi tadi. Perasaannya yang tidak karuan membuatnya malas mematikan alarm yang baru saja meraung-raung. Ia garuk tengkuknya, membuat rambutnya semakin berantakan. Tapi, hatinya yang lebih berantakan sekarang karena teringat mata kuliah dengan dosen genre horor yang hari ini akan mengajar.
Pintu kamarnya terbuka, menampilkan Jovano yang sudah sibuk dengan baju kotor di baskom yang ia bawa. "Loh? Barusan lo bangun cepet." Jovano berjalan masuk, meletakkan baskom itu ke lantai lalu mematikan alarm Jevian. "Sana sarapan. Gue buat roti telur." Mengabaikan ekspresi bangun tidur Jevian yang terlihat suntuk, Jovano langsung mengangkat kembali baskomnya lalu keluar kamar. Laki-laki itu akan mencuci.
Setelah melipat selimutnya—meskipun masih setengah berantakan, Jevian melangkah keluar. Di meja makan sudah tersedia roti telur dengan minuman teh hangat yang sudah biasa ia lihat waktu sarapan. Jevian tak terkejut lagi dengan makanan sederhana tapi lezat yang selalu ia lihat setiap pagi.
Sebenarnya Jevian juga pandai memasak. Tak jarang Jevian yang menyiapkan makan siang dan malam jika Jovano ada kegiatan di organisasinya—toh sebelum ketemu Jovano, Jevian melakukan semuanya sendiri. Laki-laki itu memang malas melakukan banyak hal, kecuali memasak. Tapi tetap saja, untuk bangun pagi-pagi dan membuat sarapan, tidak dulu untuk Jevian.
Tak lama, Jovano bergabung dengannya. Jovano melirik laki-laki di hadapannya, ternyata Jevian sibuk membaca koran.
"Lo mau bilang apa?" tanya Jevian tiba-tiba, kemudian melirik Jovano yang tampak terkejut. Meskipun sudah sering, Jovano tetap tidak biasa dengan kemampuan Jevian yang teramat peka.
"Bagaimana UKM Literatur? Seru?" tanya Jovano akhirnya.
"Nggak ada yang spesial. Mungkin gue cuma suka bagian diskusi sastra yang ada tiap hari. Sisanya nggak terlalu. Mereka berisik." Jevian menjawabnya dengan santai, matanya kembali ke koran yang ia baca.
Jovano mengangguk-angguk paham. Ia ikut mengambil roti buatannya dan mulai sarapan.
Di tengah kegiatannya, Jevian tiba-tiba teringat sesuatu. "Lo nyuruh gue masuk UKM Literatur buat bantuin pacar lo?" tanyanya dengan intens.
Jovano yang mendengar itu menghentikan acara mengunyahnya. Dia tampak sedang berpikir dengan wajah polosnya, "nggak kok."
Melihat wajah Jovano, Jevian tahu dia tidak berbohong. "Kok lo nggak bilang kalau lo punya pacar?" Jevian meletakkan korannya, beralih meraih secangkir teh miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mystery / Thriller"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...