Part 25 Menghindar dari Masalah

44 4 2
                                    

"Membolos, sama saja mengakui kesalahan"
~▪•°•▪~
Happy Reading
***

Koek.. koek ..koek..

Lyora memuntahkan isi perutnya yang bergejolak, tapi yang keluar hanyalah air. Kepalanya mendadak pening, perutnya serasa dikoyok, rasanya sakit sekali.

"Eghh.. pusing sekali."

Lyora memijat pelipisnya seraya meremas perutnya yang terasa keram. Tubuhnya mendadak lemas setelah bangun tidur dan langsung berlari ke kamar mandi saat ingin memuntahkan sesuatu.

Lyora mencoba berjalan keluar dengan berpegangan pada dinding kamar mandi, dengan tubuh sempoyongan Lyora menguatkan dirinya agar cepat sampai diatas tempat tidur.

"Sstt... Naca..."

Saat sudah menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur, tiba-tiba Lyora teringat dengan Naca yang Lyora yakini pasti sudah berangkat sekolah.

Entah mengapa rasanya Lyora ingin dipeluk oleh Naca dan dielus-elus perutnya oleh Naca.

Tapi Lyora teringat kembali, percuma saja bila Naca ada disini juga. Naca pasti tidak akan menuruti kemauannya karena Naca masih marah kepadanya.

Lyora meringkuk kembali ditempat tidur, mencoba memejamkan matanya seraya mencoba menghilangkan pikirannya yang mulai berkecamuk.

Lyora berharap saat Ia terbangun sakit diperutnya hilang dan Naca kembali hangat kepadanya.

○•°

"Bangun!"

"Ahh... Sakit Naca."

Lyora tersentak kaget ketika Naca datang tiba-tiba lalu menarik lengannya hingga duduk dari berbaringnya.

Ternyata tubuh lemas Lyora merespon langsung tarikan tersebut.

Lyora kira sakitnya akan menghilang ketika ditidurkan, bukannya menghilang tapi malah menambah sakit diperutnya.

"Apa kau tak lihat jam berapa sekarang? Dan kau masih enak-enakan tidur diatas kasur" Sentak Naca dan Lyora mengedarkan pandangannya lalu tatapannya berhenti melihat keluar pintu kaca.

Lyora tahu ini sudah malam, tapi Lyora yang lemas menjadi enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Sehingga Lyora rela melewatkan sarapan pagi dan jam makan siangnya, di tambah perutnya yang masih bergejolak membuat dirinya tak nafsu makan.

"Jawab Lyora." Sentak Naca tak kalah keras dari sebelumnya, sampai-sampai Lyora terperanjat mendengar suara keras Naca.

"M-maaf." Cicit Lyora lemah tak berani menatap Naca.

"Apa kau sedang mencoba membolos, hah?"

"B-bukan seperti itu__"

"__lalu, lalu apa alasannya Lyora? Apa kau ingin menjawab, karena tak mau bertemu dengan orang-orang yang menyakitimu? Begitu?"

"Mau sampai kapan menghidar dari masalah. Jika kau hanya diam dirumah dan membolos, sama saja kau mengakui kesalahan itu."

Naca marah kepada Lyora, tapi jauh lebih marah kepada orang-orang yang membicarakan Lyora yang tidak-tidak. Hingga Naca turun tangan tuk memarahi orang-orang di sekolahnya, hanya karena mereka mecaci Lyora disaat orangnya tak ada.

Sedangkan Lyora yang kena omelan hanya diam menunduk tanpa ada niat menimpali amukan Naca, karena yang dilontarkan Naca memang benar adanya.

Lyora membolos karena tidak mau mendengar cacian dari orang-orang.

Tapi untuk masalah "membolos sama saja mengakui kesalahan" Lyora menyangkalnya.

Lyora tak sepenuhnya takut, tapi keadaannya yang tak memungkinkannya untuk berangkat sekolah.

Tubuhnya sangat lemas sekali, perutnya tak henti bergejolak. Hanya beranjakpun Lyora malas melakukannya dan lebih nyaman seperti ini, tiduran diatas kasur.

Koek...

Lyora menutup mulutnya yang tiba-tiba ingin muntah lagi, dengan cepat Lyora berlari kekamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di atas wastafel.

Lagi-lagi hanya air yang keluar, mungkin karena Lyora dari pagi tidak mengisi perut nya.

"Apa kau baik-baik saja?!" Tanya Naca cemas yang ternyata mengikutinya menuju kamar mandi.

Lyora menggeleng seraya muntah kembali saat merasakan gejolak lagi.

Naca menyatukan rambut Lyora lalu dikepalnya dan tangan yang lain memijat tengkuk Lyora.

"Naca, kepala Lyo pusing!" Lirih Lyora setelah membasuh mulut dan juga tangannya.

Lyora menyandarkan punggungnya ke tubuh Naca seraya meremas perutnya yang keram.

"Kita kerumah sakit sekarang." Ujar Naca sambil menghentikan Lyora yang tak henti meremas perutnya lalu digantikan dengan Naca yang mengelus perut Lyora.

Lyora menggeleng cepat, Ia tidak mau dibawa kerumah sakit. Membuat Naca hanya bisa pasrah seraya mengikuti kemauan Lyora.

Kemudian Naca membopong tubuh Lyora ke tempat tidur, Lyora di dudukan dan bersandar disandaran. Naca mengambil tisu dan air di atas nakas.

"Minumlah!"

Lyora mengambil gelas itu yang disodorkan Naca lalu meminumnya.

"Apa kau sudah makan?" Tanya Naca tiba-tiba terbersit dalam benaknya dan Lyora menggeleng tanda jawaban bahwa Ia belum makan.

"Pagi sarapan?" Lagi-lagi Lyora menggeleng

"Siang?"

Tidak juga.

Naca tak habis pikir dengan wanita satu ini, bagaiman bisa Lyora meninggalkan sarapan dan makan siangnya dengan keadaan sakit seperti ini.

"Tunggu disini, aku akan membuatkan bubur untuk mu" Ucap Naca yang hendak berdiri tapi pergerakannya terhenti karena Lyora menahan lengan Naca.

"Ikut." Pinta Lyora kembali manja seperti biasa sambil menarik-narik jemari Naca.

"Tidak, tunggu saja disini!" Tolak Naca yang langsung Lyora keluarkan andalan merajuknya, dan itu berhasil membuat Naca pasrah mengijinkan Lyora ikut kedapur.

"Gendong." Pinta Lyora lagi, dan kali ini Naca tidak menolaknya. Naca menggendong Lyora seperti koala, dengan tubuh menghadap Naca, dan kaki yang melingkar dipinggang Naca seraya tangan yang menggantung dileher Naca.

***
Mau mengingatkan!
Bacanya pelan-pelan aja yah. Biar ceritanya meresap kedalam hati😉

LyoCa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang