Part 32 Ancaman Renaldi

63 4 5
                                    

"Apa salah, ku?"
~▪•°•▪~
Happy Reading
***

Lyora berjalan lesu. Tubuhnya lemas bagai tanpa tulang. Kejadian tadi membuatnya bingung sekaligus kecewa. Bingung dengan sikap Rara dan kecewa terhadap Naca yang mudah percaya kepada orang lain, terutama dalam hal menyangkut Rara.

Lyora tak merasa mendorong Rara hingga jatuh karena alasan dirinya merasa kesal kepada orang-orang yang menyalahkan dirinya, melainkan Lyora hanya ingin Rara menarik ucapannya kembali yang mengatainya dengan perkataan kotor.

Lyora melihat Rara menjatuhkan dirinya sendiri, dan mengapa disaat bersamaan Rara harus berbohong dikala ada Naca. Lalu menyalahkan dirinya seolah dirinya yang telah melukai Rara

Apakah itu hanyalah akal-akal lan Rara saja agar terlihat menyedihkan didepan Naca dan dirinya dijadikan tumbal kesalahan hingga Naca akan membencinya?

Entahlah! Lyora pun pusing memikirkannya.

Terlalu banyak memikirkan hal-hal yang membuatnya pusing, Lyora memilih pergi menuju kelasnya dari pada harus kembali kekantin. Yang ada dirinya pasti bertemu lagi dengan Abian, membuatnya malas hanya menatapnya saja.

Namun pada saat Lyora tengah menyusuri koridor sekolah. Lyora dikagetkan dengan sebuah tangan kokoh, mencekalnya tiba-tiba.

Grep

Hal itupun sontak membuat Lyora terperanjak dan hendak melepaskan diri. Tapi belum sempat Lyora melakukannya, pria itu lebih dulu menarik tangannya secara kasar.

"Leepaass..." Dengan menyeimbangkan langkahnya dengan pria itu, Lyora mencoba melepaskan diri dari tarikan kasar itu.

Namun usahanya hanya sia-sia saja karena bagaimanapun juga tenaga Lyora tak sebanding dengan tenaga pria tersebut.

Hingga pria itu dengan teganya membenturkan tubuh Lyora yang tengah berbadan dua kearah pagar pembatas gedung.

Dug

Ahhh...

Sontak Lyora terperangah manakala punggungnya lagi-lagi harus menjadi sasaran empuk pria itu yang saat ini tengah mengeraskan rahangnya.

Dan seketika, orang-orang yang berada diarea koridor tersebut langsung mengerumuni keduanya.

Sedangkan Lyora yang tengah meringis, kedua tangannya spontan bergerak menyentuh perut dan juga punggungnya.

"Sstt.. Apa yang lo lakukan Renaldi."

Merasa dirinya tersulut emosi dengan tingkah orang itu yang semena-mena. Lyora berteriak tepat didepan wajah orang tersebut dengan suara lantang, tanpa ada rasa takut kepada orang yang disandang-sandang psyco itu. Renaldi

Eghhh...

Namun, keberanian itu harus berakhir dengan Renaldi yang tiba-tiba mencengkram rahangnya sehingga punggung Lyora harus membentur pagar pembatas kembali.

"Stt... S-sakit... leepass... "

"Lepas?__" Jeda Renaldi "__coba saja, jika lo bisa." Lanjut Renaldi, menyeringai sinis.

"K-kenapa lo tiba-tiba nyerang gue? A-apa salah g-gue? egghh..." Dengan susah payah Lyora berkata guna menanyakan alasan mengapa Renaldi memperlakukannya seperti ini.

"Salah lo adalah karena lo ditakdirkan hidup untuk orang yang gue benci selama ini. Selain itu lo dah berani ngusik apa yang seharusnya jangan lo usik."

Penjelasan Renaldi tak ada sedikit pun yang Lyora mengerti. "A-apa maksud perkataan, lo?"

Tanya Lyora menunggu jawaban dari Renaldi yang saat ini tengah mendekatkan wajahnya keceruk leher Lyora sehingga Lyora harus menggeser kepalanya agar tak tersentuh oleh hendusan Renaldi.

"Lo tak harus mengerti! Nikmati saja pertunjukan neraka yang gue ciptakan buat lo." Bisik Renaldi tepat disamping telinga Lyora sehingga orang-orang yang menyaksikan hal itu tak dapat mendengar.

"A-apa karena, Rara?"

Entahlah! Dalam benaknya terbersit satu nama, Rara. Mungkin orang yang seharusnya jangan Lyora usik itu adalah Rara dan Lyora bisa melihat raut perubahan wajah Renaldi yang semakin mengeras seraya mengeratkan cengkraman di lehernya.

"Egghh... R-renaldi!"

"Sepertinya memberi palajaran untuk cewe kaya lo tak akan mempan__ ahh, apa gue harus melenyapkan lo saat ini juga?"

Bola mata Lyora membola natkala Renaldi berkata dengan seringai iblis terpancar diraut wajah menyeramkannya, dan Lyora menyesal telah menebak apa yang Renaldi maksud.

"J-jangan macam-macam Renaldi."

"A-apa lo takut?__" Jeda Renaldi tak lupa dengan ekspresi mengejek

"__Lihatlah! Rumput-rumput disana menanti kunjungan dari gadis seperti lo." Lanjut Renaldi dengan menunjuk kedasar gedung menggunakan dagu dan juga ujung matanya.

Sedangkan Lyora, dengan tubuh gemetar, mengikuti tatapan Renaldi kebawah.

Seketika jantung Lyora berpacu cepat, atmosfer di tempat itu menurun di tambah dengan jelas Lyora bisa melihat hamparan tanah yang ditumbuhi rerumputan hias dari atas gedung hingga membuatnya merinding ke bulu-bulu.

Jika Renaldi melepaskan cengkramannya, tamatlah sudah riwayatnya.

"J-jangan berbicara omong kosong, Renaldi." Ucap Lyora terbata dengan jantungnya yang bekerja tak normal.

Terlihat, Renaldi menyeringai sinis lalu berkata__ "Gue nggak pernah main-main dengan perkataan gue__"

Dug

"Ahh... Tidak..."

Tanpa aba-aba, setelah mengatakan hal itu. Renaldi langsung melepaskan cengkraman dirahang Lyora, lalu mendorong bahu Lyora hingga terhuyung melewati pagar pembatas.

Dan seketika jantung Lyora seperti berhenti berdetak saat kakinya tak merasa menginjak lantai lagi, dengan tubuhnya terjungkal kebelakang.

Namun sebelum itu terjadi, Renaldi telah lebih dulu menarik satu tangan Lyora hingga Lyora tak jadi jatuh dari atas gedung yang menjulang tinggi.

Orang-orang yang menyaksikan hal itu sontak terkejut seraya menjerit histeris. Apalagi Lyora yang shock dengan kejadian itu, tubuhnya merosot, duduk dengan tatapan kosong.

"Bagaimana? Pertunjukannya sangat menyenangkan bukan?" Ucapnya santai sambil menepuk-nepuk sebelah pipi Lyora pelan.

"Itu adalah peringatan buat lo yang berani mengusik ketenangan gue." Setelah mengatakan kalimat itu Renaldi melenggang pergi meninggalkan Lyora yang diam tanpa respon.

Setelah kepergian Renaldi, dengan berjalan tergopoh Zeva langsung menghampiri Lyora lalu menenangkannya dengan memeluk tubuh Lyora yang hanya diam dengan tubuh gemetar dan pandangan mulai mengabur. Pingsan

Sebelum Zeva menemukan Lyora, Zeva sempat mencari Lyora kemana-mana yang tak kembali dari toilet, dan berakhir menemukan Lyora yang tengah dikungkung oleh Renaldi. Namun Zeva tak bisa berbuat apa-apa selain berdo'a atas keselamatan sahabatnya.

***

LyoCa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang