Part 44 Kehilangan

51 3 4
                                    

"Dunia seolah runtuh"
~▪•°•▪~
Happy Reading
***

Naca duduk diatas kursi, samping ranjang Lyora terbaring lemah. Naca terdiam, sambil menggenggam satu tangan Lyora yang dingin, tatapannya kosong, pandangannya mengarah kearah manik gadis yang terpejam dengan tenang.

Sudah dua hari Lyora mengalami koma dan dua hari itu pula Naca setia menemaninya. Sedetikpun, Naca tak pernah beranjak meninggalkan ruang inap rumah sakit tersebut. Naca selalu menunggu Lyora sadar dari komanya.

"Nak! Makanlah, kasihani tubuh mu. Lyora tak akan senang jika melihatmu seperti ini."

Nadien sedih melihat putranya seperti ini, seolah tak ada semangat hidup lagi didalam dirinya

"Aku tidak lapar."

"Kamu membutuhkan stamina untuk menjaga Lyora, sayang." Nadien mengingatkan, tangannya terulur menyentuh kedua bahu putranya dari samping

"Aku telah gagal menjaga Lyora dan juga darah daging ku sendiri." Gumam Naca, napasnya tercekat ditenggorokannya.

"Bagaimana aku menjelaskannya kepada Lyora, dia pasti akan syock mendengar bayinya telah tiada."

Naca tak mampu lagi menahan kesedihannya yang menyelimuti hatinya. Naca belum siap menerima kenyataan bahwa bayi yang belum lahir kemuka bumi ini, harus pergi dengan cepat meninggalkannya tuk selama-lamanya.

"Kuatkan dirimu Nak! Ikhlaskan semuanya. Yakinlah, tuhan pasti mempunyai rencana baik untuk kalian berdua." Nadien memeluk putranya yang terisak dan menguatkan putranya yang rapuh.

○•°

"Mommy!..."

Lyora menautkan alisnya saat anak gadis berusia tiga tahunan menyerunya sambil berlari kearahnya, lalu memeluk kakinya karena tinggi anak itu sebatas pahanya.

"Mommy?"

Lyora menatap kebawah, mengamati wajah berseri anak gadis tersebut yang tengah menengadah keatas. Pada saat tengah mengamati, Lyora menyentuh sebelah pipi kirinya yang ternyata basah, lalu Lyora mengusap jejak air matanya yang mengalir tanpa permisi.

"Mommy! Kenapa menangis?" Tanya bingung anak gadis tersebut dengan aksen anak kecilnya, membuat Lyora mengalihkan fokusnya kepada anak gadis tersebut.

Lyora berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan anak gadis tersebut. Lalu tangan Lyora terulur mengelus wajah cantik anak gadis tersebut yang ternyata sangat mirip dengannya, namun manik dan bulu mata lentiknya seperti Naca.

"Aku tidak menangis, hanya saja mataku kelilipan__ " Lyora pun tak tahu kenapa dirinya menangis saat mengamati wajah cantik anak gadis dihadapannya.

"__dan tunggu! Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Mommy?"

"Aku adalah anakmu."

"Anakku?" Ulang Lyora, tiba-tiba hatinya terenyuh, terharu dan sedih secara bersamaan saat anak gadis itu mengakui bahwa dirinya adalah anak gadisnya. Namun tak tahu apa alasan dirinya merasakan hal yang bertolak belakang seperti itu.

Kembali Lyora menatap manik gadis itu dengan tatapan sendu. Satu tangannya ikut terulur, lalu menangkup kedua pipi anak gadis tersebut.

"Aku sangat merindukanmu Mommy__"

"__Tapi, aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku harus pergi. Maafkan aku Mommy. Jangan bersedih lagi, aku sayang Mommy and Daddy."

"Kamu mau pergi kemana, sayang? Tidak bisakah kamu tinggal lebih lama bersama Mommy?"

LyoCa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang