Part 37 Paranoid

63 4 4
                                    

"Siapa si peneror itu?"
~▪•°•▪~
Happy Reading
***

Lyora menjadi paranoid setelah kejadian-kejadian yang menimpanya beberapa hari ini. Saat Lyora berjalan sendirian pun, Lyora selalu teringat hal-hal menakutkan yang telah terjadi kepadanya.

Bukan sengaja Lyora berjalan sendirian, akan tetapi dirinya ingin buang air kecil dan kebetulannya Zeva yang sudah diperintahkan Naca untuk selalu menjaga dirinya tak bisa mengantar, dikarenakan guru kelas mereka menyuruh Zeva untuk mendata siswa-siswi yang akan masuk ke universitas setelah lulus dari sekolah Angkasa nanti.

Alhasil dirinya disini berada dilorong sepi, sendirian, berjalan gelisah dengan pandangan mengedar kemana-mana seraya jari silih menaut. Menandakan bahwa Lyora benar-benar sangat ketakutan.

Keringat dingin didahinya mulai tampak, detak jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. Bayangan orang-orang yang telah melukainya dan bisikan-bisikan orang yang mencelanya terdengar bergemuruh ditelinga Lyora.

Brug...

Ketakutannya itu membuat Lyora mempercepat langkahnya dan berakhir menubruk dada bidang seseorang karena kurangnya memperhatikan jalan.

Sontak Lyora terperanjat dan refleks tangannya mengusap jidatnya yang terkena benturan.

Sttt...

Lyora yang belum menyadari siapa orang yang telah Ia tubruk, masih sibuk mengusapi jidatnya beberapa kali yang membentur dada bidang pria tersebut.

Hingga Lyora sempat berhenti dari pergerakannya ketika mendengar suara yang keluar dari mulut orang itu, yang mengingatkannya kepada salah satu sahabat lelakinya yang beberapa hari ini menjauhinya.

"Jalan pake mata, bukan hanya kaki yang diandelin. Apalagi pake otak lo yang lemot."

Lantas untuk meyakinkan, Lyora memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap orang dihadapannya yang tengah menatapnya tajam seraya satu tangan dimasukan kedalam saku celana.

"Abian" gumam Lyora sedikit tak percaya dengan perkataan kasar Abian kepadanya.

"Minggir." Ucap Abian seraya mendorong kasar bahu Lyora kesamping, sehingga tubuh Lyora terhuyung kesamping namun tak membuat Lyora jatuh diatas lantai.

Lyora yang sudah tak tahan dengan sikap Abian yang seperti itu menghentikan langkah Abian yang sudah melalui tubuhnya. "Tunggu!"

Lyora memutar tubuhnya bersamaan dengan Abian yang memutar tubuhnya, posisi mereka saat ini saling berhadapan dengan melempar tatapan sengit.

"Lo bisa jelasin alasan lo kasar ke gue?"

Lyora bisa melihat Abian tengah berdecak sebal

"Penting begitu?"

Lyora mengepalkan tangannya kuat, alih-alih menahan emosinya ketika mendapat jawaban seperti itu.

"Lo itu sahabat gue, dan gue berhak tau kenapa lo jauhin gue sampai berlaku kasar ke gue."

Perkataan Lyora membuat Abian melangkah kearahnya dengan ekspresi datar dan sontak Lyora berjalan mundur saat Abian menghimpitnya kedinding lorong.

"M-mau apa lo?!" Cegat Lyora yang tak digubris Abian sama sekali.

Jujur saja Lyora baru mengetahui sisi menakutkan Abian, tatapan tajam dan ekspresi datar seolah menyiratkan kebencian kepadanya.

"Apa lo mau tau apa alasan gue bersikap kasar kepada lo?" Tanya Abian sambil menelisik tubuh Lyora dari ujung sepatu hingga berhenti dimanik Lyora yang ketarak ketakutan, tak seperti tadi menggebu marah

LyoCa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang