• 𝐌𝐀 - 𝟎𝟗 [𝐓𝐮𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠? 𝐄𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐨𝐡𝐨𝐧]

58 39 70
                                    

#DAY10

“Manusia diciptakan untuk berjuang, bukan menyerah.”

Pada akhirnya berdamai dengan keadaan menjadi jawaban akhir untuk hal yang telah terjadi. Banyak kejadian yang jawabannya tetap sabar dan teruslah berjuang.

Perjuangan bukan hanya dalam lisan namun lakukanlah perjuangan itu dengan tindakan.

“Nindah, Aura datang yuhu,” ucap Aura.

“Pergi yuk,” lanjutnya.

“Mau ke mana?” tanya Nindah.

“Pasar malam, buat refresing otak. Kamu pasti capek habis kerja, dan aku tahu kamu lagi ada masalah di tempat kerjaan,” jawab Aura.

Nindah menyunggingkan senyum. “Boleh, ayo pergi. Jujur beberapa hari kerja banyak hal yang udah terjadi, barang hilang harus ganti rugi. Padahal aku karyawan baru yang nggak tahu apa-apa, ya nggak masalah sih tapi udah rugi di awal,” ucap Nindah.

“Melakukan kesalahan yang jelas-jelas aku nggak sengaja, aku merasa aku dipermalukan pas itu. Banyak orang yang lihatin aku, aku malu Ra. Tapi, aku tahu ini semua bagian dari takdir yang harus aku jalani.”

“Ra, kapan ya hari bahagia buat aku? Aku butuh jawaban pasti tentang ini, aku berharap secepatnya dapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan usaha yang udah aku lakuin.”

“Semua hal yang aku lakukan, berharap dapat apresiasi dari orang terkasih aku. Aku udah melakukan banyak hal tapi mereka menutup mata untuk semua itu.”

Aura menyimak dengan baik, curahan hati teman dekatnya. Ia merasa beban Nindah terlalu berat untuk dipikul sendiri. Nindah kekurangan dukungan dari orang tuanya, maka Aura akan berusaha untuk menjadi support system untuk Nindah. Mau bagaimana pun Nindah adalah teman yang selalu mengerti keadaannya. Mungkin kali ini adalah giliran dirinya untuk memberi dan mendukung Nindah.

Nindah menghela napas. “Aku harap mimpi itu benar-benar akan terjadi, aku akan berusaha untuk dapati semuanya.”

“Hampir semua kehendak aku dianggap nggak ada nilainya, padahal aku juga punya hak untuk hidup aku. Hidup dewasa begini ya, aku kira akan menyenangkan,” ucap Nindah.

“Nin, aku tahu banget gimana perjuangan kamu, kamu bertahan ya. Kesuksesan itu pasti akan menghampiri kamu, percaya sama aku. Kamu itu punya potensi untuk segala hal, salah satunya menjadi penulis yang sukses, kamu jangan lupakan bakat kamu itu,” jawab Aura.

Pertemanan yang sangat memberi dampak positif, saling menasehati itulah sejatinya seorang teman yang baik.

Tumbang? Tidak ada dalam prinsip Nindah, ia akan terus berjuang walaupun diiringi dengan keluhan dari rasa lelah yang ia rasa setiap harinya. Orang tua yang seakan angkat tangan untuk semua hal yang Nindah lakukan.

Menanam dan tumbuh, namun tidak termakan.

Menjadi anak yang sering dibandingkan adalah sesuatu hal yang menyakitkan. Tidak ada seorang anak yang ingin dibandingkan dengan saudara bahkan orang lain. Tidak kah terpikir? Bahwa takdir manusia berbeda-beda? Bahkan lintasan takdirnya pun berbeda dan tidak ada yang sama dengan lintasan takdir manusia lainnya.

Stop! Semua orang memiliki hati, namun tidak semua orang mengetahui bagaimana fungsinya.

“Aku sakit Ra, aku sakit harus menanggung ini semua sendirian,” ucap Nindah. Air bening itu luruh, rasa sesak dada yang semakin menyesakkan.

“Pendam semuanya sendiri, orang tua hanya melihat ketika usaha aku gagal. Mereka nggak ada berniat untuk memberi arahan yang baik dalam jangka panjang.”

Aura memeluk Nindah, mencoba untuk menenangkan sahabatnya. Ia ikut bingung dan merasakan rasa sakit yang Nindah rasakan. Sekian lama mereka berteman dekat, apa pun yang dirasakan salah satunya, pasti memberi rasa yang sama.

“Aku nggak tumbang kok, kan aku bukan pohon. Aku pasti akan semangat lagi untuk besok dan seterusnya,” ucap Nindah mengusap air matanya.

“Harus senyum, nggak boleh nangis. Ayo ke pasar malam, kita main-main di sana, biar kamu kembali senang.” Aura menggandeng Nahla untuk naik ke atas motornya.

Nindah beruntung memiliki teman seperti Aura, dan Aura pun merasakan hal yang serupa. Mereka berdua sama-sama merasakan keberuntungan dan bersyukur atas apa yang sudah Tuhan kirimkan.

Mengikat angan yang berharap menjadi kenyataan. Terdiam bukan maksud tak bisa melawan, hanya saja rasa tenang lebih baik daripada berperang dengan ego seseorang.

****

Keramaian yang nyata, permainan yang berjejer rapi dan para penjual jajanan. Suasana pasar malam yang ternyata bisa membuat Nindah mengesampingkan permasalahan yang sedang terjadi.

Ternyata benar teman dan tempat yang nyaman bisa mengembalikan suasana hati seseorang. Nindah merasakan lebih tenang untuk sekarang.

Aura mengajak Nindah untuk berlomba mewarnai. Gambar yang Nindah pilih adalah dunia laut. Sedikit sulit namun Nindah berusaha untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

“Yang kalah harus traktir makan,” ucap Aura percaya diri.

“Oke boleh, siapa takut.” Nindah menerima tantangan itu, tidak masalah jika memang dirinya kalah. Namun bukan Nindah namanya jika berhenti berjuang di pertengahan takdir, permasalahan yang berhasil ia selesaikan sudah terlalu banyak.

Mari wujudkan sebuah mimpi menjadi nyata dan berdoalah dalam keyakinan atas kuasa Tuhan yang maha adil. Jangan pernah tumbang hanya karena ucapan rendahan.

“Anganmu akan menjadi rasa bahagiamu.”

TBC

𝐌𝐄𝐑𝐀𝐊𝐈𝐓 𝐀𝐒𝐀 : Kisah Singkat Dari Sang Pemimpi [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang