#DAY22
“Di kala hati gundah, rasa sakit menjadi pelengkap.”
Nindah hari ini tengah menyibukkan diri, mencoba untuk menulis cerita di salah satu platform terkenal. Mendapat julukan sebagai 'Dunia Oren' dan banyak anak muda yang mengembangkan bakat imajinasinya dalam platform tersebut.
Pendapat Aura benar juga, Nindah memang perlu mengasah bakat menulisnya. Jika terus dipendam bagaimana mau berkembang? Ini adalah waktu yang tepat untuk dirinya memulai berkarya. Nindah mengenal dunia literasi sejak 2019, namun dahulu hanya menjadi seorang pembaca dan belum terlalu berminat untuk menjadi penulis.
Semua telah ia siapkan, dari membuka akunnya, merangkai outline, belajar memahami cara penempatan tanda baca, hingga memahami bagaimana membuat cerita yang menarik pembaca.
“Oke, mulai sekarang kalo nggak ada kerjaan harus buat cerita. Siapa tahu jadi penulis terkenal,” monolog Nindah.
“Nice, outline selesai. Tinggal kembangin setiap babnya.”
Dengan lihai Nindah mengoperasikan laptopnya, sebagai awalan dirinya akan membuat prolog untuk ceritanya.
Mencari makna kata-kata asing, dan mulai merangkai menjadi sebuah narasi indah yang semoga saja bisa membuat pembaca tertarik.
Nindah mengirimkan pesan kepada Aura, bahwa dirinya akan memulai menulis cerita. Nindah meminta bantuan Aura untuk mempromosikan ceritanya setelah nanti ia publish.
Tidak lupa, untuk menemani waktu menulisnya. Nindah menyetel lagu India, dia memang sangat menyukai lagu India, Arab dan beberapa genre lain termasuk pop. Musik menggema, membuat Nindah merasakan ketenangan dan mendapatkan inspirasi untuk ceritanya. Nindah mulai menikmati dan dirinya mudah memahami setiap materi yang ia cari penjelasannya.
Menyiapkan akun-akun media sosialnya untuk mempromosikan cerita pertama yang akan rilis sebentar lagi. Demi mendapatkan hasil yang memuaskan, Nindah melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
•••
Masih dengan pekerjaan rumah yang setiap hari ada, melihat baju menumpuk membuat Nindah menghela napasnya. Sedikit mengeluh capek tidak masalah bukan?
Memasukan satu per satu baju dan lainnya ke dalam mesin cuci, masih banyak daftar pekerjaan rumah yang harus Nindah lakukan, salah satunya memasak. Hari ini Nindah akan memasak opor ayam, membuat sambal, menggoreng tempe dan tahu.
Jangan terus mempertanyakan skill memasak yang Nindah punya, dirinya sangat lihai untuk urusan dapur. Sembari menunggu cucian, Nindah juga sudah menyiapkan bumbu untuk opor ayamnya.
Hanya sekali dirinya melihat resep dan tata cara memasaknya. Namun, baru sekali saja semua informasi sudah berada dilingkup kepalanya.
Suara notifikasi ponsel Nindah.
Namun Nindah belum ada niatan untuk sekadar melihat pesan yang ia Terima. Rasanya akan malas jika memegang ponsel sebelum pekerjaan selesai semua.
“Sabar ya HP, kerjaanku masih banyak,” monolog Nindah.
Bumbu yang Nindah pakai, ia tumbuk menggunakan cobek yang berukuran sedang. Menurutnya lebih enak menggunakan cobek daripada bumbu yang di blender. Menggunakan blender ketika dirinya buru-buru saja, kalau untuk sekarang ia memiliki banyak waktu.
“Harum sekali bumbu ku, pasti enak ini mah real.” Nindah memuji dirinya sendiri.
“Fiks, jadi menantu idaman ini mah.” lanjutnya.
Daripada tidak ada yang memuji, maka dari itu Nindah melakukannya sendiri untuk memberikan support dan memberi apresiasi.
Perkembangan untuk cerita Nindah terbilang masih belum bisa naik performanya. Nindah akui untuk meramaikan ceritanya tidak semudah itu bahkan ia sudah mempromosikan ke beberapa media sosial yang dia punya.
Takdir belum berpihak kepadanya, namun dengan begitu tidak membuat Nindah untuk berhenti berjuang. Sekali lagi, tidak ada di dalam benak Nindah untuk memberhentikan perjuangannya. Ia percaya kesuksesan akan ia genggam dan tidak akan ia lepaskan.
•••
Salah satu teman Nindah tiba-tiba saja menghubungi, dan mengajak Nindah untuk ikut dia ke luar kota. Jelas untuk teman yang kali ini orang tua Nindah mengenalnya, bahkan Nindah sudah menebak bahwa dirinya akan mendapatkan izin untuk bekerja bersama temannya.
Nindah lompat bergembira, ia ingin segera meminta izin kepada orang tuanya perihal pekerjaan yang akan ia lamar. Harap-harap kali ini akan berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan apa pun.
Dengan rasa senang dan percaya diri, Nindah sedang membereskan pakaiannya yang akan dia bawa. Padahal mendapatkan izin dari orang tuanya pun belum ia dapatkan.
“Mama sama Papa, udah pasti izinkan aku pergi ke luar kota,” monolog Nindah.
Hingga pada akhirnya, langkah kaki terdengar dari luar. Nindah menebak bahwa itu orang tuanya. Dengan langkah pasti, ia membuka knop pintu dan mengecek siapa yang ada di luar sana.
Tepat! Tebakan Nindah benar adanya. Ibunya tengah mengecek meja makan, melihat masakan anaknya yang sepertinya menggugah seleranya.
“Ma, Nindah mau bilang sesuatu,” ucap Nindah.
“Ada apa?” tanya Bu Ratna.
“Tadi Nindah dikabari sama teman Nindah yang namanya Devina, dia ajak Nindah buat kerja di luar kota sama dia. Kalo Mama sama Papa kasih izin, nanti Nindah berangkat besok malam,” jelas Nindah.
“Kalo kamu memang yakin, Mama kasih izin. Nanti kalo Papa pulang minta izin sama Papa juga,” ucap Bu Ratna.
“Papa kasih izin, demi kesuksesan kamu juga Nak,” ucap Pak Indra yang tiba-tiba ada di belakang.
Nindah mengulas senyum. “Doakan ya, Mah, Pah. Nindah masuk ke kamar dulu, mau kabari teman Nindah sama mau mempersiapkan semuanya.”
Lari dengan rasa senang, Nindah yakin kali ini benar-benar kesempatan untuknya meraih kesuksesan itu di kota orang.
TBC
Hai, guys. Di wattpad sengaja dibuat pendek, lengkapnya ada di word. Semoga aja nanti beneran cerita ini lolos terbit. Jadi, nanti kalian akan tahu pembeda antar bab di wattpad dengan word seperti apa hehe.
See u><
![](https://img.wattpad.com/cover/361987633-288-k962187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐄𝐑𝐀𝐊𝐈𝐓 𝐀𝐒𝐀 : Kisah Singkat Dari Sang Pemimpi [TERBIT]
Novela Juvenil📍𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐙𝐄 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘! #𝐂𝐇𝐀𝐋𝐋𝐄𝐍𝐆𝐄𝐌𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝟐𝟓𝐇𝐚𝐫𝐢_𝐓𝐞𝐨𝐫𝐢𝐊𝐚𝐭𝐚𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡𝐢𝐧𝐠 ─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ─── 𝐌𝐀𝐑𝐈 𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐑𝐄𝐒𝐀𝐏𝐈 𝐈𝐒𝐈𝐍𝐘𝐀🐤 Secuil apapun usaha yang telah kam...