• 𝐌𝐀 - 𝟐𝟏 [𝐀𝐰𝐚𝐥 𝐃𝐚𝐫𝐢 𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚]

25 15 0
                                    

#DAY23

“Ukirlah sejarah baru, tanpa meniru.”

Kebanyakkan orang akan merasakan letih yang tidak berkesudahan, rasa menyerah yang pasti tersirat ada. Siapa seseorang yang secara mati-matian menggapai semua angan yang terdaftar rapi dalam benak.

Meredupkan diri untuk mengisi, bukan untuk membenci atau memundurkan diri.

Tanamkan jiwa-jiwa pahlawan yang tanpa ada rekaman jejak tentang menyerah. Anggap semua orang yang menjatuhkan harga dirimu adalah orang-orang pecundang yang tidak mampu menyaingi usaha-usaha dan hasil yang telah diri sendiri dapatkan.

Nindah selesai membereskan pakaian dan keperluan lainnya kemarin malam, dan hari ini Nindah masih mengecek untuk beberapa barang yang menurutnya penting dan tidak boleh tertinggal, contohnya laptop. Ia akan menyempatkan waktunya untuk terus menulis cerita sampai impian menjadi penulis pun terwujud. Ia akan bekerja sambil menulis, jika hal itu tidak menganggu waktu kerjanya. Bagi Nindah bukan masalah besar, dan Nindah akan mengatur waktu untuk semua hal yang sedang kerjakan.

Rasa bahagia dan bayangan-bayangan pekerjaan yang akan ia datangi sudah terlintas jelas dalam pikirannya. Sesekali tersenyum melihat wajah ayunya yang terpampang jelas dalam cermin, ia menyemangati diri secara terus menerus.

Ini bukan tentang kesedihan semata, namun ini bentuk perjuangan seorang gadis untuk menggapai semua impiannya.

•••

Sesuai dengan kesepakatan kemarin, malam hari ini Nindah akan berangkat menggunakan travel. Ia meminta restu dan doa kepada kedua orang tuanya, ini pengalaman pertama dirinya akan jauh dari orang tuanya. Berat rasanya, namun jika tidak dipaksakan semua hal akan pupus dan Nindah tidak ingin semua itu terjadi.

“Mah, Pah. Doakan Nindah ya, semoga Nindah betah dan nanti bisa membahagiakan Mama sama Papa,” ucap Nindah.

“Pasti di doakan. Jaga diri baik-baik di sana, jangan sering keluar,” jawab Bu Ratna.

“Hati-hati di sana, kalo nggak tahu apa-apa tanya sama Devina. Papa restui dan selalu do'ain Nindah sukses,” ucap Pak Indra.

Rasanya buliran air bening itu akan meleleh, namun Nindah berusaha untuk menahannya. Ia senang bercampur sedih. Senang karena kedua orang tuanya sudah mulai peduli dan memberikannya semangat, dan sedih karena harus pergi jauh dari orang tuanya yang hampir belum pernah ia tinggal.

Tentu, ada rasa takut dan khawatir. Tetapi, Nindah selalu mengesampingkan hal tersebut. Jika terus diingat bagaimana dirinya akan berangkat? Jika hal tersebut memberatkan pikirannya.

Mobil travel sudah sampai, Devina pun sudah meminta izin kepada orang tuanya dan orang tua Nindah tentunya.

Supir membawa masuk barang-barang milik Nindah dan Devina di bagasi. Dua perempuan itu masuk dan mencari duduk yang masih kosong. Nah, kursi bagian tengah masih kosong, mereka berdua memilih kursi itu untuk mereka duduk. Nindah duduk sebelah kaca, karena ia suka melihat-lihat pemandangan malam dari dalam mobil.

Ada desiran aneh saat mobil mulai berjalan menjauh dari pandangan orang tuanya.

Dalam wajah yang tertutup masker, Nindah meluruhkan air matanya. Ia tidak bisa untuk menahan sesak yang ia rasakan sedari awal meminta izin kepada orang tuanya.

Tidak banyak percakapan antara Nindah dan Devina, lantaran Devina langsung tertidur belum lama saat mereka memasuki mobil tersebut.

Nindah mengambil beberapa momen saat berada di dalam mobil, memotret asal dan mengirimkan ke status Whatsapp-nya.

•••

Nindah terbangun, rupanya tujuan mereka mendapat giliran terakhir. Maka dari itu jam 03.00 dini hari mobil berhenti di salah satu rest area.

Devina masih tertidur pulas, Nindah merasakan dirinya akan membuang air kecil. Menggoyangkan badan Devina untuk mengajak ke kamar mandi.

“Vin, bangun,” ucap Nindah.

“Emm, udah sampai kah?" tanya Devina celingak-celinguk.

“Belum, antarin aku ke kamar mandi. Sekalian beli pop mie,” jawab Nindah.

Devina mengangguk dan membenarkan pakaian yang ia pakai.

Terlihat jelas Nindah memang tidak tahu daerah orang lain, ia mengekori Devina untuk mencari kamar mandi perempuan.

Semua Nindah lakukan bersama Devina. Devina termasuk teman yang sudah biasa pergi kerja di luar kota, oleh karena itu Devina memang sudah paham betul setiap daerah yang memang dirinya tahu.

“Tampil apa adanya memang pilihan yang lebih baik. ”

TBC

𝐌𝐄𝐑𝐀𝐊𝐈𝐓 𝐀𝐒𝐀 : Kisah Singkat Dari Sang Pemimpi [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang