#DAY19
"Namanya juga perasaan, kalau nggak salah rasa ya salah orang."
Setelah mengajak ke Cafe, Utara lanjut mengajak Nindah untuk pergi ke sesuatu tempat, yang pasti belum pernah Nindah datangi. Rasa penasaran makin bersarang dalam diri Nindah. Ia penasaran bagaimana tempatnya. Biasanya jika Utara yang membawa dirinya pergi, tempat yang menjadi tujuan adalah tempat-tempat yang indah cocok untuk seseorang yang menyukai kesendirian.
Nindah langsung excited melihat pemandangan yang sangat memanjakan mata. Pepohonan rindang dan bunga-bunga sudah pasti ada sebagai pelengkapnya.
Nindah memilih duduk di kursi berwarna putih yang ada di Taman tersebut.
Nindah melirik ke arah Utara. "Bang, abang benar-benar petunjuk arah deh," ucapnya.
Utara menautkan alisnya. "Kenapa begitu?"
"Ya soalnya, Bang Utara tahu semua tempat-tempat indah yang pas banget buat Nindah," jawab Nindah.
Utara mengulas senyum, memandangi wajah cantik milik gadis di sebelahnya. Gadis yang terkenal sebagai introvert dan pemalu. Nindah akan bisa bergaul jika orang tersebut memang sudah akrab menurutnya.
Nindah berdiri, berlari ke arah bunga yang menurutnya cantik dan memikat matanya.
"Jangan lari-lari, nanti nyungsep heii!" teriak Utara.
"ENGGAK KOK!" jawab Nindah tidak kalah teriak.
Berdiri di tengah-tengah luasnya Taman dan merentangkan tangannya. Nindah benar-benar menikmati waktu bersama Utara kali ini. Senyum mengembang luas yang selalu Nindah tunjukkan pada dunia untuk kesempatan kali ini.
Utara berniat untuk bergabung dengan Nindah, ia berjalan dan mendekat ke arah Nindah yang masih memejamkan matanya.
"Taman yang indah untuk Nindah," ucap Utara.
Nindah membuka matanya, terlihat laki-laki yang memiliki perawakan tubuh tinggi. Parfum Utara yang sangat membuat tenang. Nindah memang menyukai laki-laki yang bau wangi.
"Makasih ya, Bang. Udah bawa Nindah ke tempat seindah ini," ucap Nindah.
"Sama-sama, terus bahagia ya," jawab Utara.
Nindah mengucapkan kata aamiin tanpa bersuara.
•••
Argan mengintip dibalik pohon yang letaknya tidak jauh dari Nindah berdiri. Melihat bagaimana bahagianya Nindah saat bersama Utara, Argan merasakan hawa panas dalam tubuhnya dan perubahan suasana hatinya yang tiba-tiba saja ingin menghantam pohon di depannya.
Nindah dan Utara belum menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memerhatikan mereka. Nindah masih mencium-cium aroma bunga yang khas. Rasa tenang dan bahagia benar-benar Nindah rasakan.
Sebuah ranting pohon kering tidak sengaja terinjak Argan dan tentu berhasil menghasilkan suara yang khas.
Krek!
Nindah menoleh dan disusul Argan, mereka mencoba mencari sesuatu yang ada dibalik pohon. Hingga akhirnya Nindah memutuskan untuk mendekati ke arah pohon.
"Argan, kamu ngapain ada di sini?" tanya Nindah.
"Lagi berburu," jawab Argan kikuk.
Alis Nindah terangkat satu. "Berburu? Berburu apa?"
"Itu, semut rang-rang." Argan tidak bisa mengontrol perasaan dirinya sendiri. Ia terciduk oleh Nindah, perempuan yang ia sukai.
Utara tahu Argan tengah berbohong, ia sesekali menyunggingkan sebelah bibirnya. Persaingan? Sepertinya akan ada persaingan antara mereka berdua.
"Udah nemu semutnya?" tanya Utara.
"Lepas lagi," jawab Argan.
"Semut mau buat apa sih, Ar?" Nindah masih saja bertanya, ia benar-benar tidak bisa menangkap apa yang sedang terjadi.
Argan melirik Utara. "Buat aku kasih masuk ke kamarnya orang yang berani mengambil start duluan."
Jawaban Argan tidak membantu Nindah untuk memahami semua hal yang tengah terjadi. Nindah mengedikkan bahunya dan menjauh dari dua lelaki di depannya.
Nindah memilih untuk bersama bunga-bunga cantik dan ada dua kupu-kupu yang hinggap di salah satu bunganya.
Argan dan Utara melihat apa yang sedang Nindah lakukan.
"Bersaing?" tanya Utara.
"Gas, siapa takut," jawab Argan.
Keduanya memiliki tujuan yang sama, membahagiakan Nindah dan menjaganya dari orang-orang seperti Endi.
•••
Hari semakin gelap, Nindah mengajak Utara untuk pulang. Dirinya pasti sudah dicari oleh orang tuanya. Menghabiskan waktu yang cukup lama untuk hari ini. Tidak kerasa mereka sudah melewati beberapa kejadian yang unik, salah satunya terciduknya Argan di sebalik pohon.
Argan pulang masih dengan perasaan cemburu, ditambah Nindah lebih memilih untuk pulang bersama Utara walaupun dirinya sudah menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang.
Benar-benar persaingan yang ketat, keduanya laki-laki baik. Berharap dari persaingan itu tidak membuat salah satunya menjadi laki-laki jahat karena sakit hatinya.
Sudah menjadi hal biasa terjadi di kalangan anak muda, kisah asmara yang harus ada persaingan antara satu dengan lainnya. Jelas menjadi bumbu-bumbu percintaan anak muda agar memiliki kesan tersendiri.
"Makasih Bang Arah, untuk hari ini," ucap Nindah.
"Sama-sama, udah sana masuk. Abang pulang dulu," jawab Utara.
Nindah mengangguk dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. "LUPA! HATI-HATI BANG!" teriak Nindah.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/361987633-288-k962187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐄𝐑𝐀𝐊𝐈𝐓 𝐀𝐒𝐀 : Kisah Singkat Dari Sang Pemimpi [TERBIT]
Fiksi Remaja📍𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐙𝐄 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘! #𝐂𝐇𝐀𝐋𝐋𝐄𝐍𝐆𝐄𝐌𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝟐𝟓𝐇𝐚𝐫𝐢_𝐓𝐞𝐨𝐫𝐢𝐊𝐚𝐭𝐚𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡𝐢𝐧𝐠 ─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ─── 𝐌𝐀𝐑𝐈 𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐑𝐄𝐒𝐀𝐏𝐈 𝐈𝐒𝐈𝐍𝐘𝐀🐤 Secuil apapun usaha yang telah kam...