### **Ibu Gito Kembali Sadar**
Di tengah suasana yang tegang dan penuh kecemasan, Gito tak henti-hentinya menggenggam tangan ibunya yang dingin. Hatinya berdebar kencang setiap kali alat monitor menunjukkan perubahan kecil pada denyut jantung atau tekanan darah. Di sebelahnya, Chika yang masih tertidur dengan posisi tidak nyaman, sesekali bergerak, tetapi wajahnya tetap terlelap dalam kelelahan.
Tiba-tiba, Gito merasakan ada sedikit gerakan di tangan ibunya. Matanya langsung melebar, penuh harap. "Bu...?" bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar.
Ibu Lela tampak menggerakkan jari-jarinya pelan, tapi tak lama kemudian gerakan itu berhenti, dan tubuhnya kembali diam. Gito menahan napas, menunggu dengan penuh kecemasan. Apakah ini pertanda baik, atau hanya refleks sesaat? Dia menggenggam tangan ibunya lebih erat, mencoba memberikan kehangatan dan harapan.
"Bu, kalau Ibu bisa dengar, tolong berikan tanda. Gito ada di sini, Bu..." bisiknya lagi, suaranya penuh harap meski ada nada gentar di sana.
Detik-detik berlalu dengan lambat, dan tak ada gerakan lagi. Gito menundukkan kepala, perasaan lega bercampur cemas memenuhi hatinya. Setidaknya, dia tahu ibunya masih berusaha. Dia masih ada di sana, berjuang untuk kembali.
### **Kebahagiaan yang Ditunggu-tunggu**
Setelah beberapa jam yang mencekam, Gito tiba-tiba melihat ada gerakan lagi di kelopak mata ibunya. Perlahan, mata ibu Lela terbuka, sedikit demi sedikit, seolah mencoba mengumpulkan kekuatan untuk bangun dari tidur panjangnya.
"Bu!" seru Gito pelan, matanya berkaca-kaca. Dia mengguncang lembut tangan Chika, yang langsung terbangun dari tidurnya. "Chik, Chik, Ibu sadar!"
Chika yang masih setengah terjaga, segera bangkit dan melihat ke arah ibu Lela. Matanya langsung melebar dan air mata kembali mengalir tanpa bisa dia tahan. "Ibu ... Ibu sadar!"
Ibu Lela mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba fokus pada dua wajah yang sangat dia kenali. Namun, ada kebingungan di sana. Mulutnya bergerak pelan, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi suara yang keluar hanya gumaman tak jelas.
"Ibu? Ibu bisa dengar kami?" tanya Gito, penuh harap.
"Ibu..." suara ibu Lela terdengar lemah dan serak. "Gito...?"
"Iya, Bu. Ini Gito. Gito di sini, Bu," jawab Gito dengan suara gemetar, penuh rasa syukur. Chika yang berdiri di sampingnya juga tak bisa menahan tangis haru, melihat sahabatnya dan ibunya akhirnya bisa berkomunikasi lagi.
### **Kebingungan dan Halusinasi**
Namun, ada sesuatu yang aneh. Ibu Lela tampak bingung, matanya melihat sekeliling dengan tatapan kosong, seolah sedang mencari-cari sesuatu. "Kenapa ibu di sini? Gito... Shani mana?" tanyanya tiba-tiba, membuat Gito dan Chika saling berpandangan, bingung.
"Shani?" tanya Gito, tidak mengerti. "Shani nggak di sini, Bu."
Ibu Lela mengerutkan kening, tampak bingung. "Tadi Shani ada di sini... dia bilang kalian menikah. Dia minta maaf... apa ini mimpi?" Ibu Lela mulai terisak, tangannya bergerak gelisah di atas selimut, seolah ingin memastikan semuanya nyata.
Gito menggenggam tangan ibunya dengan lembut. "Bu, ini Gito. Nggak ada Shani di sini. Ibu baru sadar setelah operasi."
"Ibu... maaf, Bu," Chika tiba-tiba menangis lagi, suaranya parau. "Semua ini salahku, Bu. Kalau aja aku nggak ceroboh, Ibu nggak akan sakit seperti ini."
Ibu Lela menatap Chika dengan tatapan kosong, lalu kembali melihat Gito. "Operasi? Gito, kenapa kita di sini? Kenapa Shani...?"
Gito merasakan dadanya sesak. Dia tahu, efek obat bius dan trauma dari operasi mungkin masih memengaruhi kesadaran ibunya. Tapi melihat ibunya seperti ini, bingung dan terguncang, membuat hatinya hancur. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba tetap tenang meski air matanya terus mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN)
Romance-----------------------Cerita Gita & Shani--------------- Shani Indira, seorang wanita muda yang baru saja menyelesaikan S2 dengan predikat cum laude, terguncang oleh pertanyaan papanya tentang pernikahan. Shani yang perfeksionis dan ambisius, meras...