Enjoy your reading 💗
***
"Nara, sarapan dulu!" Teriak Risma dari arah dapur.
"Iya, Bunda!"
Nara kini tengah bersiap memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Gadis itu segera keluar kamar dengan membawa tasnya dan menggenggam kunci motornya.
Sampai di dapur, Nara duduk dan langsung di sambut aroma harum masakan Bundanya.
"Nih, sup ayam spesial buat Ara." Risma meletakan mangkuk besar berisi sup itu di atas meja, kemudian ikut duduk bersebrangan dengan anak gadisnya.
Satu suapan berhasil mendarat sempurna di mulut Nara. Gadis itu mengunyah makanan buatan Bundanya dengan perasaan yang campur aduk.
"Enak gak?" Risma terlihat antusias ketika melihat Nara mulai menyendok masakan buatannya.
"Bunda..."
"Kenapa? Gak enak ya?"
"Ini enak banget Bunda, masakan Bunda itu selalu enak. Beruntung banget ayah dapetin wanita kaya Bunda."
Wajah wanita di depannya berubah sendu. "Biasa aja, nyatanya ayah ninggalin Bunda."
"Ayah itu bulol, dia buang berlian kaya Bunda demi kerikil kali," ujar Nara membuat Risma tersenyum tipis.
"Udahlah, udah lewat juga. Mending sekarang makanya cepetan nanti sekolahnya keburu telat."
"Laksanakan."
***
"Kok lo duduk di sini?" tanya Nara ketika menemukan Nina duduk di kursi sampingnya alias tempat milik Al.
"Em, em.."
"Gausah am, em, am, em, ngomong yang bener!" tekan Nara. Gadis itu memang yang paling cupu di kelas, dengan rambut di kelabang dua dan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Sebenarnya gadis itu cantik hanya tertutup penampilannya saja.
"Al, yang nyuruh," ujar Nina pelan sambil menunduk.
Sebuah decakan lolos dari bibir Nara. "Geser!" Nina langsung menurut dan membuat Nara meletakan tasnya secara kasar. "Dia ngomong apa sama lo?"
"Dia bilang, lo pindah duduk sama Nara, biar gue di sini sendiri." Masih dengan menundukkan kepalanya.
"Temen sebangku lo kemana?"
"Dia izin."
***
"Nara! Ayo ke kantin!" seru El di depan pintu. Nara akhirnya bangun dan meninggalkan Nina yang masih diam di tempat duduknya. Gadis itu sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan dunia luar bahkan dengan dirinya tadi gadis itu hanya diam saja.
"Lo mau di beliin minum ga?"
"Makasih Ra, tapi aku bawa kok,"
"Yaudah, gue tinggal." Nara kemudian berlalu meninggalkan Nina yang masih sibuk menulis, entah mencatat apa.
El, Jana, dan Nara berjalan sejajar ke arah kantin. Entah mengapa hari ini moodnya terasa rusak. Bahkan untuk bicara bersama sahabatnya. Ketiganya sampai di kantin dan memilih duduk di meja paling kiri yang tepatnya bersebrangan dengan Al dan sahabat-sahabatnya.
"Mau pesen apa? Biar gue yang antri," ujar Jana yang masih berdiri.
"Samain sama lo."
"Oke." Jana berlalu meninggalkan El dan Nara.
"Nara,"
"Hem."
"Lo lagi perang dingin ya?" tanya El berbisik. Nara seketika menoleh ke arah Al yang terlihat menunduk kemudian mencuri-curi pandang ke arahnya.
"Engga sih, cuma lagi nunggu gencatan senjata aja," ujar Nara dengan suara normal membuat Rey dan Janu menoleh ke belakang, tepatnya ke arahnya.
"Busett, kalian berantem?" Tanya Rey dengan sedotan yang berada di mulutnya.
"Kepo lo berdua!" Sarkas Al membuat kedua sahabatnya melipat bibir—menahan senyum.
"Pantes diem-dieman, ternyata...."
"Janu!! Diem atau abis lo sama gue!"
"WIIHH, NGERII!!!" seru Jana yang baru datang dengan nampan di tangannya. Gadis itu duduk di kursi kosong sebelah Nara dan mulai memakan bakso yang dirinya pesan.
"Minta di samain kenapa punya gue nasi goreng?" tanya Nara sambil menautkan alisnya. El dan Jana bakso dan dirinya beda sediri.
"Tuuuu"
Nara mengikuti arah pandang Jana yang menunjuk Al menggunakan dagunya. Cih, sayang tapi gengsi?
"Hahaha... Malu Al, kalo gue," ejek Janu ketika melihat wajah Al yang memerah.
"Bacot!"
"Dih, sensi. Dapet lo?!"
"El, tukeran?" El mendongak dan mendapati Nara mengerjap-ngerjapkan mata ke arahnya. Seolah terhipnotis, El mengangguk pelan. "Horee... Makasih elenooolll"
"Anjir"
***
Rey membalikan tubuhnya kebelakang, dan langsung bersitatap dengan Al. Pemuda itu terlihat memainkan ponsel di tangannya.
"Lo belum tau? Buketu ga cerita sama lo?" tanya Rey yang di sambut tatapan bingung Al. Pemuda itu kini menegakan duduknya dan mendekatkan kepalanya ke depan.
"Apa?"
"REY! KAMU MAU SEKOLAH APA MAU NGOBROL?!"
Rey berbalik dan langsung mendapati pak Joko tengah menatapnya tajam. Guru itu memang di kenal paling disiplin bahkan ketika akan masuk kelas beliau berkeliling untuk memastikan tidak ada murid yang membolos atau terlambat walau sudah ada satpam.
"JAWAB!"
"Se-sekolah pak,"
"Oke, sekarang perhatikan!" Pak Joko kembali menghadap papan tulisannya dan membuat Rey bernafas lega.
Al menyimpan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk. Pandangannya beralih ke arah Nara yang duduk membelakanginya.
Kenapa kemaren waktu Nara mau jelasin gue tolak, ahrg goblok banget.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE STORY
Teen FictionTetangga menikah? Seorang pemuda yang di beri wasiat oleh kakeknya untuk menikahi gadis sebelah rumahnya. Nara Grizelle, gadis manis yang mau tak mau menerima perjodohan ini dan Alfan Damian yang juga tak bisa menolak wasiat kakeknya. ~~~~~~~~~~~~~ ...