BAB 7√

1.8K 118 9
                                    

"Nnghhh ..."

Desah erotis keluar dari mulut Hara, merasakan kenikmatan pada kerutan pink di antara kedua pipi bokongnya. Bocah itu masih memejamkan mata, dalam tidurnya ia merasa mimpi basah.
Tapi mengapa rasa nikmatnya begitu nyata?

Ditambah remasan turun naik pada juniornya, Hara makin meremang hingga tersadar dan melihat kepala Elang sedang bekerja di selangkangannya.

"Eellhhh? Aahh, apa yang kamu lakukan? Sshhh ..."

Elang mengeluarkan milik Haraa dari mulutnya. "Nikmati saja,Baby. Aku sudah menghabiskan milyaran untuk membelimu."

Mengulumnya lagi hingga Hara membanting kepalanya ke bantal, rasa ini membuatnya terbuai.

"Nnghhh ..."

Tak bisa berkata-kata lagi, Hara melayang. Ia tak mau melihat, tak peduli bagaimana cara Elang melakukannya, dan apa benda lengket yang baru saja di lumuri Elang ke analnya, dia hanya menikmati karena ini terlalu nikmat. Hingga tiba-tiba ia merasakan
sakit yang teramat menyayat.

"Aakkkhh ..." Hara berteriak.

Ini sangat sakit, analnya terbelah. Lelehan air mata membanjiri pipi mulusnya.

Meski Hara menangis, Elang hanya diam tak menghiraukan. Bersyukur masih punya hati untuk tak bergerak sama sekali.

Pria itu meraup bibir Hara, berharap
dapat mengalihkan rasa sakit yang bocah itu rasa. Dia juga merasakan perih pada penisnya karena lubang Hara meremas
terlalu kencang.

'Shitt! Dia benar-benar masih perawan,'

Elang melumat penuh nafsu. Tangannya menggerayangi puncak dada Hara hingga bocah itu merasa relaks dan mulai tenang. Kesempatan itu Elang gunakan untuk melanjutkan aksi. Bergerak liar mengejar kepuasan yang sudah di tahan sejak semalam. Ini seks terbaik dalam hidupnya.

"Nnghh ..."

Hara yang sudah bisa menikmati permainan mereka, mulai menampakkan wujud aslinya. Dia membalas tak kalah liar.

'Persetan kau ini milik siapa. Asal kau bisa melindungi, aku akan melakukan apa pun agar kau tetap bersamaku. Aku tidak ingin tertangkap Papi dengan mudah sebelum puas bermain-main.' Smrik muncul di wajah Hara saat memikirkan ucapan hatinya barusan.

Kegiatan itu berlangsung terus menerus. Berulang lagi dan lagi, hingga tak terhitung berapa kali mereka mencapai puncak.

Dengan senang hati Hara melayani nafsu Elang yang tak mengendur. Mempraktikkan semua ilmu yang sudah ia pelajari, melakukan berbagai macam gaya dan berpindah dari satu sudut ke sudut yang lain. Mereka bahkan melewatkan makan malam, juga melupakan sekotak kondom yang terletak di atas nakas.

***

Cekrek ... Cekrek ...

Kilatan cahaya lampu kamera diruang pemotretan saling berlomba, menerangi para model tampan yang sedang bergaya menunjukkan keindahan busana rancangan Irene yang mereka kenakan.

Irene berdecak kesal. "Aku tak puas, tidak ada yang cocok mengenakan pakaian-pakaian itu, tak bisakah kau menemukan orang dengan visual yang lebih layak?"

"Aku sudah membawa 20 model terbaik dalam sepekan ini, tapi tak ada satu pun yang membuatmu puas, aku harus
mencari yang bagaimana lagi?" Decak Heru, kesal.

"Aku ingin seorang pria yang ketika aku melihatnya, hatiku bergetar dan mataku memancarkan cinta."

"Mengapa tidak kau bawa saja suamimu menjadi model?" ketus sang sekretaris.

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang