BAB 11√

1.1K 95 8
                                    

Masih pada mau dilanjutin gak?
.
.
.

Hari kelulusan tiba.

Hara sudah diatur akan berkuliah di mana, jadi Rey dan Nick memutuskan untuk berkuliah di kampus dan di jurusan yang sama, yaitu manajemen bisnis.

Sudah dua bulan dilewati Hara tanpa kehadiran Elang. Pria dewasa itu tidak pernah menghubungi dan tidak pernah mendatangi Hara lagi.

Hara tetap dikawal dua bodyguard, Mario juga masih rutin menghubungi. Tidak ada pembahasan tentang Elang tiap kali Mario menelepon, Hara juga tidak pernah bertanya.

Bocah itu sungguh tak lagi peduli dengan Elang.

***

Mario membawa Hara ke partment mewah di pusat kota. Bocah itu mulai lelah karena tak kunjung sampai.

"Kapan lift ini berhenti, Paman?" Keluhnya.

"Kita akan berhenti di lantai paling atas, Tuan Elang sudah menyiapkan panthouse untuk anda."

Hara mengangguk. "Baiklah, uang si tua bangka itu sangat banyak. Jadi, biarkan saja dia memberiku panthouse, kalau perlu sekalian dengan gedung apartment-nya."

"Nanti akan saya bicarakan dengan Tuan Elang, saya rasa itu mudah karena hanya perlu mengubah nama kepemilikan menjadi nama Anda."

"Memang sebelumnya nama siapa?"

"Nama Tuan Elang. Apartemen ini baru selesai sebulan yang lalu dan Tuan Elang adalah pemiliknya. Beliau sengaja mendesain sebuah penthouse di lantai paling atas untuk diberikan kepada Anda."

"Cih!"

Mario tersenyum. Mereka telah sampai di panthouse yang akan menjadi tempat tinggal Hara, entah sampai kapan.

Ruangan ini sangat besar untuk di tinggali Hara seorang ini. Fasilitas lengkap dengan desain elegan dan proferti kayaknya istana ratu.

"Katakan pada tua bangka itu, terima kasih telah memberiku tempat untuk kesepian."

Mario mengerutkan alis.

"Aku hanya sendiri di panthouse sebesar ini dan lihatlah, hanya ada satu kamar. Itu artinya dia menyuruhku terus kesepian." Kata Hara lagi.

"Anda akan tinggal bersama Tuan Elang, saya pastikan anda tidak akan kesepian."

"Bermimpi saja, aku tidak akan membiarkannya masuk." Hara membanting dirinya ke atas ranjang, "Aahhh, nyamanyaa ..."

Matanya menangkap sebuah figura besar berisi photonya sedang tertidur. "Aku tak ingat pernah berfoto seperti itu?"

"Photo itu ada di galery ponsel Tuan Elang, hasil jepretannya sendiri."

"Dia selalu bertingkah seolah mencintaiku, padahal hanya menjadikanku budak seks."

Mario sama sekali tak merubah raut datarnya, ikut memandang photo Hara di dinding. "Tuan Elang memang mencintai anda, hanya saja  beliau belum menyadari perasaannya."

Si bocah merotasikan mata, muak mendengar penuturan Mario.

"Baiklah, semua sudah selesai. Kuliah dimulai dua hari lagi, segala keperluan sudah saya urus, anda hanya perlu mempersiapkan diri."

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang