BAB 13√

1K 95 14
                                    

Cakep gak covernya? 😂

Cakep gak covernya? 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Elang uring-uringan. Bergerak gelisah di ruang kantor, meluapkan kekesalan pada Mario yang sedang duduk memangku laptop.

"Bagaimana bisa kau menyuruhnya berlibur di saat seperti ini?"

Mario tak menjawab.

"Banyak yang harus kubicarakan dengannya." Keluh Elang lagi.

"Anda bisa berbicara nanti setelah Tuan Hara pulang, atau anda bisa meneleponnya mungkin?"

"Sudah ratusan kali aku menelepon, dia tidak menjawab."

Mario menyodorkan ponselnya. Elang meraih ponsel itu dan mendial nomor dengan nama kontak "Tuan Hara"

Satu panggilan

Dua panggilan

Hingga panggilan ke lima, pemilik ponsel tak kunjung menjawab. Elang sudah bersiap membanting ponsel itu sebelum akhirnya bergetar.

Dengan semangat menggebu, Elang menjawabnya.

"Baby ...."

Tapi sambungan langsung diputus sepihak. Demi apa pun, Elang sungguh akan membanting ponsel Mario.

"Tuan, itu ponsel saya. Anda memiliki ponsel sendiri untuk dihancurkan." Mario merebut kembali ponselnya..

Elang menghembuskan nafas kasar, kembali duduk di kursi kebesarannya.

"Aku menyatakan cinta padanya. Bahkan aku mengungkapkan itu saat aku sedang klimaks di lubangnya, tapi dia malah menonjokku."

"Lalu?" Mario acuh.

"Lalu apa?"

"Ceritakan lebih spesifik, Tuan! Agar saya tahu apa yang harus saya lakukan."

"Aku mengungkapkan perasaanku, tapi dia bilang, dia tidak mencintai suami orang. Dia pikir selama ini dia bercinta dengan siapa kalau bukan dengan suami orang?"

"Anda jadi lebih banyak bicara sekarang." Mario terkekeh.

"Aku kesal karena dia bilang dia tidak mencintaiku. Dia juga menyuruhku menceraikan Irene jika ingin dia membalas cintaku. Itu tidak masuk akal. Bagaimana mungkin aku menceraikan istriku? Lalu aku tidak sengaja menamparnya." Elang menunduk, tersirat penyesalan di setiap katanya.

"Aku sungguh tak berniat melakukan itu." Mengusak rambutnya frustasi.

Mario meletakan laptop, menatap Elang dengan tangan bersedakap dan kaki menyilang. "Tuan, saya mendukung Anda bermain-main, saya selalu berusaha agar anda mendapatkan apa yang membuat anda bahagia. Tapi, jika Anda sudah bermain menggunakan hati, saya tidak bisa tinggal diam."

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang