BAB 8√

1.1K 109 2
                                    

Kalian gak follow gapapa, tapi tolong ini setiap bab nya dikasih bintang ya kak 😊
.
.
.

Paman dan bocah yang terpaut usia 14 tahun itu baru saja menyelesaikan
makan malam.

Hara membereskan piring, ditempeli Elang yang terus mengekori dengan memeluknya dari belakang. Tak hanya memeluk, pria itu juga menggerayangi tengkuk Hara.

"Barkan Hara menyelesaikan piring- piring ini dulu, Eell..."

Percuma protes, karena Elang sama sekali tak merespons. Ia berhenti sejenak, memalingkan wajah. "Sudah tiga hari kamu di sini, apa kamu tidak pulang? Tidak bekerja?" Tanya Hara lagi.

Yang ditanya hanya menggeleng dengan mulut yang terus menyusuri tengkuk.

"Hara harus sekolah besok, sudah libur dua hari. Bukan tidak senang Eell di sini, tapi jika absen terus, nanti tidak
lulus. Kalau tidak lulus, nanti Eell terus memanggil Hara bocah, terlebih itu bisa memperpanjang bebanmu. " Hara merengek.

Elang terbahak, membalik tubuh Hara agar menatapnya. "Aku lupa kalau kau harus sekolah, bahkan jika kau lulus sekolah pun, tetap terlihat seperti bocah." Elang menggoda dengan mengusak rambut Hara.

Bocah itu mengerucutkan bibir tak terima.

"Hey, jangan membuat wajah seperti itu. Nyatanya kau memang bocah."

"Tapi bocah ini selalu membuat dirimu
muncrat sebelum waktunya. Week ..!"

Seketika wajah Elang memerah, mengepalkan tangan, menatap tajam seolah ingin menerkam. "Ha-ra, berani sekali kau menghinaku," geramnya.

"Hahahahahaaaa ..."

Hara berlari karena Elang terus mengejar, menangkap dan menggelitiki tubuhnya.

"Ampun, Eell. Ampun ... Hahahaha."

Tapi Elang tak peduli, dia terus mengejar. Bahkan seumur hidupnya, baru kali ini Elang bermain kejar- kejaran.

Perhatian Hara teralih mendengar sering ponsel.

"Hah, hah, hah ... Sudah dulu, Ell. Biarkan Hara mengangkat telepon, siapa tau itu penting."

"Tidak akan ada orang penting yang menghubungimu, Hara."

Elang tak peduli, ia terus mengejar. Entah sejak kapan mereka sedekat ini, padahal baru bersama selama tiga hari.

"Hah, hah, hah ... Tapi Hara lelah." Bocah itu berhenti, menopang kedua tangan di lutut, nafasnya tersengal.

Ponsel terus saja berdering, hingga Elang meraihnya dan menjawab karena melihat nama Mario di sana.

"Tuan Muda, syukurlah akhirnya anda menjawab. Bisa tolong berikan ponselnya pada Tuan Elang? Ada yang perlu saya bicarakan." Mario bicara tanpa jeda, berpikir bahwa sedang berbicara dengan Hara.

"Ini aku, ada apa?"

"Oh, Tuan? Maaf, saya pikir tadi Tuan Hara. Maaf jika saya mengganggu, saya pikir anda pasti khawatir. Nyonya Irene dirawat di rumah sakit, Tap-"

"APA? Sejak kapan? Mengapa kau baru memberitahuku sekarang?"

Mario bahkan belum selesai berbicara, tapi Elang sudah memotongnya, tak
memberi kesempatan untuk melanjutkan ucapan.

Elang mematikan panggilan sepihak. Meraih kunci mobil dan tergesa keluar. Bahkan melupakan Hara yang tengah  menatap penuh tanya.

Bocah itu mengikuti langkah Elang. "Eell, mau ke mana?" Tanya Hara saat Elang sudah memasuki mobil.

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang