BAB 23√

1.3K 105 14
                                    


◌⑅⃝ᵐᶦˢˢ(꜆˘͈ෆ˘͈꜀)ʸᵒᵘ⑅⃝◌
.
.
.

Saat tengah asik menyantap makan malam, Alio menunjukkan ponselnya kepada Elang.

"Daddy, lihatlah, Hara sangat keren."

Elang menoleh dan terbatuk hebat melihat foto di layar ponsel itu lalu merebutnya.

"Apa yang kau lihat?" Suaranya meninggi.

"Hara cantik, Alio suka."

Ponsel itu digenggam erat, Elang sangat kesal melihat Hara mengunggah foto-foto erotis dengan pakaian minim ke instagramnya.

"Habiskan makananmu lalu kembali ke kamar. Daddy akan menyimpan ini." Memasukkan ponsel Alio ke dalam saku.

"Yah, kenapa disimpan? Alio masih ingin melihat Hara."

"INI BUKAN HAL YANG PANTAS UNTUK DILIHAT ANAK KECIL, ALIO!!!"

Seumur hidup, sang Daddy tidak pernah membentaknya. Alio terkejut, berlari ke kamar tanpa menghabiskan makan malamnya.

"Alio ..." Elang merutuki dirinya sendiri.

Beberapa saat terdiam hingga memutuskan menyusul Alio ke kamar, tapi urung masuk ketika mendengar bocah itu sedang berbicara dengan seseorang melalui panggilan vidio via ipad yang biasa digunakan Alio untuk belajar.

Isakan bocah lima tahun itu terdengar pilu, sepertinya dia sangat terluka. "Daddy jahat, membentak Kak Lio hanya karena menunjukkan foto Hara. Kan Kak Lio tidak berbuat salah, mengapa Daddy marah?"

"Sssttt ... Kak Lio-nya Hara yang tampan, bukankah Kak Lio bilang ingin menjadi dewasa? Orang dewasa tidak mudah menangis, tidak asik ah, Hara tidak suka pria cengeng."

Ajaibnya, bocah itu langsung diam dan dengan cepat menghapus air matanya.

"Kak Lio tidak menangis lagi, jangan berhenti menyukai Kak Lio, ya?" Air matanya tak lagi mengalir meski masih terdengar sedikit isakan.

Wajah Hara memerah menahan tawa, bocah hasil kecebong Elang ini sangat menggemaskan.

"Anak pintar, sini peluk Hara."

"Bagaimana caranya?" Wajah polos Alio hampir membuat Hara terbahak.

"Mmm ..., nanti saja kalau kita bertemu, Hara akan memeluk Kak Lio sangat lama."

"Janji?" Alio menempelkan jari kelingkingnya ke layar.

"Janji." Hara melakukan hal yang sama.

Sudut bibir Elang mengembangkan senyum, meski samar tapi hatinya menghangat. Perlahan menutup pintu lalu pergi.

***

Keesokan harinya, Alio menyapa sang Daddy yang menunggu di meja makan dengan girang, seolah tak terjadi apa pun malam tadi.

"Selamat pagi, Daddy ..."

Elang berjongkok merentangkan tangan, disambut pelukan hangat oleh si bocah sipit.

"Maaf, Daddy tidak bermaksud membentak Alio tadi malam."

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang