BAB 2√

1.6K 110 5
                                    

Remaja laki-laki di atas ranjang mengerjapkan mata, pertanda ia akan segera bangun dari tidurnya, terlihat bingung menatap sekeliling ruangan.

"Di mana lagi aku sekarang? Kenapa aku bisa berpindah-pindah dalam

sekejap?" monolog Kai dengan wajah bantal.

Tapi Kai bisa bernafas lega ketika melihat dirinya masih mengenakan

pakaian semalam dengan tubuh yang masih utuh.

Pintu terbuka diiringi langkah kaki seseorang.

"Kau sudah bangun rupanya. Tak usah banyak bertanya karna aku tidak

akan menjawab apa pun. Ini kamarmu, jangan bermimpi untuk lari dari sini

karna aku tidak akan melepaskanmu."

Kai masih tercengang mencerna ucapan Elang.

"Aku sudah membelimu, jadi kau sekarang milikku. Jadilah penurut karena aku sudah menolongmu, aku akan melenyapkan nyawamu jika kau

membangkang. Bersihkan dirimu dan segera turun ke bawah! Aku menunggumu di meja makan."

Pintu kembali tertutup seiring dengan Elang yang menghilang di balik pintu.

***

Di meja makan yang mampu menampung sepuluh orang, Elang duduk seorang diri, memegang ipad dengan segelas kopi di sebelah kanan.

Tak

Tak

Tak

Kai menuruni anak tangga, dengan sendal rumahan, mengenakan bathrobe putih yang tidak di ikat dengan benar.

Byur

Uhuk

Uhuk

Kopi yang baru saja masuk ke mulut Elang, kembali menyembur melihat

tampilan Kai.

"Ada apa denganmu? Mengapa masih memakai bathrobe yang bahkan

kau tidak mengikatnya dengan benar? Lihat dadamu ke mana-mana!"

Dengan wajah masam, Kai duduk seraya merapikan bathrobe-nya. Ia

berterima kasih karena Elang sudah menolongnya tapi Ia juga masih

dendam karena Elang membiarkan dia tertangkap waktu itu.

"Dadaku tidak ke mana-mana, Paman. Dia tetap diam di sini. Aku tidak

memiliki apa pun, dan tidak tau sekarang berada di mana. Apakah aku

masih di dunia atau sudah di langit juga tidak tau. Di kamar tidak ada baju

yang bisa aku kenakan, hanya ada ini jadi aku memakainya."

'Ah, aku lupa tentang itu,' batin Elang.

Pria 31 tahun itu berdehem, membenarkan posisi duduknya. "Nanti Mario akan menyiapkan semua keperluanmu, yang harus kau lakukan hanya menjadi anak baik, habiskan sarapanmu setelah ini kita bicara."

"Bukankah dari tadi kita sudah bicara?
Suara Kai sangat pelan, lebih seperti dia berbicara pada dirinya sendiri.

"Apa kau mengumpatku? Aku mendengarmu!" sarkas Elang.

Kai tidak menjawab, ia hanya mengerucutkan bibir lalu mereka

melanjutkan sarapan dalam diam.

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang