BAB 15√

1.5K 118 4
                                    

◌⑅⃝ᵐᶦˢˢ(꜆˘͈ෆ˘͈꜀)ʸᵒᵘ⑅⃝◌
.
.
.

Dunia kembali terang.

Di atas ranjang, Hara mengerjapkan mata merasakan tangan seseorang memeluknya dari belakang. Ia menoleh dan tersenyum memandangi wajah sang pujaan hati.

'Kamu benar-benar tidak menyentuhku, Paman?' ucap Hara dalam hati.

Tubuhnya berbalut kimono, ia yakin pasti Elang yang memakaikan untuk menghalangi pandangan dari pakaian seksinya.

Saat Hara akan turun, Elang semakin mengeratkan pelukan.

"Lepas, Eell. Hara harus ke toilet."

Pria itu hanya mengeram dengan pelukan semakin erat.

Masih berusaha melepaskan diri, tapi tetap tak bisa. Akhirnya Hara berteriak tepat di telinga Elang.

"EEEEELLLLLL...."

Refleks Elang terduduk dengan wajah bingung.

"Baby, ada apa? Kamu terluka? Di bagian mana? Siapa yang melakukannya?" tanya Elang tanpa jeda.

Hara mendorong tubuh Elang. "Awas!Hara mau turun."

Sedang Elang hanya menggaruk kepala, bingung.

***

Berbeda dengan Hara dan Elang baru saja menyambut cahaya mentari. Di belahan bumi yang lain, Irene sedang menikmati makan siang bersama Heru dan Nick.

Heru tak bisa lagi jauh dari calon jodohnya, meski masing-masing dari mereka belum ada yang saling mengucapkan cinta.

"Apa kau tahu Elang melakukan perjalanan bisnis ke negara mana?" Untuk pertama kali, Irene bertanya pada sahabatnya.

Heru tergagap, karena ia tahu Elang tidak pergi untuk melakukan perjalanan bisnis. Nick menyadari itu, ia menggenggam satu tangan tunangannya, tersenyum lalu mengangguk, pertanda ia mengijinkan sang kekasih bicara berdua saja dengan sahabatnya.

"Kak, aku duluan ya? Masih ada kelas setelah ini. Tolong jaga calon jodohku, laporkan padaku jika dia menggoda orang lain."

Irene terkekeh menatap Nick. "Oke, aku tidak akan membiarkan si tua ini melirik orang lain."

Secara otomatis, Heru mendongak memberi akses pada Nick untuk mengecup lehernya. Hal itu selalu mereka lakukan tiap kali akan berpisah.

"Waw! Kalian sungguh membuatku iri."

Nick melambaikan tangan dan berlalu.

Setelahnya Heru menggenggam tangan Irene, dia akan berbicara serius.

"Apa kau akan terus bertahan dengan keadaan seperti ini? Kau juga berhak bahagia."

Irene menatap sendu, tak tahu harus menjawab apa.

"Kau tau kan, aku dan Elang sangat menyayangimu. Sejak dulu rasa itu tak pernah berubah dan sayangnya setelah kalian menikah pun, rasa sayang Elang masih sama dengan rasa sayangku padamu yang hanya sebatas sahabat. Kami berbeda, kami tak bisa jatuh cinta pada wanita. Apa kalian akan terus saling menyakiti seperti ini?"

"Tapi dia selalu mengutamakanku, dia selalu pulang ke pelukanku meski mencari kepuasan dari jalang. Bagiku itu sudah lebih dari cukup."

Untuk kesekian kali, Heru menghela nafas. "Tidakkah kau memikirkan perasaan Elang? Apa menurutmu dia bahagia menjalani semua ini?"

Irene terdiam, ingin membantah tapi satu sisi hatinya membenarkan perkataan Heru.

Suasana hening, keduanya saling diam hingga Heru teringat akan kejadian beberapa waktu lalu.

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang