BAB 19√

1.1K 110 38
                                    

VOTE DAN KOMENNYA DIKIT BANGET LOH.
JAHAT DEH KALIAN 🥲
.
◌⑅⃝ᵐᶦˢˢ(꜆˘͈ෆ˘͈꜀)ʸᵒᵘ⑅⃝◌
.
.
.

Name desk bertulis KAILAS HENDY CARLSOND bertahta di atas meja sebuah ruang kantor yang berdiri di pusat kota Amerika.

Pemilik nama memasuki ruangan dengan langkah tegap, diikuti seorang wanita cantik yang menjabat sebagai sekretarisnya.

"Bagaimana proyek kerja sama dengan lima perusahaan dari lima negara itu? Apakah kita berhasil masuk?" Tanya Hara pada sang sekretaris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana proyek kerja sama dengan lima perusahaan dari lima negara itu? Apakah kita berhasil masuk?" Tanya Hara pada sang sekretaris.

"Hasil seleksinya akan diberitakan hari ini, Tuan."

"Bersiaplah! Aku yakin kita pasti lolos."

"Pasti, Tuan!"

Hara resmi mengambil alih perusahaan sang Papi setelah lulus kuliah.

Tujuh tahun lalu, saat Hara memutuskan pergi meninggalkan Elang, satu-satunya jalan yang bisa dia ambil adalah kembali pada orangtuanya.

FLASHBACK ON

"Hallo, Papi ..."

"Kailas??? Astaga, benarkah ini—Kailas—anakku? Di mana kamu nak? Papi akan menyusulmu."

"Apa Papi masih menginginkanku?"

"Hei, pertanyaan macam apa ini? Satu tahun Papi mencari tapi tidak menemukanmu di mana pun. Papi berhasil menangkap Reta, tapi dia bilang sudah menjualmu. Katakan di mana kamu, nak?"

Sedikit heran karena Tn. Carlsond berbicara lembut, sedang biasanya beliau tidak seperti ini. Tapi tak ada pilihan lain, Hanya orangtuanya yang mampu membuat Hara menghilang dari hidup Elang.

"Apa yang akan kudapat jika aku kembali?"

"Apa pun, Nak. Apa pun yang kau inginkan akan Papi beri, semua ini memang milikmu."

"Satu. Aku ingin Papi menyayangiku seperti seorang Ayah menyayangi anak.
Dua. Jangan mengurungku seperti tahanan.
Tiga. Jangan suruh aku menikah jika aku tidak memintanya sendiri."

"Ta-tapi?"

"Yasudah kalau tidak bisa mengabulkan, anggap saja Aku sudah mati."

"Kaiii...!!!"

Panggilan terputus, Hara mendesah pasrah. Dia harus mencari cara agar papinya menerima.

Ponselnya berdering, panggilan dari nomor yang baru saja ia hubungi.

"Yes! Kau tidak mungkin menolakku kan Pak Tua?" Monolonya.

"Kambalilah pada kami nak, apapun akan Papi turuti."

"Benarkah"

"Papi tidak pernah berbohong."

"Ya, yapi Papi juga tidak pernah menyayangiku."

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang