BAB 14√

1K 102 8
                                    


Thanks yang sudah follow 😘

Thanks yang sudah follow 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Tiga minggu berlalu. Hara belum juga kembali.

Elang menuruni anak tangga dengan tak bersemangat, melewati Irene begitu saja yang sudah menyambutnya di meja makan.

"Aku sudah menyiapkan sarapan."

Teguran Irene membuat Elang tersadar dari lamunannya. Mengangguk lalu duduk, memulai sarapan tanpa berkata apa pun.

"Apa terjadi sesuatu?"

Elang tersenyum berusaha menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. "Tidak terjadi apapun, aku hanya sedang memikirkan pekerjaan."

"Yakin hanya tentang pekerjaan?" Irene  menyuap makanannya. Ia bersikap tenang, tapi matanya memancarkan luka.

"Sudah tiga minggu ini kau terlihat uring-uringan, apa ada seseorang yang mengganggu hatimu?" Lanjutnya.

"Irene...." Elang menggenggam tangan istrinya.

"Akan lebih baik jika kau berkata jujur. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja." Irene tersenyum meyakinkan.

"Aku sudah selesai, aku pergi dulu, ya."

Elang memilih menghindar, memberi kecupan di kening Irene, lalu meninggalkannya.

Air mata mengalir di pipi Irene, "apa aku harus melepaskanmu?" Lirihnya terisak.

Sesaat kemudian, ponselnya berdering. Melihat nama di layar, membuat Irene kembali tersenyum.

"Hallo, Baby Ara," sapanya bersemangat.

"Hallo, Kak." Suara Hara justru terdengar lirih.

"Hei, ada apa dengan suara pria imut ini? Apa kau sakit?"

Malah isak tangis yang menjawab. "Aku mulai bosan, kak. Aku merindukan Rey dan Nick."

"Belum berbaikan dengan kekasihmu?"

"Belum."

"Tidak merindukannya?"

"Tidak."

"Yakin?" Irene terus menggoda.

"Aku masih kesal, tidak akan berbaikan. Dia saja sudah melupakanku."

"Mana mungkin dia melupakanmu secepat itu. Dia sudah  menghubungimu tapi kau menolaknya."

"Kan aku masih kesal saat itu, harusnya dia menghubungiku lagi. Dia bilang dia mencintaiku, tapi hanya satu panggilan saja sudah menyerah."

Irene terbahak. "Andai kau ada disini, akan ku cubit pipi-mu. Partner seks mana yang menyatakan cinta, hmm?"

"Kaaaakkk ...," Hara merengek lagi.

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang