BAB 10 √

1.4K 98 3
                                    

Minimal kasih Vote ya kak, biar aku semangat lanjut 🤟
.
.
.

Heru baru saja merebahkan diri di kasur ketika ponselnya bergetar. Tertera
nama "Irene" di layar.

"Hallo?"

"Heru, kau di mana?"

"Di rumah, ada apa, Ine?"

"Ayo tmani aku minum di tempat biasa."

Ada panggilan lain dari ponsel Heru saat itu, tertera nama "Jodoh" di sana.

"Baiklah, aku akan menyusulmu sebentar lagi."

Heru mengalihkan panggilan.

"Hallo, Nick?"

"Kak Heru, maaf mengganggumu lagi. Ban mobilku kempes tapi aku kehabisan ban cadangan, bisakah kau menjemputku?"

"Di mana?"

"Pasar kuliner malam dekat taman kota."

"Baiklah, aku ke sana sekarang."

***

Tiba di tempat yang Nick katakan, Heru membunyikan klakson melihat Nick duduk di tenda salah satu pedagang, menikmati camilan.

Bocah itu melambaikan tangan tapi Heru hanya membuka kaca mobilnya saja.

"Bisa kita pergi sekarang? Aku ada janji dengan temanku."

Nick membayar makanan yang belum setengah ia makan, lalu berlari kecil
menghampiri Heru.

"Maaf merepotkanmu, Kak. Setelah bertemu denganmu tadi, aku menyusul Hara dan Rey, tapi ternyata mereka sudah pulang."

"Tidak apa-apa, kau bisa menghubungiku kapanpun. Hanya saja, kebetulan aku lebih dulu memiliki janji dengan temanku, jadi tidak bisa
menemanimu makan. Apa kau sudah menghabiskan makananmu?"

Nick menggeleng. "Kalau begitu, carikan taxi saja, Kak. Aku tidak pernah memanggil taxi sendiri, jadi tidak tau caranya, makanya meneleponmu."

Heru tertawa, calon jodohnya sangat menggemaskan.

"Kenapa tertawa?" Nick mengerucutkan bibir.

"Menggemaskan."

Nick menatap ke luar jendela menyembunyikan rona di pipi.

"Mau ikut bersamaku?" tanya Heru lagi.

"No thanks. Aku tak ingin mengganggu."

"Ikut saja ya? Akan kukenalkan pada wanitaku."

Nick terdiam.

Pria sipit itu menyadari keambiguan kata-katanya. "Eh maksudku, aku akan
mengenalkan teman wanitaku padamu. Mau ya?"

Tak ada pilihan lain, akhirnya Nick setuju. Tiba-tiba mood-nya memburuk, tapi berusaha terlihat baik-baik saja.

***

Setelah menyelesaikan makan malam yang dipenuhi drama kebinalan Hara tadi, bocah itu meninggalkan Elang begitu saja dengan alasan mengantuk.

Elang yang masih kesal, membiarkan Hara pergi begitu saja. Di lain sisi, dia juga tak ingin bocah itu mengetahui bahwa dia berhasil membuat Elang horny.

Kekesalan Elang semakin menjadi saat kembali ke kamar, melihat Hara tertidur dengan pakaian haramnya tanpa memakai selimut.

Bocah nakal itu meringkuk dengan belahan pantat yang mengintip dari hottpant-nya.

Sugar Uncle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang