Ch.5 Kang Maman Lagi

7.5K 272 20
                                    




PIJAT TURUNAN BAPAK

CHAPTER 5

RONI P.O.V

Kini aku sedang berada didapur, menyeduhkan kopi gelas kedua untuk Mang Ayi, setelah sesi pijat yang benar benar panas tadi, ia memutuskan untuk tidak langsung pulang, dna ingin bersantai terlebih dulu dirumahku, menyuruhku untuk membuatkanya kopi lagi. Diruang tengah ia sedang duduk, kasur kecilnya sudah dilipat, ia duduk kini beralaskan karpet saja, pakaianya masih tersimpan dilantai kayu, hanya celana dalamnya saja yang dia pakai, wajahnya benar benar berbinar, seperti puas, senyumnya merekah, semakin melebar ketika melihatku keluar dari pintu dapur sambil membawa kopi untuknya.

"Masih belum pake baju Mang?."

"Nyantai ah, nggak ada siapa siapa ini." Begitu jawabnya, aku hanya mengangguk kemudian memberikan gelas berisi kopi itu kepadanya.

"Ngerokok nih!." Ujarnya sambil memberianku bungkus rokok miliknya, sbeelumnya ia mengambil satu batang dan membakarnya, kepulan asap ia hembuskan dari dalam mulutnya, menyeruput kopi yang masih berasap.

"Gimana Mang?." Tanyaku berbasa basi tentang sesi pijat yang aku lakukan kepadanya.

"Apanya?."

"Gimana badannya? enakan?." Ujarku, memperjelas pertanyaanku, ia terkekeh kemudian kembali menyeruput kopnya.

"Enakan Ron, enteng banget rasanya."

"Bagus deh Mang, berarti pijetan aku berhasil ya." Jawabku, ia menghisap rokok dijarinya kemudian mengangguk.

"Ron." Panggilnya kepadaku.

"Hmm?, kenapa Mang?."

"Waktu kamu masukin kanjut Mamang tadi, emang kamu nggak jijik giut?." Tanya Mang Ayi, sepertinya dia penasaran.

"Nggak Mang, biasa aja, aku malah suka." Jawabku, wajahnya mengerut, seperti merasa aneh mendengar apa yang baru saja aku ucapkan.

"Suka? baru denger Mamang ada cowok yang suka sama kanjut (penis)." Ujarnya, aku hanya tertawa mendengar pernyataanya.

"Nggak tahu yah Mang, tapi aku dari kecil emang udah suka lihatin barang barang punya laki-laki lain." Jawabku, ia mengangguk mengerti.

"Berarti kamu lebih suka dada yang rata gini ya? daripada dada yang gede kayak balon?." Tanya dia sambil mengusap dada bidangnnya, aku tertawa kemudian mengangguk.

"Bisa dibinag gitu Mang haha." Kembali dia menganggukan kepalanya.

Kami berbincang beberapa saat sambil ngopi dan merokok hingga tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Mang Ayi memakai bajunya kembali kemudian berpamitan untuk pulang.

"Nih buat kamu Ron, buat jajan." Ucapnya sambil menyelipkan selembar uang ditanganku, aku menerimanya langsung, tidak seperti siang tadi pada saat dia datang ke rumahku dan memintaku untuk menolong anaknya, kali ini aku menerimanya dengan senang, tentu saja karena ada jasa yang telah aku lakukan untuknya, sama sama saling menguntungkan, ia kemudian berpamitan dan keluar dari rumahku.

PIJAT TURUNAN BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang