Ch.4 Isep Enak

14K 358 40
                                    


PIJAT TURUNAN BAPAK

CHAPTER 4


RONI P.O.V


Mata Mang Ayi maish terpejam menikmati setiap usapan dan pijatan yang aku berikan di paha miliknya yang besar dan keras, kini tangan dan kainya sudah mengkilat terpapar cahaya lampu karena minyak urut yang teroleh secara merata, setaip pijatanku bergerak ke atas, jari nakalku selalu berusaha untuk bisa naik sedikit lebih tinggi untuk bisa dengan sengaja menyentuh penisnya namun masih terlihat tidak sengaja, sarung yang dipakai sudah berada di ujung paha, hanya menutupi gundukan selangkanganya saja.


Aku naik dan duduk diatas pertu Mang Ayi, mulai menuangkan minyak urut diarea dadanya yang bidang, bersih dan tidak berbulu, tanganku bergerak memulai usapan untuk meratakan minyak urut, kemudian memulai pijatan, dari leher bawah menurun ke dada, memijat memutar diarea putingnya, jari telunjukku sengaja aku sentuhkan pada puting Mang Ayi, reflek langsung terdengarn lenguhan pelan dari mulutnya, aku berhenti sejenak, menatap wajah Mang Ayi, masih terpejam, tapi mulutnya sedikit terbuka, tanganku bergerak semakin bawah, menekan perutnya lalu naik lagi ke atas dan memijat bagian lehernya yang tegang, kembali turun ke perut, pantatku sengaja aku mundurkan, sedikit demi sedikit hingga terasa menyentuh sesuatu dibalik sarung, mengangkat sedikit pinggangku, kemudian mendudukanya lagi secara pelan, terasa daging kenyal yang monjol aku duduki, tidak seluruhnya, hanya sedikit yang aku duduki.


Beberapakali jariku dengan sengaja menyentuh putingnya, nafas Mang Ayi sudah terengar berbeda, agak sedikit cepat dan berat, alisnya mengernyit, pantatku aku goyangkan memutar, membuat penisnya yang ku duduki ikut terhimpit dan berputar juga, ia mendesis lagi, tepat sesaat setelah aku rasakan penisnya mengeras, aku mengangkat pantatku kemudian turun dari tubuhnya, ia langsung membuka mata, tatapanya seperti sedikit kecewa dan bingung.


"Kenapa turun Ron?." Tanya dia.

"Kan udah beres Mang pijetnya." Jawabku, ia menatap ke arah jam dinding.

"Cepet banget Ron."

"Udah hampir satu jam ini Mang."


"Keenakan kali Mamang Ron." Ujarnya, ia kembali memejamkan mata, kali ini dengan tangan yang sengaja ia simpan menutupi mata. aku membereskan piring cekung berisi minyak dan menyimpanya ke dapur, sekalin mencuci tanganku yang berlumur minyak.


Ketika aku kembali ke ruang tengah, Mang Ayi masih tiduran, tapi matanya kini terbuka, ia menatapku sambil tersenyum.


"Masih betah Mang?." Tanyaku, kekehan terdengar dari Mang Ayi.


"Belum kenyang Ron pijetnya." Ujar Mang Ayi sambil tersenyum lebar.

"Mau dipijet lagi? sebenernya masih ada satu lagi yang belum dipijet Mang, tapi aku takutnya Mang Ayi nggak mau." Ucapku sambil duduk disampingnya.

"Ini ya?." Ujar Mang Ayi sambil mencakup penisnya dengan telapak tanganya sendiri lalu meremasnya pelan sambil menunjukannya kepadaku, aku mengangguk.

PIJAT TURUNAN BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang