Ch.8 Makan dulu Kang!

6.4K 281 31
                                    


PIJAT TURUNAN BAPAK

CHAPTER 8


RONI P.O.V


Sampai dirumah aku langsung mandi dan bersiap untuk sebisa mungkin rapi dan wangi untuk Kang Maman, memakai wewangian yang termasuk kedalam wangi feminine agar bisa lebih masuk dan menggoda siapapun, termasuk Kang Maman. Memasak beras terlebih dulu untuk aku ataupun bila nanti Kang Maman kehabisan tenaga dan ingin mengisi perutnya, lauknya? ikan yang kemarin diberikan oleh Kang Maman sudah habis aku makan senditi, mungkin aku akan beli ke warung nasi diatas, membeli dua potong ayam dan sayur sepertinya cukup untuk berdua, bila mana ada kemungkinan Kang Maman tidak ingin makan dirumahku, masih bisa untuk aku makan besok pagi.


Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, tapi suasana diluar sudah begitu sunyi, memang beginilah kehidupan dikampung yang jauh dari kota, aku harus ke warung nasi sekarang sepertinya, mumpung belum terlalu malam dan berharap masih ada lauk yang tersisa, belum terjual habis. Dingin terasa sekali ketika aku keluar dari rumah, angin yang lumayan kencang, dedaunan berjatuhan, memang banyak plus dan minus ketika hidup dikelilingin pepohonan besar, adem, sejuk dan teduh menjadi salah satu plusnya, minusnya ya ini, daun yang berjatuhan mengotori halaman, atau ketika sedang ada hujan dan angin yang datang bersamaan, takut jika tiba-tiba pohon tumbang dan menimpa rumah, setan? tidak terlalu memikirkannya aku, tidak begitu takut juga, karena tidak ada yang lebih menakutkan selain tagihan listrik di akhir bulan, juga ketika tong beras sudah kosong terkuras, itulah yang menjadi momok menakutkan bagiku.


"Bu Iyah, ayamnya masih ada?." Tanyaku ketika sampai di warung nasi. Masih ada beberapa orang yang masih makan diwarung ini, masakan di warung ini khas masakan sunda, jika baru buka banyak sekali masakan yang berkomposisi sayuran hijau, kebanyakan memang oseng dan lalap, sudah dingin ini masakanya, tapi tak apalah, nasi dirumahku masih panas.


"Ada tuh, tiga potong lagi." Jawabnya sambil membuka penutup masakan, menampilkan tiga potong ayam, dua potong paha, dan satu potong dada Ayam.


"Ini di bumbu merah?."


"Iya di merah aja, kemaren di kecap, kalo besok baru di goreng, biar nggak monoton dan nggak gampang bosen yang makan." Jawab Ibu penjual.


"Yaudah saya ambil dua Bu, pahanya aja."

"Nggak sekalian ambil semuanya aja, nanggung atuh, habis ini juga ibu mau tutup, biar nggak nyisa." Tawarnya, aku berfikir sejenak, tak apalah ambil semua aja.


"Yaudah ambil semua aja Bu, tapi bonusin osengan sayur tauge yaa." Pintaku, Ibu penjual menganggukan kepalanya kemudian membungkuskan pesananku, totalnya dua puluh ribu.


"Dari mana Ron?." Ujar seseorang ketika aku berjalan pulang dari warung, aku berjalan mendekati suara itu, dari jauh tidak terlalu jelas siapa, tapi ia mengenakan peci.


"Pak RT? dari warung pak beli lauk." Jawabkku sambil tersenyum kemudian menyalaminya, wangi sekali pak RT ini, penampilannya selalu rapi dan bersih, usia nya aku kira lima puluh tahunan, sudah sedikit beruban tetapi masih gagah dan berpenampilan menarik, tubuhnya tidak seperti kebanyakan bapak-bapak yang buncit, pak RT ini kurus, tentu saja dengan kumis yang lebat.

PIJAT TURUNAN BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang