Ch.34 Pak RT Lanjut

3.8K 128 4
                                    

INFO!!!
Hari ini double update yaaa, sekalian langsung upload sama chapter terakhir, Semoga kalian suka yaaa.

PIJAT TURUNAN BAPAK

CHAPTER 34

RONI P.O.V

Aku berjongkok dihadapan Pak RT yang sedang duduk diatas kasur, tanganku bergerak menurunkan Lycra yang dia pakai, menariknya, hingga kini lycranya sudah sampai dipahanya, celana dalam berwarna abu yang sudah setengahnya basah membuat warnanya berubah menjadi lebih gelap, basah dan lengket oleh keringat sebadan badan, tentu saja, bersepeda 10km menggunakan pakaian ketat berbahan elastis, keringat sudah pasti mengalir deras, aroma tubuh Pak RT tercium pekat, aroma keringat kering dan basah yang tercampur, padahal hidungku tidak terlalu dekat dengan tubuhnya, tapi aromanya tercium, membuatku memejamkan mata, apalagi jika hidungku sudah menempel ditubuhnya, bisa meleleh aku menciumnya.

Aku menarik Lycra itu dari tubuh Pak RT, membuatnya kini hanya bercelana dalam saja, badan kurus tingginya ternyata bagus, tidak terlalu kurus sebenarnya, tidak buncit sama sekali, lurus dengan sedikit kotak kotak yang terlihat di absnya, memang badan pria yang senang berolah raga, padahal usianya lebih tua daripada Kang Maman dan Mang Ayi, tapi masih bisa terlihat segar seperti ini.

"Mandi dulu aja kayaknya ini Bapak, lengket banget." Ujarnya, aku reflek menggelengkan kepalaku.

"Nggak usah Pak, Jangan, gini aja udah, Roni lebih suka kalo tubuh yang mau dipijet tuh agak lengket, nyaman aja ditangan." Jawabku mencegah Pak RT agar ia tidak membasuh badannya, ia mengangguk saja, naik ke atas kasur kemudian menidurkan dirinya dalam posisi terlentang, kakinya terbuka, gundukan diselangkanganya masih kecil.

"Sok ah mulai aja Ron!." Ujarnya. Aku naik ke atas kasur, duduk tepat didepan kakinya yang membuka. Mulai memijat telapak kaki.

"Ron!." Panggil Pak RT.

"Iya Pak? Kenapa?."

"Bapak mau ngomong sama kamu." Aku hanya mengangguk mempersilahkan.

"Kamu suka barang cowok ya Ron?." Pijatanku mendadak berhenti, mataku menatap ke arahnya, jantungku berdetak kencang, apa maksud ucapannya? Apakah ia tahu jika aku memang sebenarnya tertarik dengan sesamaku.

"Maksud Bapak?." Tanyaku pelan, wajahku sudah merah.

"Jangan pura-pura nggak tahu Ron, Bapak merhatiin kamu, tiap ngobrol sama Bapak, matamu itu pasti liatin selangkangan Bapak, atau kalo Bapak lagi nggak pake Baju, dada Bapak kamu liatin terus sampe bengong, kalo bukan suka apa tuh namanya?." Ujarnya, aku diam tidak menjawab, memainkan tanganku sambil menunduk.

"Waktu Ayi nginep dirumah kamu, Bapak juga nggak sengaja liat kamu lagi ngisepin barang punya dia." Lanjutnya, kali ini kaget, menatap mata Pak RT yang sedang tersenyum nakal menatapku.

"Nggak sengaja Ron, Bapak tadinya mau nyuruh kamu buat pijetin badan Bapak malem itu, tapi pas lewat, dari luar kok kedengeran kayak suara ngedesah gitu, Bapak intip lah, ternyata kamu lagi lahap banget ngemutin burung si Ayi." Aku memerah mendengarnya, malu, ia malah terkekeh.

"Jadi Bapak udah lama tau dong?." Ia mengangguk.

"Trus sekarang minta pijet gini berduaan berarti sengaja Pak?." Tanyaku.

PIJAT TURUNAN BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang