PIJAT TURUNAN BAPAKCHAPTER 23
RONI P.O.V
Dingin angin malam mengusik nyenyaknya tidurku, badanku dan badan Kang Maman masih menempel, berpelukan satu sama lain, berusaha saling memberi kehangatan, tangannya aku lepaskan dari tubuhku, bangun dari posisiku, masuk kedalam kamar dan mengambil selimut, menyelimuti tubuhnya. Jam dinding menunjukan pukul satu dini hari, suara hewan hewan kecil masih terdengar, aku berjalan masuk kedalam kamar mandi, berjongkok sambil mengorek lubangku, membasuh dengan air bersih, mengeluarkan sisa sisa pergumulan kami tadi, masih tersisa sedikit, sebagian sudah agak mengering di paha dan betisku.
"Darimana Ron?." Tanya Kang Maman ketika aku kembali ruang tengah, ia menatap dengan mata setengah terpejam, suaranya berat dan serak, aku tidak menjawab pertanyaanya langsung, melainkan berjalan kembali mendekatinya, menelusup masuk kedalam selimut dan kembali memeluknya, ia mengeratkan pelukanya pada tubuhku, menghirup aroma rambutku sambil mengecupinya.
"Dari kamar mandi Kang, bersih bersih." Aku berbisik ditelinganya.
"Jam berapa ini?."
"Masih malem Kang, baru jam satu ini." Ia mengangguk kemudian mengjadikan tanganya sebagai bantalan untukku, wajahku bertopang pada ketiaknya yang berbulu lebat, wangi aroma ketiaknya yang khas, apalagi setelah beraktifitas yang mengeluarkan keringat banyak seperti tadi, aroma khas itu semakin menguar, aku memutuskan untuk kembali tidur saja karena subuh pun masih lama.
Jika tadi aku terbangun karena dinginnya udara malam, kali ini aku terbangun karena suara dari mulut Kang Maman, suara ngorok yang keras, benar benar berisik, apalagi mulut Kang Maman berada benar benar didepan telingaku. Menatap ke arahnya dengan tatapan kesal, tapi ketika melihat ekspresinya ketika tidur, aku malah terkekeh, mulutnya terbuka, matanya sedikit meletet, tapi tidak ngiler, aku mendekatkan wajahku ke wajah Kang Maman, tidak berani aku mencium bibirnya, dan tidak ingin juga jika tidak ia yang menginginkannya, aku ingin ciuman pertamaku dengan Kang Maman menjadi suatu hal yang spesial, meskipun rokok dagingnya sudah terbenam sebanyak dua kali didalam tubuhku, aku masih tetap ingin ciuman itu menjadi hal yang sakral dan spesial, apalagi mengingat jika Kang Maman itu adalah seorang pria straight yang sudah memiliki anak.
Waktu menunjukan pukul lima pagi, aku mencuci wajahku kemudian mulai menghangatkan nasi dan lauk-lauk yang semalam, barangkali Kang Maman ingin sarapan sebelum ia pulang nanti. Termos air panas juga sudah kosong, akan lebih baik jika aku mengisinya dulu untuk nanti menyeduh kopi.
"Kang!, udah pagi!." Ujarku sambil menggoangkan badannya, berusaha untuk membangunkanya, tidak sulit ternyata, hanya dengan sekali panggilan saja tubuh Kang Maman sudah bereaksi, matanya membuka meski masih sayu karena rasa kantuk, sedikit merah juga, ia menatapku kosong selama beberapa saat, terduduk kemudian kembali melamun, matanya menatap ke arah jam dinding, ia menggesek matanya, memtikan apa yang dilihatnya benar benar jelas, Kang Maman dengan segera beranjak dari duduknya, membasuh wajahnya, burungnya menggantung, mengkerut kecil karena dingin, badan gempalya begitu indah terlihat ketika ia berjalan dengan bertelanjang bulat sepenuhnya dihadapanku. Memakai pakaiannya dengan terburu-buru. "Rusuh banget Kang?."

KAMU SEDANG MEMBACA
PIJAT TURUNAN BAPAK
RomansaRoni, pemuda yang baru saja lulus sekolah memutuskan untuk membuka jasa pijat di kampungnya, ilmu memijatnya diturunkan dan diajarkan langsung oleh Bapaknya sendiri, metode pijat yang bisa menyembuhkan segala masalah pada tubuh, serta gaya pijat sen...