Ch.11 Masa Lalu

6.2K 213 23
                                    


PIJAT TURUNAN BAPAK

CHAPTER 11


Flashback THIRD P.O.V


Panas hari ini begitu menyengat, membuat seorang remaja berseragam SMK itu berpeluh banyak, keringat dikening di keningnya berbentuk bulir dan mengalir, menetes di kerah seragam, tanganya bergerak mengibaskan tangan, sesekali mengibaskan seragamnya, berusaha mencari angin angin yang bisa setidaknya memberikan sedikit kesejukan.


Meskipun tinggal dikampung, yang biasanya sejuk dan adem, tetap saja akan terasa panas apabila kemarau telah datang, pepohonan kering dan daunnya berjatuhan, tidak bergerak sama sekali, Roni berjalan sendiri sepulang sekolah, teman-temannya sebagian dijemput oleh orang tua mereka, begitu juga dengan teman sekelasnya, yang dijemput oleh ayahnya, Pak RT, Pak RT sempat untuk mengajaknya pulang bersama, tapi ia menolah karena tidak enak, lagipula tadi Pak RT bilang dia hendak mampir dulu membeli bakso, pasti Roni juga akan ditraktir dan dia tidak mau itu, takut merepotkan.


Jalan kering dan berdebu ia susuri, tanah dihalaman rumahnya yang biasanya selalu lembab dan kini kering dan berdebu, dari jauh sudah terlihat, rumah tidak permanen, ia semakin bersemangat untuk segera sampai, ingin cepat cepat melompat ke sungai dan berenang di air yang sejuk.


Roni membuka rumahnya, menggunakan kunci yang diberikan oleh Bapak kepadanya, masing masing memegang satu, karena memang ketika Bapak berada dikebun atau ladang, jam pulangnya tidak selalu sama setiap hari, kadang Bapaknya pulang lebih dulu, kadang juga ia pulang telat hingga sore menjelang.


Bapak belum pulang, gumam Ribu, ia lekas membuka seragamnya, mengambil handuk dan sabun lalu bergegas turun ke arah sungai, menyeburkan dirinya, airnya dingin, jernih tidak terlalu berbatu, sangat pas untuk berenang, arusnya juga lemah, membuat Roni bisa bergerak berenang kesana kemari beberapakali. Setelah kenyang berenang, ia naik ke darat dan mulai menyabuni badanya, lalu turun kembali untuk membilas. Mata Robi menatap jauh, Bapaknya sedang berjalan melewati jembatan, baru pulang sepertinya.


"Bapakkkk!!!." Panggil Roni sambil melambaikan tangannya. Pak Kasim, nama Bapak Roni, menatap ke arahnya, membalas lambaian tangan Roni, langkah Pak Kasim menjadi tergesa, begitu juga dengan Roni, ia dengan cepat naik ke darat, memakai handuk kemudian berlari ke arah atas, hendak menyambut Bapaknya yang baru pulang dari ladang.


Senyum Roni merekah lebar, ia kini sudah kembali berpakaian lengkap, rambutnya masih basah, ketika Pak Kasim sudah sampai dihalaman rumah, Roni berlari menghampiri Pak Kasim, merentangkan tanganya lalu menghambur ke pelukan Pak Kasim.


"Aduh!!!." Ujar Pak Kasim, sambil berusaha untuk menjaga keseimbangannya agar tidak terpelanting kebelakang, badan Roni sudah tidak sekecil dulu, ia sudah SMA, meskipun memang tidak tinggi dan tidak terlalu besar, namun tetap saja masih bisa membuat Pak Kasim oleng.


"Kamu ini Ron, Ron, udah gede lho nak, malah masih suka meluk meluk gini, malu atuh dilihatin orang!." Ucap Pak Kasim saat Roni memeluknya, ia mendumel, tetapi tidak menolak pelukan dari anak satu-satunya itu.

PIJAT TURUNAN BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang