Kesedihan akan selalu menyelimuti seorang anak yang tidak pernah merasakan kehangatan keluarga. Namun arti keluarga bukan sekedar Ayah dan Bunda tapi orang-orang yang selalu berada didekat kita dan membantu kita ketika terjatuh mereka juga adalah ke...
Farhan kini Tak bisa menahan emosinya ia sampai menghajar pintu toilet hingga jari-jari tangannya memar, setelah selesai menonton video itu ia segera kembali ke kelas karena tidak lama lagi Bell pulang sekolah akan berbunyi.
Benar saja tak lama dari situ, Bell sekolah berbunyi dan semua murid berhamburan keluar kelas. Melihat Fauji menggendong tas dan beranjak pergi dari kelas, Farhan juga ikut menenteng tasnya dan langsung mengejar Fauji.
Sultan melihat Farhan bergelagat aneh hendak mengikutinya namun yang tak ia sadari sebuah sapu melayang didepannya, beruntung ia masih sempat menghindar tidak sampai mengenainya. Sapu itu berasal dari seksi keamanan kelasnya karena ia sudah dua kali tidak piket kelas.
"Mau pergi kemana?!" Sentak perempuan itu dengan bertolak pinggang.
"Gua mau ke Farhsssss" belum selesai bicara mulut lelaki itu langsung dibekap.
"Gak nerima alesan, Lo udah dua kali ga piket kelas" sembari melihat ke sekeliling kelas ia mencari keberadaan Nabil. Sultan memberi isyarat mata kepada perempuan itu untuk menunjukan keberadaan Nabil. Ternyata Nabil sedang diam diam merangkak dari bawah meja menuju pintu kelas.
"Ekhem" Seseorang berdehem didepan pintu. "Mau bayar denda tiga kali?" Nabil terkejut setengah mati melihat bendaharanya berada di depan kelas, sayang sekali usaha Nabil untuk kabur tidak terlaksana dan mau tidak mau ia dan Sultan berdua harus membersihkan kelas bersama.
"Kenapa kalo gua ga piket lagi jadi bayar tiga kali?" Sambil merengek Nabil bertanya. "Kan waktu itu gua piket, gak ikutan kabur".
"Piket apaan?" Tanya bendahara kelasnya yang sedang menghitung uang kas.
"Kibasin taplak meja" Nabil menjawab dengan percaya diri.
Teman kelasnya pun tercengang dan tertawa yang mendengar jawaban Nabil.
"Heh! Kerja sedetik mana keitung" ucap si bendahara.
"Harus keitung dong, kan sama aja ngeluarin tenaga" Nabil terus memberi argumen asal.
Sultan tertawa mendengar ucapan temannya itu "Lo Asbun banget anjir" sambil menepuk pundak Nabil.
"Sultan lo belom bayar kas empat kali jadi totalnya 20.000" kata bendahara.
Mendengar itu ekspresi Sultan seketika berubah tengangah. "Gua empos ya, lo porotin gua terus!" Ujarnya.
"Si anjir, Mana ada gua porotin lo! Lo nya aja yang males bayar!" Sentak perempuan itu. "Lo masih mending cuman 20.000, tuh si Farhan belum pernah bayar kas dari awal sampe sekarang!".
"Yaudah, gua juga mau kayak Farhan ga bayar-bayar" jawab Sultan.
Nabil yang sudah muak terbesit ide tengil dipikirannya, ia berniat untuk kabur dari kelas. "Akang Sultan, kalo saya bilang kabur, kabur yaa" kata Nabil dengan nada Ayu ting-ting. "KABUR!!!" Mereka berdua langsung kabur meninggalkan tugas yang sedang mereka jalani.
"WOIII" Triakan itu tak mereka berdua hiraukan, mereka tetap berlari kencang untuk menyusul Farhan.
> > > > > > > > > > > > > > > > > >
[POV FARHAN] "Heh, Brengsek" panggil Farhan kepada Fauji.
"Apaan sih" Fauji menjawab cuek dan hendak meninggalkan Farhan.
Farhan menarik lengan baju Fauji sampai lelaki itu tertahan. "Lo bisa gak sih, gak gampang dikomporin apalagi tanpa bukti" ucap Farhan.
Farhan mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka video yang telah ia lihat. "Lo liat ini" sembari menyodorkan ponselnya.
Rekaman tersebut berisikan Elang dan anak buahnya yang sedang membicarakan rencana untuk membuat mereka berempat hancur. Setelah menonton seluruh video tersebut Fauji hanya diam tertegun, ia menyadari bahwa selama ini ia sudah masuk perangkap Elang.
"Lo masih nuduh Sultan koar-koar hal jelek tentang lo?" tanya Farhan dengan nada pelan. "Ji, se-gak suka apapun kita sama sifat lo yang egois tapi kita gak pernah sama sekali nusuk lo dari belakang karna lo temen kita" mendengar itu Fauji merasa bersalah sudah se-enaknya berkelakuan kepada teman-temannya.
"Kalo lo gak terima fakta ini gua gak masalah, tapi tolong jangan serang Sultan dengan perkataan yang nusuk hati dia kayak waktu itu. Karna kita gak pernah tau hidup dia kedepannya kayak gimana apalagi dengan kondisi dia yang sekarang" kalimat itu membuat Fauji semakin merasa bersalah bahkan ia tak berani menatap wajah Farhan sedikit pun.
"Maaf" kata itu keluar dari mulut Fauji. Farhan meringis karena ia tak menyangka kata itu akan keluar dari mulut temannya itu.
"Gua sengaja jauhin kalian karna gua gak mau kena imbas bullying si Elang" Fauji memberanikan diri untuk menatap Farhan. "Gua kayak gitu karna ada alesan, tapi kesannya malah gua kepandang egois. Gua sadar disini gua salah udah bertindak seenaknya terlalu jauh sendirian" kini Fauji sudah tak bisa berkata-kata lagi, ia sadar sikapnya itu salah.
"Maaf Han, gua kemarin bilang benci sama lo, itu karna gua lagi emosi dan gua masih gak terima lo usir gua dengan cara ngebentak" mendengar ucapan itu membuat Farhan sedikit lega karena akhirnya temannya itu bisa sadar akan kesalahannya. "Gua gak sepenuhnya marah sama lo, gua masih peduli" ucap Farhan.
"Lo sebaiknya minta maaf sama Sultan udah nyakitin perasaan dia karna mulut lo itu" mendengar itu Fauji hanya diam menganggukan kepalanya.
Tak lama dari itu Sultan dan Nabil datang dengan berlari sambil tertawa karena mereka berhasil kabur dari tugas yang menurut mereka tidak penting, namun tawa mereka terhenti saat melihat Farhan dan Fauji didepan mereka.
Farhan mendorong Fauji agar segera menjelaskan yang sebenarnya terjadi supaya masalah ini tidak semakin panjang. "Gua minta maaf sama kalian, terutama sama lo Sul" Sultan masih mendengar itu kaget karena ia tidak tahu apa yang sudah terjadi selama ia dikelas bersama Nabil.
Nabil hanya bisa diam sembari menganggukan kepalanya. Padahal dikepalanya ia masih bingung entah apa yang sudah Farhan perbuat sampai Fauji tiba-tiba menyadari semua kesalahannya.
"Maaf, waktu itu gua kebawa emosi jadi mulut gua ngomong sembarangan" mendengar pengakuan sahabatnya itu membuat ia sedikit tenang karena kesalah pahaman ini sudah berakhir, rasanya seperti baru saja selesai menerjang badai.
Lelaki itu tersenyum tipis. "Gua udah maafin lo, selagi yang lo omongin itu fakta gua bakal terima itu tapi jangan pernah berubah Ji, Jangan pernah berpikir buat pergi dari kita" ucap Sultan sembari merangkul sahabatnya itu.
Teriakan itu bergema dilorong kelas 10 IPS, bukannya menghampiri teriakan itu mereka berempat malah langsung kabur berlari menuruni tangga.
Karena lokasi gedung kelas mereka dekat dengan lapangan basket, mereka menyempatkan bermain bola basket. Tak disangka disana ada Bayu dan Aga bersama anggota OSIS laki-laki lain yang ingin bermain juga jadi mereka memutuskan untuk bermain bersama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HALLOOOO BESTIE~ Jangan Lupa Vote Karna Vote itu Gratis⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️