BERSYUKUR

69 15 2
                                    

Saat sedang menuruni tangga Fauji tidak sengaja berpas pasan dengan Bayu yang akan menaiki tangga, namun Fauji tampak cuek dan melanjutkan langkahnya. Awalnya Bayu ingin bertanya keberadaan Sultan kepada Fauji namun ia sadar jika kedua adik kelasnya itu sedang didalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Bayu melanjutkan langkahnya ke kelas 10 IPS  untuk mencari Sultan dan benar saja disana ada Sultan sedang berdiri sendiri didepan kelas nya.
Alasan Bayu mencari Sultan tak lain dan tak bukan adalah untuk mengajaknya pulang bersama karena saat pagi ia melihat Sultan menaiki kendaraan umum. Rumah Bayu dekat dengan Sultan hanya selisih 4 rumah bisa dibilang mereka tetanggaan.

"Sul, Mau pulang bareng gak?" Tanya Bayu.

"Boleh kak" sahut Sultan.

Bayu teringat saat dia sedang menaiki anak tangga ia berpas pasan dengan Fauji "Sul, Lo udah ngobrol sama Fauji?" Tanya Bayu.

"Udah kak, tapi ya gitu dia masih keras banget bahkan dia gak percaya perkataan Sultan, Sultan juga udah nanyain soal siapa yang ngomporin dia tapi dia gak jawab malah langsung pergi" Jawab Sultan.

"Lo sendirian?"
"Nabil sama Farhan ga ikut?"

"Kakak tau sendirikan Farhan sama Fauji emang sering debat hal sepele apalagi sekarang Farhan malah makin gamau ngomong sama Fauji. Sebenernya bisa aja sama Nabil tapi diakan anaknya penurut banget sama Farhan jadi kalo Farhan gak ada dia juga gak Ada, bisa dibilang mereka itu sepaket kayak anak kembar" kata Sultan.

"Jangan nyerah Sul, terus deketin Fauji sampe dia ngerti. Tapi jangan lepas sama Farhan juga mau sekeras apapun mereka berdua tetep temen lo" ujar Bayu.

Lelaki itu hanya menganggukan kepala. Mereka berdua menuju parkiran lalu beranjak pulang.
Diperjalanan Sultan meminta untuk diturunkan diTPU dekat rumah mereka, karena setiap sore hari Sultan selalu menyempatkan datang ke TPU itu untuk menjenguk ibunya dirumah baru itu, entah hanya sekedar untuk berkeluh-kesah atau membersihkan halaman dan menabur bunga.

Waktu layaknya seperti roda yang berputar, tak terasa sudah lima tahun berlalu. Waktu yang begitu singkat kini ia hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, sampai saat ini dia selalu berkhayal bisa menemukan keberadaan sang ayah setidaknya untuk ikut mengirim do'a bersama kepada ibunya, tetapi sampai kini ia tidak pernah mendengar berita tentang ayahnya meski begitu Sultan tetap ingin mencari keberadaan sang ayah.

Tangan laki-laki itu mengelus lembut batu nisan didepan nya, dadanya kini terasa sesak karena tak bisa ditahan lagi cairan bening meluncur deras diatas pipinya.

"Ibu, Sultan kangen"

"Sultan pengen banget ketemu Ibu lagi"

"Kita belum sempet ngumpul sama bapa. Sultan pengen banget kita ngumpul, kadang iri sama temen-temen yang keluarganya lengkap dan dapet kasih sayang utuh dari keluarganya"

kata itu keluar dari mulut lelaki itu, ia memeluk kuburan itu dengan erat. Rasa rindu yang mendalam tidak bisa ia bendung, Andai waktu bisa diputar kembali ia akan memperlambat waktu bersama ibunya namun itu hanya khayalan ia semata.

Karena kelelahan Sultan tak sengaja tertidur sambil masih memeluk makam ibunya, sadar waktu sudah senja ia cepat cepat berlari pulang kerumahnya karena pasti nenek dan kakek sudah mencarinya.

Benar saja belum sampai rumah dijalan dekat gang rumahnya ia berpas-pasan dengan nenek yang hendak mencarinya, neneknya hafal betul jika cucu semata wayangnya itu sering tertidur saat mengunjungi makam ibunya.

"Nenek cari Sultan ya?" tanya Sultan

"Iya, Ini sudah senja"
"Ketiduran lagi dimakam ibu?"
Mata nenek menatap dari arah kepala sampai kaki, ia bisa sadar cucunya itu tertidur karena dari bajunya yang kotor terkena tanah.

GULITA [END] || ZUO HANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang