Kesedihan akan selalu menyelimuti seorang anak yang tidak pernah merasakan kehangatan keluarga. Namun arti keluarga bukan sekedar Ayah dan Bunda tapi orang-orang yang selalu berada didekat kita dan membantu kita ketika terjatuh mereka juga adalah ke...
Beberapa hari telah berlalu. Sultan tak henti-hentinya mendapat teror pesan misterius dari seseorang yang entah siapa pelakunya, teror pesan itu datang dengan nomor yang beda-beda namun dengan kata-kata yang sama seperti sejak pertama kali Sultan mendapat teror itu.
Sekarang Sultan menjalani kehidupan tak sebebas sebelumnya, kini lelaki itu harus terus berada disamping ketiga sahabatnya karena seseorang misterius itu tak segan-segan untuk mencelakai mereka tanpa ada alasan yang jelas.
Mereka berempat selalu mencari tau siapa topeng dibalik teror ini semua namun sampai saat ini mereka selalu tidak kunjung mendapat jawaban yang jelas yang berujung hanya sekedar opini mentah.
> > > > > > >
Hari perlombaan telah tiba. Tepat hari ini Sultan mengikuti lomba olimpiade akuntansi, ia sudah begitu banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan kini saat ia menunjukan hasil dari usahanya itu. Sebelum pergi ke medan perang Sultan pastinya mendapat didukung oleh teman-temannya.
Kini lelaki itu sudah pergi keruangan laboratorium komputer bersama peserta olimpiade lain perwakilan dari sekolah mereka.
Dirinya memasuki ruangan dengan penuh percaya diri, ruangan yang begitu tertutup dengan suhu AC yang sangat dingin. Disana Sultan begitu fokus pada materi yang telah ia pelajari, dirinya tak ingin mendapat hasil yang mengecewakan orang-orang yang telah memberinya kepercayaan untuk mengikuti olimpiade ini.
Dughh.
Saat semua peserta sedang fokus mengerjakan soal-soal didepan komputer, terdengar suara seseorang menabrak pintu ruangan. Semua peserta reflek menengok ke arah pintu termasuk Sultan, ternyata itu adalah salah satu pengawas yang tak sengaja menabrak pintu karena tersandung roknya.
"Maaf ya anak-anak, silahkan dilanjut" ucap pengawas tersebut.
Sultan mengerutkan alisnya dan menatap tajam ke arah pengawas tersebut. "Ibu?" sekilas pengawas itu mirip sekali dengan ibunya, Sultan menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu menggosok matanya untuk memastikan seseorang yang tengah ia lihat. Ternyata itu hanya halusinasi Sultan karena berada ditempat yang terlalu tertutup, lelaki itu kembali mengerjakan soal-soal dikomputernya namun kali ini ia tidak begitu fokus karena teringat dengan ibunya, Meski begitu Sultan tetap mengerjakan soal-soal dengan tenang.
Tiga jam telah berlalu, selesai sudah olimpiade yang diikuti oleh Sultan. Ia pun keluar ruangan dengan perasaan tenang tanpa adanya beban, kini ia telah berkumpul kembali dengan peserta lain.
Saat hendak pergi ke kelas Sultan melihat seorang guru yang sedang mengumpulkan berkas-bekas yang berjatuhan, Sultan yang melihat itu langsung mendekati guru tersebut lalu membantunya membereskan berkas-berkas itu.
Setelah selesai membantu guru itu, Sultan diminta untuk memfoto copy suatu berkas milik guru tersebut. "Kamu gak keberatan Sul, kalo bapak minta tolong kamu foto copy berkas ini di sebrang jalan itu?" ucap guru itu sembari menunjuk ke arah Toko sebrang sekolah.
"Boleh pak, Biar Sultan aja" Sultan dengan senang hati menawarkan diri untuk membantu guru itu.
> > > > > > >
Disisi lain Fauji terus termenung dikelas saat jam istirahat, Farhan dan Nabil yang sadar itu melangkah mendekati Fauji lalu duduk disamping lelaki itu. Tatapannya kosong seperti seseorang yang kini sedang hilang arah, Fauji terkejut dan reflek menengok saat Farhan menepuk pundaknya berniat untuk menegur.
"Gua kangen Sheva" tanpa ditanya Fauji memberi tahu kondisi hatinya kepada Farhan, ia seperti tahu jika Farhan akan bertanya padanya.
Farhan berdecak sebal. "Yaelah, kirain kenapa ternyata mikirin perempuan sialan itu"
"Han, dia punya nama" Fauji selalu berikeras memberitahu temannya itu untuk memanggil Sheva dengan sebutan Nama tanpa embel-embel apapun. Namun meski sudah diberitahu berkali-kali Farhan tetap memanggil Sheva dengan sebutan yang ia ciptakan sendiri.
"Temuin aja" saran Nabil.
"Setiap gua mau temuin, pasti dia selalu kabur ngejauh dari gua, jadi sekarang gua gak pernah komunikasi sama dia lagi" jelas Fauji.
Alasan Farhan sangat membenci Sheva karena ia merasa Sheva adalah gadis yang aneh dan hanya mempermainkan Fauji serta Farhan juga memiliki kecurigaan yang kuat jika Sheva adalah penyebab dari celakanya kedua temannya itu.
"Ji, sorry to say" "Lu apa gak curiga sama dia?" "Lu sempet bilang kalo pelaku yang mukul lu waktu itu bawa Sheva pergi, bisa jadi emang ada hubungannya sama cewe itu" Farhan berusaha untuk mengutarakan isi pikirannya dengan sebaik mungkin agar Fauji tidak tersinggung.
Fauji menghela nafas panjang anak itu sepertinya sudah lelah dengan Farhan yang terus-terusan menuduh Sheva adalah sumber masalah dari kejadian yang dialami mereka. "Yaudah ayo temuin dia, kalo kabur kita pegangin terus paksa dia ngomong jujur!" ujar Fauji.
"Itu namanya kita melakukan kekerasan terhadap perempuan" "Gua gak mau ikutan" ucap Nabil.
"Terserah lu bil, Gua udah capek" ujar Fauji.
Farhan dan Fauji pergi keluar kelas untuk mencari Sheva. Melihat kedua temannya pergi, Nabil yang awalnya enggan untuk ikut kini ia tergerak untuk ikut bersama mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HALO READERS MAKASIH UDAH MAMPIR JANGAN LUPA VOTE NYA KARNA VOTE ITU GRATIS ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️