MASALAH

55 7 0
                                        

Dihari senin yang cerah ini semua orang kembali menjalani aktivitas seperti biasanya, transportasi begitu padat dan jalanan penuh dengan orang-orang yang akan disibuk dengan segala kegiatannya.

Empat sekawan itu seperti biasa kembali beraktivitas bersama disekolah. Mereka masih menyiapkan segala persyaratan untuk mengikuti lomba terutama proposal untuk dana biaya pendaftaran mereka. "Gua udah buat proposalnya, tolong kalo ada yang kurang dikoreksi ya" Farhan menunjukan proposal di laptop nya. "Gua udah tanya-tanya juga sama kak Bayu tentang proposal ini soalnya diakan lebih berpengalaman" setelah melihat isi dari proposal itu mereka semua setuju untuk mengajukan dana kepada Sekolah.

Setelah mencetak proposal itu mereka hendak pergi keruangan Kepala Sekolah namun Farhan sadar sesuatu. "Eh, gimana kalo yang ngajuin proposalnya Sultan sama Fauji aja?" tanya Farhan dengan ekspresi muka seperti ketakutan.
Sultan yang paham dengan kondisi temannya itu langsung setuju dengan saran itu.

Wajar saja Farhan takut menemui Kepala Sekolah karena sebelumnya ia pernah membuat Kepala Sekolah marah dengan perlakuannya yang memviralkan kelakuan anak dari orang itu alias Elang. Jadi ia meminta temannya saja yang menemui Kepala Sekolah agar proses persetujuan berjalan lancar, mereka semua menyetujuinya lalu Sultan dan Fauji menemui kepala sekolah untuk membicarakan perihal ini.

Disana mereka berdua sudah menjelaskan namun sayangnya Kelapa Sekolah masih meragukan kemampuan mereka. Fauji dan Sultan berusaha menjelaskan jika mereka berpengalaman dalam bidang ini namun tetap saja orang itu tidak menyetujui permintaan dana itu.

Mereka berdua keluar dari ruangan, melihat itu Farhan dan Nabil langsung menghampiri mereka. "Gak di ACC" Fauji yang terlanjur kecewa langsung To the poin jika proposal dana itu tidak disetujui.

"Kok bisa?"

"Gak jelas, ngeraguin kita banget padahal gua sama Sultan udah jelasin kalo kita udah berpengalaman dan kita sengaja ikut lagi buat ngembangin bakat kita tapi tetep aja gak disetujuin" Fauji mengeluarkan semua isi hatinya yang sudah dibuat kecewa itu. "Kita boleh ikut lomba tapi biayanya bayar sendiri" ujar Fauji dengan ketus.

"Terus kita tetep ikut lomba gak?" Tanya Nabil.

Sultan yang tetap tenang berusaha mencairkan suasana dengan sedikit memberi saran. "Gimana kalo kita dananya ngumpulin sendiri entah dari uang saku atau kita ngapain gitu biar cepet kekumpul uangnya"

"Ngamen?" Nabil asal ucap.

Farhan dan Fauji menatap sinis kearah Nabil. "Gak ngamen juga" ucap Fauji yang masih sedikit misuh.

"Kita pikir-pikir lagi aja entar, sekarang ke kelas dulu udah mau jam pelajaran" ajak Sultan.

> > > > > > > > > > > > > > >

Sepulang sekolah untuk menenangkan pikiran mereka memilih untuk kembali berlatih diruang seni musik sekolah mereka.

"Kita sekarang fokus latihan aja gak usah terlalu mikirin dana, itu semua bisa dicari nanti" ucap Sultan.

Saat mereka sedang berlatih listrik disekolah tiba-tiba padam, karena alat musik yang digunakan mereka membutuhkan listrik jadi mereka tidak bisa berlatih. Mereka coba untuk melihat meteran listrik diluar, namun sayang ternyata mereka terkunci didalam ruangan itu.
Disana memang ada jendela namun jendela disana tidak bisa dibuka karena tertanam dengan tembok ruangan.

Mereka mulai panik lalu menggedor-gedor pintu serta berteriak meminta tolong namun diluar tidak ada yang mendengar. Sultan terbesit ide untuk menghubungi seseorang dari luar agar bisa membantu, Dirinya langsung menghubungi Kak Bayu untuk menolong.

Tak lama Bayu datang keruangan seni, disana ia mencoba untuk pintu namun pintu itu terkunci dan tidak ada kunci dibagian luar pintu. Bayu yang ikut panik menyuruh Sultan dan teman-temannya untuk mendobrak pintu tersebut.
"Guys, itungan satu, dua, tiga kalian dobrak bareng-bareng ya" Bayu sedikit berteriak.

"Satu"
"Dua"
"Tiga" Dengan sekuat tenaga mereka berempat mendobrak pintu itu.

BRAKK

Akhirnya pintu itu terbuka dengan kondisi engselnya rusak, mau tidak mau mereka harus ganti rugi atas kerusakan itu.

"Kayaknya kita bakal butuh banyak dana lagi buat gantiin pintu ini" ucap Fauji.

Mereka semua saling melirik. "Pintu ini biar jadi urusan gua deh" Bayu menawarkan diri.

"Gak usah kak, kita aja lagian ini kita yang dobrakin" mendengar itu Bayu tetap bersikukuh untuk ikut membawa kerusakan ini karena ia tahu mereka berempat sedang kesulitan mencari dana untuk mengikuti lomba. Melihat kebaikan Bayu mereka menyetujui untuk mengumpulkan uang bersama.

Karena kejadian itu membuat mereka tidak jadi berlatih hari ini lalu mereka memutuskan untuk pulang dan latihan lanjut diesok hari.

Karena masih sore Sultan menyempatkan untuk datang kerumah baru Ibunya untuk melepas rindu, disana ia bercerita tentang hari-harinya selama ia tidak datang ketempat itu.

Menurut dirinya tempat terbaik untuk bercerita dan mencurahkan isi hati hanya pada Ibunya, meskipun sudah tidak satu alam ia tetap merasakan keberadaan Ibu dihatinya.

Semenjak kepergian Ibu hidupnya menjadi begitu Gelap Gulita dan hilang arah, ia merasa kehilangan seperempat dari dunianya. Meski begitu ia masih memiliki tujuan hidup untuk menjadi orang yang berguna untuk orang sekitarnya terutama untuk Nenek dan Kakek beserta teman-temannya.

Cukup lama ia disana namun ia tak sadar bahwa hari sebentar lagi senja, mungkin saat ini nenek sudah mencarinya namun kali ini bukan nenek yang datang mencari Sultan melainkan si kecil Gabriel.

"Kak Sultannn" anak kecil itu berlari ke arah Sultan yang masih duduk disamping makam.

"Ini udah senja, ngapain kamu kesini?" tanya Sultan.

"Aku bantuin nenek nyariin kakak" mendengar jawaban itu Sultan hanya mengehela nafas.

Langit sudah mulai gelap lalu tak lama kemudian merekapun hendak pulang kerumah masing-masing. Diperjalanan Gaby teringat dengan lomba yang akan diikuti oleh Sultan dan teman-temannya.

"Kak?"
"Nanti tempat lomba Band yang kakak sama temen-temen kakak ikut itu dimana?" tanya Gaby.

"Di kampus yang ngadainnya Gab"
"Di Universitas Centraljava" jawab Sultan.

Gaby hanya menganggukan kepalanya. "Aku mau nonton, boleh gak kak?" Pertanyaan itu membuat Sultan sedikit bingung untuk menjawabnya. "Kurang tau juga sih, nanti kakak cari tau dulu ya" jawab Sultan.

Namun Sultan terngingat kembali dengan biaya pendaftaran yang menjadi hambatan mereka saat ini. "Tapi, gak tau juga kita jadi ikut atau gak" ucap Sultan menggantung.

Gaby tertegun mendengar ucapan itu. "Kenapa?" tanya Gaby dengan perasaan yang sedikit kecewa.

Awalnya Sultan tidak ingin memberitahu masalah yang sedang ia hadapi bersama teman-temannya namun ia sadar Gaby sepertinya kecewa dengan ucapannya itu. "Biaya pendaftarannya mahal Gab, kita gak dapet dana bantuan dari sekolah terus kita berempat juga abis kena musibah"

Gaby mendengar cerita itu ikut bersedih karena dirinya tahu jika Sultan dan ketiga temannya memiliki bakat yang cukup mumpuni. "Andai aja aku orang dewasa yang punya banyak uang, aku bakal bantuin kakak sama temen-temen kakak"

 "Andai aja aku orang dewasa yang punya banyak uang, aku bakal bantuin kakak sama temen-temen kakak"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HALOOO READERS
Makasih udah mampir
Jangan lupa vote ya karna vote itu gratis
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️

GULITA [END] || ZUO HANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang