Chapter 6

17.6K 1.1K 19
                                    

Happy reading!

   Sinar mentari mulai menembusi tirai kamar yang ditempati Xavian. Jam di dinding menunjukan jam 9 pagi dan saatnya Xavian harus bersiap. Rencanannya, ia akan ke panti sekaligus melihat perkembangan tanah yang telah dibelinya minggu lalu.

   Badannya masih sedikit sakit karena perjalanan panjang.  mereka berdua tiba di hotel sekitar jam 4 pagi. Selepas membersihkan diri barulah Xavian tidur sejenak. Xavian sudah memutuskan untuk membina helipad khusus di rumah barunya nanti di Desa Seriu. Jika menggunakan helicopter, perjalan yang mulanya lapan jam mungkin akan diperpendek menjadi tiga hingga empat jam.

   Pakaian yang dikenakan Xavian hari ini terbilang cukup casual. Ia memakai baju kemeja lengan pendek berwarna putih dan seluar slack berwarna abu-abu muda.

   Sebelum berangkat semalam, Peter sempat mengusulkan untuk membeli bingkisan atau mainan untuk anak-anak panti dan Xavian menyetujuinya. Barang-barangnya telah tersusun rapih di dalam bagasi mobil.

   "Peter, let's go."

   "Baik Tuan." Peter sendiri akan menjadi supir hari ini. Sebelumnya, mobil mereka dikendarai oleh sopir. Namun, pagi ini Xavian menyuruhnya untuk beristirahat saja karena mengemudi selama 8 jam sangat melelahkan.

    "Kenapa tuan ingin berkunjung ke panti?"

    "Bam got sick."

   "Waduh, kasian sekali." komentar Peter. 10 menit kemudian mereka tiba di panti asuhan Desa Seriu. Anak anak panti terlihat bermain di sekitar panti namun bayangan Bam tidak kelihatan sama sekali.

    "Halo anak-anak!"

    "Om peter! Om Peter!" Anak-anak panti begitu semangat karena melihat barang bawaan Peter yang berisikan mainan dan barang-barang lainnya.

   "Sabar ya. Kalian semua pasti akan mendapatkannya, tapi sekarang om mau bertemu dengan buna kalian dulu."

    Xavian melangkah masuk ke dalam panti asuhan dan langsung disambut baik oleh Buna Yana. Peter sudah bilang sejak awal pada panti tentang kunjungan mereka berdua pada hari ini.

   "Selamat datang Tuan Xavian, Tuan Peter."

   "Boleh saya bertemu dengan Bam?" pinta Xavian tanpa basa basi.

   "Tentu. Mari ikut saya." Ruangan tidur untuk anak-anak besar ada di lantai atas manakala ruangan anak berusia 5 tahun dan ke bawah ditempatkan di lantai bawah bersama para buna panti.

   Ruangan tidur di lantai bawah ada dua dan setiapnya diisi 5 orang anak. Mereka memasuki ruangan yang dicat dengan warna biru muda. Karakter kartun seperti doraemon, tayo dan beberapa serial kartun yang lain menghiasi dinding ruangan itu.

   "Bam sudah bangun, sayang?"

   Keadaan Bam sudah lebih lebih baik berbanding sebelumnya. Si kecil terlihat masih duduk di atas kasur sambil memeluk bantal gulingnya. Pipi si kecil juga masih terlihat sedikit merah dengan rambut yang acak-acakan.

   "Buna. Bam mau num. Mau cucu," lirih si kecil. Ia masih belum sadar dengan kehadiran Xavian dan Peter.

   "Mau susu? Sebentar ya. Tuan Xavian, Tuan Peter, saya ke dapur dulu buat bikinin susu buat Bam. Masuk saja dulu."

   "Baik. Terima kasih." Xavian bergegas menghampiri si kecil Bam. "Bayi."

   "Hmm? Om gelgaci?" Nada suara si kecil tidak seceria sebelumnya.

   "Iya? Kangen?" Tubuh Bam diangkat ke gendongannya. Tubuh Bam rasanya lebih hangat berbanding sebelumnya.

   "Bam kangen."

BAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang