Lir Keningar tahu masalah akan terjadi. Dan sumber masalah datang dari Rania yang ngotot membooking kamar hotel via aplikasi online, sejak awal Lir Keningar sangsi dengan harga yang terlalu murah untuk sebuah hotel bintang lima di Bali yang ditawarkan. Sekarang, mereka harus mencari hotel baru, padahal Lir Keningar penat bukan main. Semalam lembur hingga jam dua, menyusun pledoi dan siang harinya mereka harus berangkat ke Bali untuk mengikuti CLE (continuing legal education).
Dunia tak selebar daun kelor, Lir Keningar merasa pepatah ini tak sepenuhnya benar. Dunia rasa-rasanya memang cuma selebar daun kelor kok. Karena dia tidak akan bertemu Kyomi di hotel pertama yang mereka datangi jika dunia lebih luas dari itu. Kyomi nampak gembira saat tak sengaja bertemu Lir Keningar di lobby, Rania tak kalah senang dengan tawaran gadis itu.
"Lily, stay di Villa aku saja. Ada banyak kamar kosong. Dekat kan dengan tempat seminar. Gak usah sungkan. Ntar malam juga aku gak di villa kok jadi kalian berdua bisa santai membicarakan pekerjaan. Aku ada undangan private dinner dari Piaget."
Dan di sini lah mereka, di villa mewah di daerah Seminyak. Salah satu milik Kyomi Tjahja Basuki. Jika membayar, mungkin mereka harus menguras kantong kurang lebih 28 juta/per malam untuk singgah di villa dengan kolam renang menghadap ke laut ini. "Make yourself at home ya, Ly" Lir Keningar menoleh, sewaktu Kyomi mengantarkannya ke salah satu kamar.
"Terima kasih, Kyo."
Kyomi mengibaskan tangan, tanda tak perlu. "We're friends, aren't we? Kalau butuh apa-apa, minta sama pelayan ya."
Lir Keningar balik tersenyum. Kyomi, dulu mereka tak pernah dekat meski satu angkatan di kampus. Kyomi punya circle-nya sendiri. Sekarang pun, Lir Keningar tak yakin dia bisa akrab dengan Kyomi. Tapi Lir Keningar tak mungkin menjawab tidak saat Kyomi meminta berteman. Berteman dengan Kyomi, bagaimana Lir Keningar harus mengurainya lewat kata? Mungkin sesekali bertukar kabar atau ucapan selamat pada hari ultah, atau pencapaian-pencapaian lain. Sebatas itu yang Lir Keningar bayangkan.
Namun, keinginan Lir Keningar untuk istirahat rupanya cuma angan-angan. Rania yang ajaibnya begitu cepat akrab dengan Kyomi, menyeretnya ikut menikmati sore di kolam renang. "Sayang banget, Ly. Besok juga kita udah balik Jakarta. Kapan lagi nginep di Villa sebagus ini, gratis lagi." Menuruti permintaan Rania yang diutarakan berkali-kali hingga dia bosan mendengar, Lir Keningar mengeluarkan celana batik, korset senada berwarna biru, dan outer panjang berwarna nude, bergabung dengan keduanya. Meski dia tak betah lama.
Berniat menghalau cahaya matahari sore dengan kacamata hitam begitu pantatnya menyentuh kursi santai, Lir Keningar malah tertidur di depan kolam. Obrolan Rania dan Kyomi di kolam renang samar-samar terdengar di telinganya sebelum dia larut dalam buaian mimpi. Melupakan pesan eyang kakung, tak baik tidur di sore hari.
oooo
"Pak Harya, mau stay di mana malam ini?" pertanyaan Stefanie, tak diindahkan Harya. Matanya fokus pada satu titik, layar ponselnya yang menampakkan postingan Kyomi di media sosial. Jika penglihatannya ini masih sehat di usia pertengahan tiga puluh, perempuan berambut keriting yang berbaring di atas kursi di Villa Kyomi di Seminyak itu Lir Keningar.
"Stef, siapkan ferry. Kita ke Bali."
Hah.
Ada jeda beberapa detik, sebelum Stefanie mengejar langkah Harya yang sudah bangkit dari atas kursi. Random sekali bukan? Mau ke Bali mendekati jam makan malam begini? Seharusnya Harya sudah memilih beberapa hotel untuk beristirahat setelah seharian sibuk meninjau pembangunan hotel bintang lima di Lombok Tengah. "Tapi pak, besok pagi anda ada janji temu dengan pihak Sekolah Tinggi Pariwisata di Lombok, sebaiknya malam ini stay di sini saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Person, Wrong Time.
RomanceThe crossing of path between two who may not end up together. Right Person, Wrong Time. *Disclaimer: Setiap karakter dalam cerita ini fiktif, tidak mengacu maupun terinspirasi dari tokoh manapun. Latar belakang budaya-sosial Pura Mangkunegaran atau...