Author note
Dear readers and friends.
Saya datang dengan extended version cerita Right Person, Wrong Time. Perlu untuk diingat, extended version adalah alternative ending dari cerita-cerita saya. Jadi kalau dirasa sebagai pembaca kalian prefer ending yang asli dan dianggap lebih realistis, extended version bisa di-skip ya. Seperti yang kalian tahu, saya tidak pandai menulis cerita dengan alur yang berbelit-belit. Extended version ditulis sesederhana mungkin.
Semoga masih logis dan selamat membaca.
Lots of love,
Hain.Pintu berwarna putih keemasan, ruang ganti mempelai pengantin dibuka dari luar setelah suara ketukan tak mengundang jawaban dari Harya. Stefanie yang datang, disusul Kevin di belakangnya masuk bergegas.
Harya, menanggalkan sorot matanya pada setelan baju pengantin yang seharusnya dia kenakan pada akad. Melabuhkan netra lelahnya pada langkah-langkah Stefanie dan Kevin. Entah haruskah Harya senang atau sedih dengan penghinaan ini?
Hari ini seharusnya menjadi tanggal Harya melepas masa lajang, mestri. Setelah 2,5 tahun bertunangan dengan Sherlina Wibicaksono. Persiapan pernikahan mereka telah rampung. Akad nikah akan diadakan di Ritz Carlton, Jakarta. Saksi pernikahan mereka bukan sembarang orang. Namun R1 dan R2, dua orang paling penting di negeri ini. Undangan resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan di Beverly Hills, atas permintaan Sherlina pun sudah tersebar. Namun, Harya dan keluarga Rupadi dihadapkan pada kejutan demi kejutan pada pagi menjelang hari-H. Pasalnya, tiba-tiba bapak presiden dan wakilnya menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa hadir secara mendadak. Tak ada alasan yang jelas, pihak istana mengatakan ini demi nama baik kedua tokoh politik tersebut. Mengingat hubungan Powerhouse International dan istana negara yang selama ini terjalin baik, tentu keluarganya menyesali. Namun baiklah, apa daya mereka selain menerima keputusan istana?
Keluarga Rupadi bisa meminta saksi lain. Gubernur Jakarta beserta wakilnya, secara ajaib menyanggupi permintaan itu dengan baik meski mendadak. Bukan hal yang mengherankan sebab di pilkada dua tahun lalu, mereka mendukung paslon tersebut.
Lalu, saat itulah justru mereka mulai dibombandir masalah lain.
Tiba-tiba saja, Sherlina Wibicaksono menjadi hightlight dan tagar dengan namanya mencuat di berbagai media sosial. Namanya naik dengan cepat hingga mencapai ratusan ribu postingan. Tepat beberapa jam sebelum akad dimulai.
"Nyai", begitu calon istrinya disebut di klub malam terbesar di Jakarta. Saat Nyai datang, pengunjung klub akan bersorak gembira.
Perempuan itu akan menghabiskan beratus-ratus juta uang untuk membayar minum seisi klub dalam satu malam. Kontroversi itu memanas sebab Sherlina, pelanggan VVIP itu diduga tak hanya menikmati alkohol dan musik tapi juga narkoba di klub malam tersebut. Melakukan kekerasan fisik dan verbal jika permintaannya ditolak, beberapa kesaksian dan tuduhan bahwa Sherlina pelaku pelecehan seksual. Liar, hedon, dan pecandu. Kombinasi dengan takaran pas untuk membunuh karakter Sherlina.
Harya masih bisa mentolerir, rumor bisa disanggah dan media bisa dibungkam. Namun arubiru di hari pernikahan Harya tak berhenti sampai di situ. Buntut dari kontroversi Sherlina, memancing naiknya isu sengketa perusahaan tambang keluarganya dengan BUMN yang sudah rampung berbulan-bulan yang lalu. Isu bahwa perusahaan tambang keluarga Wibicaksono menang karena menyuap kepala daerah. Hal ini memantik lagi kemarahan publik, bahkan kantor pemda sudah dipenuhi demonstran menjelang siang hari. Tak luput para pemerhati lingkungan, yang mencap keluarga Wibicaksono sebagai mafia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Person, Wrong Time.
RomanceThe crossing of path between two who may not end up together. Right Person, Wrong Time. *Disclaimer: Setiap karakter dalam cerita ini fiktif, tidak mengacu maupun terinspirasi dari tokoh manapun. Latar belakang budaya-sosial Pura Mangkunegaran atau...