Ext.Version|27

9.2K 823 30
                                    

"Apa yang akan kamu katakan pada kedua orang tuamu, pak Harya?" Harya mengangkat sebelah alisnya, ingin memprotes panggilan bapak yang ajeg dipakai Lir Keningar untuknya tapi dia akan menyimpan masalah itu untuk nanti. "Apa sekarang kamu sudah siap dengan semua resikonya?" Harya membawa tangan Lir Keningar dalam genggaman sebelum mengangguk.

"Kemarin-kemarin mereka masih sibuk dengan kekacauan yang kamu buat" laki-laki itu mengulum bibir, mencolek ujung hidung Lir Keningar. "Tapi saya rasa sekarang mereka sudah tahu. Saya salah, karena tidak memberi jawaban yang jelas untuk hubungan kita. Saya paham kenapa kamu ragu-ragu, Lily. Sekarang tidak lagi. Dengar.. saya mungkin diusir dari rumah. It's okay karena itu rumah mama dan papa. Mungkin saya juga dihapus dari KK dan daftar pewaris seperti yang pernah kamu katakan, mereka mungkin juga akan mengambil kembali saham dan aset yang pernah dihibahkan pada saya. Itupun tidak masalah, karena sejak awal itu semua memang bukan milik saya."

"Tapi saya tidak akan turun dari jabatan saya yang sekarang bagaimana pun mereka akan berusaha menjatuhkan saya, karena saya mencapai posisi itu dengan usaha dan kerja keras. I am a man. I need to provide for you and our kids in the future."

(Saya laki-laki. Saya harus menafkahi kamu dan anak-anak kita nanti).

Lir Keningar mengulas balik, mengingat-ingat setiap percakapan dengan Harya di saat upacara midodareni yang mengharuskan dia tak tidur semalaman dan juga tidak keluar kamar. Harya berkata, dia tidak mengerti perlunya acara midodareni, sebab bidadari tidak perlu turun mempercantik Lir Keningar. "You're the angel of beauty itself, Lily." Rakai yang menjadi pengantar pesan gombal Harya menyampaikannya dengan muka jijik, sebab laki-laki yang datang membawa hantaran di malam midodareni dengan teman-temannya itu tak bisa bertemu dengan calon pengantin perempuannya yang sedang dipingit.

"Katakan lah segala usaha saya gagal, dan mereka berhasil menurunkan saya dari jabatan direktur utama. Atau hal yang paling buruk terjadi, misal mereka memecat saya dari Powerhouse International, menutup segala koneksi agar saya tidak membangun bisnis saya sendiri. Worry not, Lily. Saya akan mendaftar ASN, menjadi suami yang kamu idamkan. I am clever enough to pass every test" Lir Keningar ingat tawanya pecah hingga orang-orang yang berada di Taman yang sama menoleh padanya.

(Saya cukup pintar untuk bisa lulus tes).

"Pak, your age is not eligible for applying civil service exam."

(Pak, umurmu tidak memenuhi kriteria untuk mendaftar ujian pegawai negeri).

Lir Keningar meninju berkali-kali lengan Harya saat laki-laki itu menggigiti cuping telinganya. "Saya tidak tahu peraturan di Indonesia sedemikian diskriminatif" keluh laki-laki itu kesal di telinga Lir Keningar.

"Yes unfortunately, old man."

(Sayang sekali memang begitu, laki-laki tua).

"Jadi mulailah perubahan dari dirimu sebagai pemimpin, pak. Ubah usia minimum bagi pencari kerja yang mendaftar di Powerhouse International. You posses that kind of authority, paling tidak sampai detik ini."

(Kamu memegang otoritas seperti itu).

"Kalau begitu, yang pertama bisa kita lakukan adalah mengamankan kebutuhan primer kita, Lily. Kamu suka rumah atau apartemen, honey? Kita bisa cari sekarang. Saya rasa dua kendaraan cukup, dan uang lebihnya untuk tabungan."

Lir Keningar mengikuti arah mata Harya pada Patek Phillipe yang melingkar di pergelangan tangannya dan Rolls Royce Phantom yang terparkir di pinggir taman.

"Saya pakai yang paling mahal yang saya punya, berjaga-jaga kalau mama dan papa mendapat laporan lebih cepat dari yang saya perkirakan. Ada baiknya kita beli semua kebutuhan sebelum semua kartu dan akses saya diputus" Harya bangkit dari duduknya saat melihat gelagat Lir Keningar yang akan menghajarnya saat itu juga. Rencana itu terdengar bagus dan matang tapi tidak terhormat bagi Lir Keningar.

Right Person, Wrong Time.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang