12. Malam pertama 21+

144K 492 4
                                    

Richard keluar dari kamar mandi, tubuhnya masih berkilau oleh sisa-sisa air yang belum mengering. Handuk putih melingkari pinggangnya dengan longgar, memperlihatkan dadanya yang kekar. Rambutnya yang basah menjuntai ke dahi, menambah kesan maskulin yang begitu mendominasi ruangan. Langkah kakinya tenang namun pasti, membawa dirinya lebih dekat ke Bianca yang masih duduk di tepi ranjang, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak kencang.

Dia menatap Bianca dengan intens, mata tajamnya menyapu tubuh wanita itu yang sudah mengenakan lingerie hitam yang ia berikan sebelumnya. Bianca menunduk, jantungnya berdegup kencang, merasa telanjang meski masih berpakaian.

Richard mendekat, mengangkat dagu Bianca dengan jemarinya, memaksanya untuk menatap wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Richard mendekat, mengangkat dagu Bianca dengan jemarinya, memaksanya untuk menatap wajahnya. "Kau cantik," katanya, suaranya rendah dan dalam. Bianca menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gemetar. Dia ingin mengatakan sesuatu, ingin berteriak, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Hanya napasnya yang terdengar berat, menandakan ketegangan yang merambat di seluruh tubuhnya.

Richard duduk di sampingnya, mengelus punggungnya perlahan. Bianca menahan napas, merasakan sentuhan itu seperti aliran listrik yang membuatnya semakin tegang. Setiap usapan di kulitnya seperti peringatan bahwa sesuatu yang tak terelakkan akan segera terjadi.

"Kau takut?" bisik Richard, kali ini nadanya lebih lembut, seolah mencoba menenangkan. Tapi Bianca tahu itu hanyalah bagian dari permainan. Dia tidak menjawab, hanya menundukkan kepala lebih dalam, napasnya mulai tersengal.

Richard kemudian mendekatkan bibirnya ke leher Bianca, mencium kulitnya dengan lembut. Bianca menggigit bibirnya lebih keras, mencoba menahan desahan yang nyaris keluar dari mulutnya. Tapi ketika Richard mulai mencium lebih dalam, menjelajahi leher dan bahunya, Bianca tidak bisa menahan suara kecil dia hanya mengeluarkan suara lirih, "Uh..."-sebuah suara kecil yang mengkhianati yang lolos dari bibirnya-. Richard tersenyum mendengar suara itu, merasa puas.

Richard lalu mendorong Bianca perlahan hingga punggungnya menyentuh ranjang. Dia menatap wajah Bianca yang masih dipenuhi kecemasan, menikmati setiap reaksi yang muncul di wajah wanita itu. Saat tubuhnya semakin dekat, Richard bisa merasakan ketegangan di otot-otot Bianca, bagaimana wanita itu mencoba untuk tidak gemetar.

Richard melangkah mundur sejenak dan mulai membuka handuk yang melingkar di pinggangnya. Dengan gerakan yang penuh percaya diri, ia melepaskan handuk tersebut dan meletakkannya ke lantai di samping ranjang. Tubuh Richard kini telanjang, menunjukkan kejantanan yang telah mengacung.

Bianca menatap Richard dengan cemas, matanya melirik handuk yang tergeletak di lantai, lalu kembali ke tubuh Richard. Dia melihat tubuh Richard yang kekar dan telanjang berotot. Wajah Richard tampak tegas, dan tatapan matanya menunjukkan intensitas yang membuat Bianca merasa semakin gugup.

Richard kemudian berbaring di samping Bianca dengan hati-hati, Ia menyangga kepalanya dengan tangan, menatap wajah Bianca dengan seksama. Dari posisi itu, ia bisa melihat setiap ekspresi di wajahnya. Bianca bisa merasakan kepala penis Richard menyentuh pahanya.

My Maid 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang