Setelah pulang dari bisnis tripnya, Richard langsung menuju kamar maid, tempat Bianca biasanya berada. Dia mengetuk pintu dengan tegas sebelum membuka pintu dan memasuki ruangan. Bianca yang tengah sibuk membersihkan ruangan, terkejut melihat Richard muncul di pintu.
Richard masuk dengan langkah percaya diri, dan Bianca berdiri terpaku, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar. Richard menatap Bianca dengan tatapan tajam, seolah sedang menilai keadaan.
"Tuan, apa yang kau lakukan di sini? Ini adalah kamar maid."
Richard tidak menunjukkan tanda-tanda kepedulian. Dengan ekspresi dingin, dia mendekat dan duduk di tepi kasur sempit itu, mengabaikan ketidak nyamanan ruang tersebut. Dia langsung menarik Bianca ke pangkuannya, tidak memberi kesempatan bagi Bianca untuk menolak.
"Aku tidak peduli tentang tempat ini. Aku hanya menginginkanmumu sekarang."
Bianca merasa tertekan dan kesal. Dia berusaha menjauh, tetapi Richard memegangnya dengan tegas, menahan Bianca di pangkuannya "Tuan, tolong lepaskan aku. Ini sangat tidak nyaman."
Richard menatap Bianca dengan mata dingin dan tidak menunjukkan belas kasihan. Suaranya tajam dan penuh dominasi. "Aku tidak peduli dengan rasa nyamanmu"
Kini Bianca berada di pangkuan Richard, Dengan sikap yang semakin menekan, Richard menyentuh wajah Bianca dengan cara yang lebih kuat dan mendominasi. Dia memberikan ciuman yang tidak lembut dan penuh tekanan, menyiratkan kontrol dan kekuasaan.
Richard menggigit bibir bawah bianca dengan kuat, Bianca membuka mulutnya akibat gigitan itu, Richard memasukan lidah nya mencoba menyusuri mulut Bianca dan mengoda lidah bianca untuk saling membelit
Bunyi kecipak memenuhi ruang sempit itu, disela ciuman mereka tangan Richard membuka satu persatu kanci kemeja kerjanya, dia mengarahkan tangan Bianca ke dada bidangnya membelai di sana lalu menuntun tangan Bianca untuk turun ke perutnya yang berotot.
Richard melepaskan tautan mereka, saliva basah terjalin akibat ciuman panas itu. Richard menyentuh bibir bianca yang membengkak itu
Nafas Bianca terengah karna ciuman panas itu. Sekali lagi richard mengecup bibir Bianca yang masih terbuka itu.
Richard menurunkan tubuh Bianca dari pangkuannya. Dengan tatapan mata yang penuh dengan dominasi, dia menuntun Bianca untuk berlutut di hadapannya. Bianca, meskipun merasa campuran antara takut dan patuh, mengikuti arahannya tanpa perlawanan. Richard mengamati Bianca yang sekarang berlutut di depannya, merasakan kekuasaan yang ia miliki atas wanita ini. Suasana di ruangan tersebut menjadi tegang, penuh dengan keheningan yang menegangkan.
Bianca merasakan denyut jantungnya semakin cepat saat ia menurunkan diri ke posisi berlutut di lantai. Dengan gerakan lembut namun penuh kesadaran, ia menundukkan kepala dan menatap ke arah di depannya, jari-jari tangan yang halus menempel di lututnya.
Dengan gerakan mantap, Richard membuka gesper sabuknya, suara gesekan kulit terdengar lembut namun tegas. Setelah itu, jemarinya bergerak menuju resleting celana bahan yang dikenakannya. Dengan tarikan perlahan namun pasti, resleting itu diturunkan, mengeluarkan suara khas logam yang bergerak. Dengan gerakan mantap, celana itu terbuka, memperlihatkan kejantanannya yang telah menegang.
Penis tegang itu telah keluar dari celana Richard hampir menampar bibir Bianca yang tepat berada di depannya. Penis kemarin yang Richard gesekan ke payudara dan vaginanya, kini berada tepat di hadapannya penis besar dengan urat menonjol di sekitarnya
Bianca merasa tertekan dan tidak berdaya, tetapi tetap berusaha untuk mengendalikan emosinya. Dia merasakan intensitas dari setiap tindakan Richard, menyadari bahwa dia tidak memiliki banyak pilihan dalam situasi ini.
"Suck it Bianca"
"Aku tidak bisa... bagaimana caranya?" bisik Bianca dengan tatapan polosnya, suaranya bergetar karena ketakutan dan kebingungan.
Richard terhenti sejenak, menatap mata Bianca yang memancarkan kepolosan. Saat itu, dia teringat bahwa Bianca berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah tidur bersamanya.
"Jilat, Bianca. Julurkan lidahmu seperti menjilat ice cream"
Bianca merasa ragu dan malu, tapi dengan perlahan dia menurut, menjulurkan lidahnya untuk menjilat penis Richard. Ada campuran perasaan di matanya, antara patuh dan bimbang, sementara Richard mengamati setiap gerakannya dengan tatapan yang intens.
"Pegang dengan tanganmu" perintah Richard lagi. Dengan tangan gemetar Bianca meraih penis itu dan masih menjilati kepala penisnya
Richard membimbing tangan Bianca untuk mengocok batang kemaluannya. Richard memejamkan mata merasa kenikmatan dari tangan dan lidah wanita itu.
"Argghh Teruskan Bianca" geram Richard dengan suara rendahnya. Bianca menatap Richard yang sedang menikmati kocokannya
"Buka mulutmu" perintah Richard lagi, Bianca menurut, Richard menarik rambut Bianca menuntun kepala wanita itu untuk mendekat ke arah penisnya
Rasa aneh yang pertama kali Bianca rasakan, saat penis itu masuk ke mulutnya walaupun baru masuk setengahnya, tapi ujung penisnya terasa hampir mengenai tenggorokan Bianca.
"Fuck, suck it bitch" Richard merasakan kehangatan mulut Bianca, Richard memaju mudurkan penisnya walaupun tak semua masuk dalam mulut wanita itu.
"Ummm" Bianca mengerang tersedak saat ujung penis Richard mengenai tenggorokannya, dia menepuk paha Richard berharap laki-laki itu melepaskan cengkraman di rambutnya.
Richard tak memperdulikannya, ia terus memaju mundurkan penis itu menjelajahi mulut Bianca, kenikmatan yang baru ia rasa walaupun ini pertama kali bagi Bianca.
Richard semakin mempercepat gerakannya, Bianca merasa penis itu semakin membesar di dalam mulutnya.
Richard menarik penisnya keluar dari mulut Bianca saat ia merasa spermanya akan keluar sebentar lagi, ia mengocok penisnya dengan tangannya sendiri.
"Ahh... Bianca fuck mulutmu" Tubuh Richard menegang penisnya berdenyut kuat, spermanya keluar dan muncrat mengenai wajah cantik Bianca.
Richard terengah setelah pelepasan itu, ia melihat Bianca yang masih berlutut di harapannya dengan rambut berantakan dan wajah belepotan dengan spremanya, sangat seksi walaupun ia masih mengenakan baju lengkap. Ingin sekali richard menelanjangi dan menerjang wanita itu hingga mengerang di bawahnya.
Bianca merapatkan pahanya, ia merasa geli di bawah sana saat mendengan erangan Richard dan melihat Richard dengan seksinya mengocok kemaluannya besarnya. Setelah cairan itu keluar mengenai wajahnya ia hanya diam tak berani bergerak.
Setelah memasang kancing baju dan membenarkan celananya, ia menundukan tubuhnya tepat berhadapan dengan wajah Bianca. "Bersiaplah untuk esok hari," bisiknya dengan nada mengancam. "Kita akan pergi ke villa, dan di sana, aku akan memastikan untuk benar-benar 'masuk' ke dalam dirimu." Bianca merasakan gelombang ketakutan melanda, memahami maksud tersembunyi di balik kata-kata Richard. Tanpa memberi kesempatan baginya untuk melawan atau melarikan diri, Richard meninggalkan kamar Bianca, membiarkannya terperangkap dalam ketakutan tentang apa yang mungkin terjadi di hari esok.
Tbc
Jika cerita ini mendapatkan 50 like, bab berikutnya akan segera dirilis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Maid 21+
Novela Juvenil21+ Demi membayar biaya perawatan kekasihnya yang sedang Koma akibat kecelakaan, Bianca terjebak menjadi Maid di Rumah mewah milik keluarga Richard Allexander. Tanpa bianca sadari hidupnya sudah sepenuhnya milik Richard tanpa bisa pergi darinya "Say...