Hari berikutnya, Bianca menjalani rutinitasnya yang melelahkan. Pagi itu, tugasnya adalah membersihkan kamar tidur utama, tempat Richard dan Irene tinggal. Meski Irene sering bepergian, kali ini dia kembali dari peragaan busana di luar negeri, dan kehadirannya memberikan nuansa berbeda di rumah.Bianca membawa alat kebersihan dan perlahan membuka pintu kamar tidur Richard dan Irene. Namun, pemandangan di dalam kamar membuatnya terhenti. Richard dan Irene masih berada di ranjang masih terbalut selimut tebal, bermesraan tanpa memperhatikan kehadirannya. Bianca merasa jantungnya berdetak kencang, seolah waktu berhenti sejenak.
"Masuk saja" suara Richard terdengar dari tempat tidur, nada suaranya santai namun tegas. Irene hanya tersenyum tipis, melirik ke arah Bianca tanpa benar-benar peduli.
Bianca menelan ludah dan melangkah masuk, berusaha mengabaikan pemandangan di depannya. Dia mulai membersihkan pakaian yang berserakan di lantai jejak percintaan Richard dan Irene semalam.Bianca berharap bisa segera keluar dari situasi yang canggung ini. Setiap gerakannya terasa berat, bayangan hubungan mereka yang penuh ketegangan dan rahasia terus menghantui pikirannya.
"Honey, I need to take a shower first I have a morning schedule," Ucap Irene yang masih berada di pelukan Richard
"Sure, take your time. I'll be here if you need anything."Jawab Richard. Irene mengecup bibir Richard sebelum beranjak ke kamar mandi mewah yang ada di kamar mereka.
Setelah Irene pergi, suasana di kamar terasa semakin menyesakkan bagi Bianca. Canggung dan tidak nyaman, ia merasakan ketegangan di udara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Biasanya, Richard sudah pergi bekerja pada waktu seperti ini, tetapi kali ini ia masih berada di kamar. Dengan mata yang tajam, Richard hanya memperhatikan Bianca yang sibuk membersihkan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Bianca berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaannya, meski setiap gerakannya seolah dikuasai oleh tatapan Richard yang penuh makna.
Richard yang masih di tempat tidur berselimut memperhatikan bianca yang membersihkan pakaiaanya yang berada di sisi ranjangnya. Tatapannya tajam dan penuh keinginan. Tiba-tiba, Richard menarik tangan Bianca ke arah ranjang.
"Tuan, apa yang Anda lakukan?" Bianca mencoba menarik tangannya kembali, suaranya bergetar karena ketakutan.
"Naik ke ranjang" perintah Richard dengan nada ketus, tanpa memberi ruang untuk penolakan.
Bianca menolak dengan tegas, "Tidak, saya tidak bisa.Nyonya Irene... jika Nyonya Irene tahu, saya..." Bianca merasa terjepit antara rasa takut dan kewajiban, berusaha keras untuk menolak sambil berharap Richard akhirnya memahami posisinya.
Richard mengabaikan kekhawatiran Bianca dan terus menariknya. "Irene tidak akan tahu. Sekarang naik ke ranjang atau aku akan membuatmu menyesal Bianca."
Setelah ancaman itu, Perlahan ia mendudukan diri di pinggir ranjang empuk itu dengan canggung, Richard menarik tubuh Bianca hingga berbaring di tengah ranjang.
Kini Richard berada menindih tubuh Bianca, ia membuka satu persatu kancing baju Bianca.
"Tuan jangan.." Bisik Bianca
Richard tak menghiraukannya, ia menarik keatas Bra menutupi payudara indah itu
Bianca mencoba menghalangi Richard lagi tapi ia gagal, kedua tangannya di tahan di atas kepalanya dengan erat
Richard mulai menyusu pada payudara itu, ia menekan pinggulnya tepat di vagina Bianca mencoba merangsang wanita itu
'Euhhh' desah Bianca, tubuhnya tak bisa diam ia menggeliat merasakan rangsangan di tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Maid 21+
Fiksi Remaja21+ Demi membayar biaya perawatan kekasihnya yang sedang Koma akibat kecelakaan, Bianca terjebak menjadi Maid di Rumah mewah milik keluarga Richard Allexander. Tanpa bianca sadari hidupnya sudah sepenuhnya milik Richard tanpa bisa pergi darinya "Say...