BAB : VIII

157 95 55
                                    

Klik bintangnya dulu teman!
Happy Reading!

•Color of Catur•
°Everything is Gorgeous under the Rain °

Hari ini, Zanayya memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju kotak putih. Mengubah suasana hatinya dan mulai menentukan arah hidupnya.

Hidup baru!

Ia membuka perlahan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke kamarnya.

"Selamat pagi Nayya." sapa Nayya pada dirinya sendiri setelah meregangkan ototnya.

Sudah menjadi rutinitasnya, hal positif itu selalu Rietta ajarkan sejak Nayya masih kecil. Menyapa diri sendiri dipagi hari memiliki segudang manfaat baik untuk memulai hari kita.

Ya! hari ini adalah hari minggu, hari terakhir Nayya menghabiskan waktunya untuk bersantai, karena besok, Nayya harus kembali fokus pada pendidikannya yang memasuki semester terakhir di SMA Pancasila.

Membuka gorden jendelanya, membiarkan cahaya matahari pagi masuk dengan hangatnya.

Ia bergegas ke kamar mandi, mengganti bajunya dengan setelan Work outnya.

Menggelar matras dan memasang earphone yang diiringi musik, Zanayya memulai pagi dengan salah satu hobinya, work out.

Setelah 30 menit lamanya, ada seseorang yang mengetuk pintu.

Tok tok

Tuli memang, karna telinga Zanayya tersumpal earphone dengan volume tinggi.

Ceklek

Bi ratih masuk, dan melihat Zanayya yang tengah melakukan plank.

Bi Ratih terpaku karena dua hal, pertama, melihat tubuh atletis Zanayya yang dibalut pakaian olahraganya dan kedua melihat Zanayya sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.

"Non," panggil bi Ratih sambil meletakkan sarapan di nakas.

Zanayya tersadar dan langsung menjatuhkan diri dari plank nya, ia melepaskan earphonenya dan bangun.

Keringat membanjiri wajah serta tubuh Zanayya ditambah cahaya matahari yang masuk menerpa tubuhnya, membuat ia semakin bersinar.

"Bibi udah lama?" tanya nya sambil mengelap keringat menggunakan handuknya.

"Baru aja, bibi tadi ketok gaada sahutan, jadi bibi masuk." ucap bi Ratih membuat Zanayya mengangguk seraya tersenyum.

"Sarapan dulu non, biar olahraganya makin bertenaga," ucap bi Ratih sambil menutup pintu hendak keluar. Zanayya tersenyum serta mengacungkan jempolnya pada bi Ratih.

Ia melahap sarapan dengan santai di balkon kamarnya. Tak ada bising, hanya suara kicauan burung yang masuk ke gendang telinganya.

Selesai dengan sarapannya, Zanayya mengambil handuk dan mandi.

Selesai dengan acara mandi, dan berpakaian, ia duduk di kursi rias, sempat pecah namun, cermin rias itu sudah diganti baru.

Ia menatap dirinya di cermin dengan lekat, terbayang dirinya saat masih berada dikotak hitam, kosong, hancur dan berantakan.

Namun, kini berbeda Zanayya telah melangkah meninggalkan kotak hitam. Ini adalah pilihannya, pilihan hidup dan hatinya.

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang