BAB : XXVII

25 9 17
                                    

Klik bintangnya dulu teman!
Happy Reading!

Color of Catur•
°Kinder Joy!°

"Ayah, ayah! Liat pesawat Ciko mau telbang. Ngeeengggg," seru Ciko sambil menerbangkan pesawatnya diudara.

Arthur mendatarkan wajahnya, "suara pesawat itu bukan ngengg, Cikoo, tapi brummm brum brumm." Arthur mencontohkannya senewen sambil fokus berkutik dengan handphonenya.

Mana ada pesawat pake knalpot racing.

"Cieee yang sebentar lagi punya mama." Joe datang dengan menenteng jas putihnya, lalu ia sampirkan di sofa.

"PAPI!!" Ciko berseru menyambut kedatangan Joe.

Joe meminta high five pada Ciko sebelum menghampiri Arthur yang duduk di sofa.

Arthur mendongak terkejut karena ucapan Joe, "apaan? Cakra kawin?!" Tanya Arthur tak santai pada Joe yang kini sudah mendaratkan bokongnya disamping Arthur.

"Kawin mata lo!" sewot Joe sambil menyomot keripik singkok yang ada di meja.

"Terus?" Arthur meminta penjelasan lebih lanjut.

"Tanya aja." Joe menunjuk Ciko dengan dagunya.

Arthur menarik Ciko untuk duduk dipangkuannya. "Ciko minta mama, ke papa?" Tanya Arthur antusias.

Ciko mengangguk, Arthur semakin berbinar. "Ciko minta dua!" Seru Ciko menunjukkan dua jarinya.

"Dua?" Arthur terbelalak, menatap Joe sekilas yang telihat santai mengemil.

"Terus papa jawab apa?"

"Papa bilaaaangg...," Arthur mengangguk anggukan kepalanya menunggu kelanjutkan kalimat yang hendak Ciko ucapkan.

"Nanti papa beli di alpa." Ciko mengucapkan apa yang Cakra ucapkan padanya.

Seketika Arthur merubah raut wajahnya, "lo kira mama lo kinderjoy?" Arthur mendumel dalam gumamnya. Hal itu membuat Joe tergelak.

Ia menurunkann Ciko dari pangkuannya. Membiarkan bayi tiga tahun itu kembali bermain dengan mainan pesawatnya.

"Lo serius gak sih?" Tanya Arthur pada Joe.

"Serius, udah dua minggu dia tanya-tanya ke gue gimana caranya jatuh cinta, apa aja yang disukain perempuan, dia harus bersikap kaya gimana, semua dia riset dari sumbernya," ucap Joe bangga memukul dadanya.

Arthur memutar bola matanya malas, ia terdiam berfikir sejenak. "Apa dia bakal cari ibu kandung Ciko?" Tanya Arthur.

Joe menggeleng, "gak mungkin. Cakra lebih pilih sendiri daripada harus bagi Ciko sama wanita itu."

"Berarti dia udah nemuin orang baru buat jadi ibu sambung Ciko?"

"Ya, mungkin. Gue harap sih gitu, karena setelah gue riset ulang, penyembuh depresi mereka berdua adalah menemukan orang yang tepat untuk berbagi cerita. Cakra depresi karena dia telan sendiri apa yang dia alami, dia gak berbagi, dia mencari jalan keluar di setiap masalahnya seorang diri. Makannya, Cakra butuh seseorang yang tepat, yang mau diajak berbagi, yang siap menemani Cakra melewati susah ataupun senangnya. Ciko juga sama, dia cuma butuh sentuhan lembut seorang ibu yang bisa kendaliin emosi dalam dirinya."

"Berat banget ternyata jadi bos gue." Arthur menyendu.

Joe mengangguk menyetujui, "hidupnya teramat gelap. Dia butuh cahaya untuk menemukan jalan keluarnya."

"Btw, lo sejak kapan temenan sama dia?"

Joe menghela nafas beratnya, menatap kosong udara. "Sejak Cakra tersesat dalam gelapnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang