BAB : XII

105 56 24
                                    

Klik votenya dulu teman!
Happy Reading!

PLAY MUSIC ON TOP!!

•Color of Catur•
°Sweet memory°

Kaki Zanayya melangkah masuk kedalam rumah Setya, ia diajak kesebuah ruangan dimana mata Zanayya langsung terpesona melihat sekeliling ruangan terpajang foto bayi.

'Banyak banget foto anak kecil.'

Ia menelisik setiap foto, tapi ada satu foto yang menarik perhatiannya, tangannya terulur untuk mengambil bingkai foto itu.

"Cantik." gumam Zanayya.

"Nayya." panggil Cakra membuat Zanayya terkejut dan berbalik badan.

"Ini siapa?" tanya Zanayya pada foto yang ia pegang.

Cakra menuntun Zanayya pada sebuah kaca besar, dan mensejajarkan foto itu disamping wajah Zanayya.

Zanayya menatap pantulan dirinya dan foto bayi itu di cermin, lalu menoleh pada Cakra. "Ini aku?" Cakra mengangguk.

Zanayya kembali menatap cermin dengan lekat, senyumnya semakin lebar. Lalu Cakra menuntunnya untuk duduk dan memberikan sebuah album foto yang lumayan tebal.

Ia membuka album tersebut, hal yang pertama ia lihat adalah Rietta saat masih muda. Cantik!, Sangat Cantik.

"Bunda!" serunya antusias.

Beralih pada foto selanjutnya, ada foto Cakra kecil yang sedang mencium pipi Rietta, gemas!

Zanayya mengernyit, "ini kak Cakra?"

Cakra mengangguk, "itu aku, dan itu mamari." tunjuk Cakra.

"Mamari?"

"Mama Rietta," ujar Cakra.

Zanayya melanjutkan untuk membuka lembar album berikutnya, Cakra kecil dan seorang bayi.

"Ini adik kak Cakra?"

"Itu abang kamu, Raka." Zanayya semakin berbinar. Ia sama sekali tidak mengetahui foto bayi dirinya ataupun Raka, tidak ada satupun foto lawas yang ada di rumahnya.

Ia membuka lembar berikutnya lagi. Terdapat Cakra, Raka dan..., bayi lagi?

"Ini aku?" tanya Zanayya.

Cakra tersenyum dan mengangguk, Zanayya terharu, air mata harunya tak bisa ia sembunyikan lagi. Ini adalah hal terindah, sangat indah untuk memanjakan mata.

Cakra mulai menceritakan kisah masa kecil antara dirinya, Raka, dan Zanayya.

Dengan intens Zanayya memperhatikan dan mendengarkan setiap kata yang Cakra ucapkan, hal itu sangat menarik untuk diresapi.

'Bunda, ternyata dunia ini sempit. Aku masih dipertemukan dengan orang orang yang menyayangi aku, orang yang kenal aku secara baik. Bunda jangan khawatir disana, aku dikelilingi orang orang baik. Sangat baik!'

'Terimakasih bunda selalu menjadi sosok baik selama di dunia ini, aku merasakan buahnya, aku merasakan manisnya hasil itu bun. Bunda terbaik, dihati aku dan dihati semua orang.'

Hukum tabur tuai itu benar adanya, tidak hanya berbuah karma namun juga kurma.

"Aku rasa antara Mamari, aku, Raka, dan kamu kita emang udah ditakdirkan untuk bertemu."

"Jadi, kak Cakra bukan orang asing?" tanya Zanayya hati-hati.

Cakra tersenyum menanggapi pertanyaannya, "Sama sekali bukan, tapi memang aku gak liat kamu tumbuh dewasa. Karena sewaktu usia kamu 1 tahun dan aku 7 tahun. Aku pindah ke luar negeri untuk sekolah disana."

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang