BAB : XXVI

66 29 33
                                    

Klik dulu bintangnya teman!

READY GUYS?!

□■Happy Reading■□

•Color of Catur•
°Lebih°

Jepang, negara yang memiliki inovasi teknologi tinggi, negara yang selalu memerhatikan kedisiplinan dan kerapihan, juga tetap menjaga dan melestarikan budayanya. Hal itu sudah terbaca sejak kaki Zanayya menapak ditanah Negara Sakura ini. Pelayanan di bandara begitu ramah, dan canggih, banyak robot berkeliaran untuk sekedar menyapa ataupun memberikan bantuan seperti mendorong koper.

Ya. Hari ini, setelah menempuh waktu kurang lebih 8 jam, pesawat first class yang ditumpangi Zanayya dan Cakra akhirnya landing di salah satu bandara di Tokyo.

Zanayya menghirup dalam udara segar Tokyo yang begitu asri, keluar dari area bandara ia sudah disuruhkan dengan bunga sakura yang memanjakan mata. Jalanan begitu bersih, tak ada sampah berserakan, awan putih yang melayang dilangit biru kini bisa Zanayya jejal dengan mata indahnya tanpa terhalang oleh kabel listrik yang membentang.

Sejak sampai, senyumnya sama sekali tak luntur, hatinya begitu menggebu-gebu tak sabar ingin menemui sahabat mungilnya. Zanayya berjalan disamping Cakra yang terus berkutat dengan handphonenya sambil menyeret koper masing-masing.

"Aku udah sewa apartemennya, kita ke apar--"

"NAYYA!!"

Pupil Zanayya semakin melebar menggulir kelereng matanya kearah sumber suara. Gadis yang menggunakan outfit oversize, melambaikan kedua tangannya tinggi di udara.

"Silla?" gumam Zanayya. Keduanya berlari saling menghampiri, kemudian berpelukan erat sampai Silla sedikit terangkat ke udara.

Suasana haru begitu menyelimuti, tangis bahagia keduanya pecah bersamaan dengan celengan rindunya. Tangan mereka saling memeluk erat, tak berniat melepaskan untuk saat ini meskipun berada ditengah khalayak ramai.

"I miss you badly," lirih Silla.

Zanayya mengangguk tak munafik, jauh dalam lubuk hatinya ia pun merindukan sosok Silla hadir kembali menemaninya dalam suka maupun duka. Hanya Silla, sahabat satu-satunya, kini dan selamanya.

Cakra menghela nafas pelan dari kejauahan menatap keduanya dengan senyum teduhnya. Kaki jenjangnya memilih untuk diam ditempat, tak menghampiri. Memberikan ruang bagi keduanya untuk saling melepas rindu yang sudah satu bulan tak bertemu itu.

Zanayya melonggarkan pelukannya, menaruh tangannya di bahu Silla, menatap kedua matanya lekat. "Lo.. Silla, sahabat gue 'kan?" Pertanyaan retoris itu nekat Zanayya lontarkan.

Silla tersenyum gemas seraya mengangguk, tangannya menangkup wajah Zanayya, menghapus air mata yang berjejak di pipi Zanayya dengan ibu jarinya. "Selalu, sampai kapanpun gue adalah sahabat lo."

Keduanya kembali berpelukan, Silla mengusap lembut punggung Zanayya, dengan wajah yang menopang di pundaknya. Manik mata Silla  menangkap sosok Cakra yang jaraknya tak jauh dari mereka.

Perlahan, Silla melepaskan pelukannya membuat Zanayya menatap Silla keheranan. Zanayya mengikuti arah tatapan Silla yang tertuju pada Cakra, Zanayya tersenyum memberikan kode pada Cakra untuk mendekat.

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang