Klik bintangnya dulu teman!
READY MASTER?!
□■Happy Reading■□
•Color of Catur•
°Langkah awal kotak Hitam°"Cita-cita kamu apa?"
"Aku dokter, kalo kamu?"
"Kata bunda aku cocok jadi pengacala."
"BUNDA AWAS!!"
Dor!
Zanayya membuka matanya cepat, dengan nafas yang tersengah-engah, pelipisnya dibanjiri keringat disertai degup jantung kencang.
Sudah tiga hari, kejadian itu selalu disiratkan dalam mimpinya. Selama itu pula Zanayya murung dalam kamarnya yang selalu terkunci. Tak ada yang diperbolehkan masuk, baik Raka sekalipun.
Tubuhnya sedikit mengurus, tak sebugar sebelumnya karena tak ada asupan makanan yang masuk. Raka bahkan sampai harus memanjat dengan tangga untuk sampai ke kamar Zanayya lewat balkon kamarnya. Ia akan menaruh sekaligus membujuk Zanayya untuk memmbuka pintunya.
Zanayya memakan makanan itu hanya untuk mengganjal lapar bukan untuk memberikan asupan nutrisi. Setidaknya asa untuk bertahan hidup masih dipegang kuat.
Keadaannya sangat prihatin, Zanayya seperti hanya tinggal raganya, jiwanya sangat kosong. Setiap hari ia selalu menyembunyikan seluruh tubuhnya dalam balutan selimut, menangis dan terisak sepanjang malam membuat wajahnya yang cantik kini sembab tak karuan.
Suara ketukan di pintu tak sekalipun mengalihkan perhatian Zanayya. Hari ini Zanayya tak mengunci pintunya lagi, sedikit tak tega melihat Raka harus naik turun menggunakan tangga luar rumah untuk sampai ke kamarnya.
Pria berambut tebal dan panjang yang ia ikat dengan kaos hitam polos masuk dengan perlahan, membawa nampan berisi sarapan untuk adik tersayangnya.
Raka duduk ditepi ranjang, setelah meletakkan nampan di atas nakas. Mengusap lembut kepala Zanayya dari luar selimut.
"Sarapan dulu yu," ajak Raka berutur lembut.
Senyap, tak ada sahutan.
Raka menghela nafasnya berat, tiap kali ia membujuk Zanayya untuk makan ia harus melakukan berbagai cara.
"Kamu berharap apa dengan terus bersikap seperti ini? Bunda gak akan kembali," ucap Raka sedikit terbawa emosi.
Senggukan. Zanayya kembali menangis saat mendengar kata 'bunda'.
Raka membuang nafasnya kasar, ia perlahan membuka selimut yang menutupi wajah cantik adiknya.
"Ayo duduk." Raka dengan telaten membantu Zanayya duduk bersandar.
Tatapannya begitu miris pada sang adik yang berantakan, mata dan hidungnya memerah bengkak. Pipinya terdapat jejak air mata.
Beralih menatap kanvas kecil yang dipeluknya, Zanayya gemar sekali melukis, lukisan yang ia buat semuanya penuh makna tersirat. "Itunya mau disimpen?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Color of Catur
Teen Fiction"Aku, Zanayya Auretta Claryn yang akan membalaskan dendam atas kematian Rietta Airin." Antara dendam dan ikhlas, mana pemenangnya? Hanya ada warna Hitam dan Putih dalam papan catur, begitu pula hanya ada suka dan duka dalam hidup. Langkahnya baga...