BAB : XI

102 60 27
                                    

Follow dulu teman!
Happy Reading!

•Color of Catur•
°Let's be the Queen of Chess°

Hobby Zanayya selanjutnya adalah memasak, jangan tanya siapa yang menjadi chef favoritnya, sudah jelas Rietta jawabannya.

Dan kali ini dengan lihainya tangan lentik Zanayya digunakan untuk memasak, ia sudah terbiasa dengan cipratan minyak. Ga lebay kaya kalian wkwkwk canda.

Ia membantu bi Ratih untuk menyiapkan makan malam, khususnya ia memasak makanan special untuk Raka.

"Cicip dong bi," pinta Zanayya menadahkan tangannya.

"Nih pake sendok aja."

Matanya berbinar saat mencicipi makanannya. "UUUEENNAAKK Iki re!" ucap Zanayya dengan logat jawa.

Zanayya hendak mengambil sesendok lagi, namun punggung tangannya diketuk pelan oleh bi Ratih, "Ojo di mangani teros, yo abis nanti lo," ucap bi Ratih membuat Zanayya tertawa, ia sangat suka mendengar bi Ratih menggunakan logat jawanya.

"Bibi blasteran ya?" tanya Zanayya menatap lekat bi Ratih.

"Bibi janda."

"Hah?"

"Jawa Sunda."

"OHHH, janten bibi teh tiasa sunda oge?"

"Nya tiasa atuh neng," balas bi Ratih.

Ntah mengapa, Zanayya merasa tergelitik saat mendengar bi Ratih menggunakan bahasa dan logat lain.

"Non, sunda ya?" tanya bi Ratih diangguki Zanayya.

"Ko bisa jawa?"

"Nayya suka sama bahasa bi, apapun bahasanya Nayya harus belajar." ucap Zanayya.

"Non," ucap bi Ratih saat ia merasa perutnya dilingkari sesuatu, itu adalah tangan Zanayya.

Ia memeluknya dari belakang, bi Ratih tentu tak enak hati.

"Jangan panggil Nayya non bi," ucap Zanayya.

"Panggil Nayya aja ya?" pinta Zanayya.

"Tapi, bibi gak enak sama non juga bapak."

"Enak ko bi, udah Nayya cobain tadi." balas Zanayya ngawur sambil melepas pelukannya.

Telinga tajamnya mendengar suara bell, ia segera membuka pintu dan benar! Setya, Cakra, dan Raka sudah ada diambang pintu.

Zanayya langsung memeluk erat Raka, entah kapan air mata Zanayya luruh membasahi baju Raka.

Raka tentu tersenyum bahagia, terakhir kali sebelum ia meninggalkan Zanayya, keadannya sangat memprihatinkan, tapi sekarang Zanayya jauh lebih ekspresif.

Diciumnya puncak kepala Zanayya lembut, lalu menangkup wajah Zanayya, "Hi my little Angel."

Zanayya tersenyum lebar, tatapannya beralih pada Setya, ia mencium punggung tangannya "Kita makan dulu ya," ucap Zanayya diangguki semua.

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang